
Oleh: Sandrina Nasution
Musik sering kali menjadi medium untuk mengekspresikan emosi terdalam manusia, termasuk ketakutan, kehilangan, dan penerimaan terhadap kematian. Salah satu lagu yang menggambarkan refleksi mendalam mengenai kehidupan dan kematian adalah lagu berjudul “O, Tuan” dari band rock Indonesia, Feast. Lagu ini merupakan bagian dari album ‘Beberapa Orang Memaafkan’ yang dirilis pada tahun 2018. Album ini secara keseluruhan membahas isu-isu sosial, eksistensial, dan spiritual, dengan “O, Tuan” menjadi salah satu trek yang paling menggugah secara emosional.
Lagu “O, Tuan” sendiri telah berhasil mencuri perhatian banyak pendengar dengan liriknya yang puitis dan tema yang mendalam. Mendengarkan lagu ini membawa kita pada sebuah perjalanan emosional yang intens, untuk merenungkan tentang apa arti sebenarnya dari kematian, ketakutan manusia, waktu, kehilangan, dan penerimaan.
Selain itu, lagu ini juga menggambarkan perjalanan introspeksi. Melalui liriknya, pendengar diajak untuk merenungkan diri sendiri, mempertanyakan tujuan hidup, dan mencari makna di balik setiap pengalaman. Proses ini sering kali menyakitkan, tetapi juga penting untuk pertumbuhan pribadi.
Tolong jangan ambil nyawaku, Tuan.
Oh, Tuan, mampukah kau hentikan waktu?
Jemput aku saat senja, biar tenang, tak tersiksa.
Biar aku lepas semua, biar aku tenang di sana.
Seperti pada penggalan lagu diatas, mencerminkan ketakutan mendalam manusia terhadap kematian, sebuah ketakutan yang universal. Lirik ini juga menyinggung tentang waktu, bagaimana waktu terus berjalan dan tidak dapat dihentikan, serta bagaimana manusia sering kali merasa tertekan olehnya.
Selain itu, lirik ini menunjukkan bagaimana seseorang mungkin berharap dapat mengendalikan sesuatu yang sebenarnya berada di luar kuasa mereka. Keiginan untuk menolak kefanaan dan ketidakpastian yang datang seiring dengan berjalannya waktu. Serta keinginan untuk melepaskan diri dari penderitaan duniawi dan menerima kematian sebagai akhir yang tenang.
Emosi inilah yang sering kali muncul saat seseorang menghadapi kehilangan atau mengalami kesulitan hidup yang berat. Dan Feast lewat lirik lagu “O, Tuan” berhasil merangkul dan mengajak pendengar untuk merenungkan bahwa kematian adalah bagian dari kehidupan dan bahwa kita harus belajar untuk menghadapinya.
Sementara itu, aspek lain yang menarik dari lagu ini adalah penggunaan simbolisme. Kata “Tuan” dalam judul dan liriknya bisa diartikan sebagai penggambaran sosok yang dihormati dan diagungkan. Ini menciptakan nuansa penghormatan dan kerendahan hati, yang sangat relevan dalam konteks spiritual. Pendengar diajak untuk menyadari bahwa ada sesuatu yang lebih besar dari diri mereka sendiri, yang patut disembah dan dihormati.
Melodi yang mendukung lirik juga berperan penting dalam menyampaikan makna lagu. Musik yang mendayu-dayu dan penuh emosi menciptakan suasana yang mendalam, memungkinkan pendengar merasakan setiap nuansa dari lirik. Kombinasi antara lirik yang kuat dan melodi yang menyentuh hati menjadikan “O, Tuan” sebagai lagu yang tidak hanya enak didengar, tetapi juga menggugah pikiran dan perasaan.
Dalam konteks sosial, “O, Tuan” juga bisa dilihat sebagai kritik terhadap kondisi masyarakat saat ini. Banyak orang merasa terjebak dalam rutinitas dan kehilangan arah. Lagu ini mengajak pendengar untuk berhenti sejenak, merenungkan kehidupan mereka, dan mencari kembali makna yang mungkin telah hilang. Ini adalah panggilan untuk kembali kepada nilai-nilai yang lebih dalam dan spiritual, yang sering kali terlupakan dalam kesibukan sehari-hari. Jadi buat Sobat Suara USU yang merasa relate dengan makna lagu ini, yuk dengerin “O, Tuan” dari Feast di platfrom musik kesayangan kamu!
Redaktur: Jesika Yusnita Laoly
Discover more from SUARA USU
Subscribe to get the latest posts sent to your email.