Berawal dari Garasi Bekas, Rumah Baca Pensil Kayu Tingkatkan Literasi Anak-Anak Simalungun

Oleh : Agus Nurbillah

Suara USU, Sri Julia Ningsih atau kerap disapa dengan Nining, bersama suaminya bermodalkan nekat memanfaatkan bekas garasi yang tidak terpakai, merenovasinya menjadi tempat membaca yang mereka namai dengan “Rumah Baca Pensil Kayu”.

Berawal dari koleksi buku pribadinya, Ia berikhtiar menyisihkan sebagian belanja bulanannya untuk belanja buku, berburu ke bookfair dan pasar buku bekas guna menambah koleksi buku di Rumah Baca Pensil Kayu.

Ibu dari tiga orang anak ini lahir di Mariat Tengah, 20 Juli 1985. Ia menamatkan pendidikannya hingga S-1 Pendidikan Biologi. Berlatar dari kegemarannya yang suka membaca buku dan jalan-jalan, atas izin Tuhan Ia dan suaminya bisa memberikan manfaat kepada masyarakat dari apa yang mereka punya.

“Ceritanya, saat saya tidak lagi bekerja karena melahirkan, saya perhatikan banyak sekali anak-anak yang bermain sesukanya bahkan beberapa di antara mereka hobi sekali “silaturrahim” ke warnet. Nah, kami mendadak kepikiran merenovasi ulang bekas garasi yang menganggur.  Bekas garasi tersebut kami renovasi seadanya bisa dimanfaatkan jadi rumah baca kecil-kecilan.” Ujar Nining saat kami wawancarai via Whatsapp.

Rumah baca pensil kayu berada di kampung Mariat tengah, Serbelawan, kecamatan Dolok Batu Nanggar, Kabupaten Simalungun. Mulai berdiri pada Januari 2018 yang awalnya masih memanfaatkan koleksi buku pribadi serta mainan-mainan edukasi lainnya. Anak-anak sekitar rumah baca sangat antusias dengan adanya rumah baca ini, khususnya ramai dikunjungi pada saat hari libur. Berbagai kegiatan bisa mereka lakukan di rumah baca, bukan hanya membaca koleksi buku, namun aktivitas lain seperti bermain puzzle, mewarnai, bermain ayunan, dan beberapa permainan edukasi lainnya.

“Pembukaan waktu itu kami isi dengan lomba mewarnai, menggambar, story telling dan pertunjukaan sulap. Alhamdulillah, saat itu kurang lebih 40 anak memadati ruangan yang hanya berukuran 4×7 meter tersebut. Kemudian, mulai beberapa donatur menyumbangkan buku-buku untuk menambah koleksi bacaan di rumah baca,” ucapnya.

Seiring perjalanan waktu, sampai hari ini rumah baca tidak hanya fokus pada kegiatan membaca buku saja, namun lebih kepada menciptakan kegiatan-kegiatan positif yang dapat mengisi waktu anak anak sekitar seperti, melukis, mendongeng, malam bina iman dan takwa, Ramadhan ceria, outbound, bimbingan literasi, pertunjukan sulap serta beberapa kegiatan lainnya.

Antusias anak-anak sekitar sangat luar biasa terhadap kegiatan yang sering dilakukan oleh rumah baca, dalam satu event kegiatan biasa diikuti sekitar 30-50 anak dari berbagai jenjang usia. Mulai usia TK sampai SMP. Para orang tua dan masyarakat sekitar pun turut bahagia dengan kehadiran Rumah Baca Pensil Kayu yang digagas oleh Nining ini. Pasalnya, anak mereka menjadi terarah kepada kegiatan positif di Rumah Baca, hal ini meminimalisir kekhawatiran mereka terhadap dampak buruk dari warnet yang ramai dikunjungi anak-anak di sana saat itu.

Menjadi seorang ibu rumah tangga tidak menyurutkan semangat wanita 36 tahun ini untuk terus menebar kebaikan kepada lingkungan sekitarnya. Walaupun disibukkan dengan berbagai urusan rumah tangga dan pekerjaan lainnya, Ia tetap menyempatkan sebagian waktunya untuk Rumah Baca Pensil Kayu.

Dalam keseharian pengawasan rumah baca Sri Julia Ningsih dibantu oleh salah seorang anak tetangga usia pendidikan SMP yang bernama Suriyana. Ia membantu membereskan buku, membersihkan ruangan, dan menjadi pengawas di hari ramai pengunjung. Pada beberapa kegiatan rumah baca, Sri Julia Ningsih bekerja sama dengan organisasi pelajar yaitu Ikatan Pelajar Muhammadiyah Kabupaten Simalungun, Volunteer, salah seorang Youtuber Simalungun yaitu Agus Syafrizal, Pendongeng Simalungun dan Remaja sekitar tempat tinggalnya.

Hingga kini, koleksi buku di rumah baca ada sekitar ratusan lebih buku yang terdiri dari berbagai jenis buku, seperti komik, majalah, novel, ensiklopedia dan buku buku lainnya. Ia juga menambahkan bagian teras rumahnya untuk tempat membaca dan bermain anak-anak Rumah Baca.

“Harapan saya ke depannya, Rumah Baca Pensil Kayu bisa bertahan dan konsisten dalam menjalankan program-programnya. Oleh karena itu, saya juga berharap dukungan dari berbagai pihak, baik berupa bantuan moril dan materil. Dan semakin banyak volunteer-volunteer yang ingin terlibat untuk memberikan masukan, saran, waktu dan kehadiran untuk membersamai kegiatan di Rumah Baca Pensil Kayu ini,” tambahnya.

Dengan keikhlasan segenap hati, Sri Julia Ningsih berupaya untuk memberikan kontribusi positif kepada masyarakat Desa Mariat Tengah. Komitmennya yang kuat untuk menumbuhkan budaya literasi di kalangan anak-anak ini bertujuan untuk menyelamatkan masa depan para generasi penerus bangsa. Dengan membaca buku, berarti kita telah mempersiapkan diri untuk menjadi “Manusia berguna,” yang akan memegang roda kehidupan masa depan.

Jadi, jangan malas untuk membaca buku. Karena buku adalah jembatan ilmu.

Salam literasi !

Redaktur: Muhammad Fadhlan Amri

Related posts

Lafran Pane, Sosok Inspiratif Pendiri Himpunan Mahasiswa Islam

Menelusuri Keindahan dan Makna Rumah Bolon Pamatang Purba

Filosofi Tari Gubang dari Asahan yang Bersifat Magis