Buku “Animal Farm” : Belajar Politik Kekuasaan dan Politik Melalui Sebuah Fabel

Sumber : barringtonstoke.co.uk

Oleh : Muhammad Fathur Ammar

Suara USU, Medan. Sobat Suara USU mungkin telah sering membaca cerita fabel, mulai dari cerita Sang Kancil yang Bijak atau cerita Kura-kura dan Sang Kelinci. Akan tetapi bagaimana jika sebuah fabel atau cerita hewan ini menceritakan tentang pemikiran yang menjelaskan kritik atas sistem yang dibuat oleh manusia? Tentu ini menjadi menarik dan inilah salah satu fabel satire yang berjudul “Animal Farm” yang ditulis oleh George Orwell. Buku ini diterbitkan pertama kali pada 17 Agustus 1945, walaupun baru terkenal pada tahun 50-an.

Buku fabel yang ditulis semasa Perang Dunia II ini merupakan novel alegori politik yang ditulis sebagai sebagai satire serta sindiran terhadap rezim totaliterisme Uni Soviet. Berbeda dengan satire dan hujatan lain kepada rezim otoritarian sosialis tersebut, Orwell sang penulis mencoba cara baru dengan menggunakan fabel sehingga pembaca bisa dengan lebih mudah mengerti politik dan bagaimana suatu revolusi terjadi. Buku fabel juga hanya ini memiliki 5 bab dan 144 halaman sehingga tidak terlalu tebal untuk dibaca oleh para sobat suara USU.

Buku ini dianugerahi Retro Hugo Award untuk novela terbaik (1996) dan Prometheus Hall of Fame Award (2011), “Animal Farm” menjadi mahakarya Orwell yang membuat namanya terkenal seantero dunia. Buku ini menceritakan tentang sebuah peternakan bernama Manor milik tuan Jones. Dalam peternakan tersebut hidup seekor babi senior bernama Major yang mengumpulkan semua hewan di peternakan milik Pak Jones. Ia menceritakan mimpi anehnya yang merupakan lagu pemberontakan dari para nenek moyangnya, yaitu pemberontakan melawan manusia.

Setelah kematian Major, para binatang menghadapi suatu situasi kelaparan, yaitu ketika Pak Jones dan para karyawannya lalai memberi makan para binatang. Akibatnya, semua binatang mengamuk dan menendang Pak Jones, istrinya, dan semua karyawannya ke luar peternakan. Amukan ini bukan hanya semacam kegilaan yang dilakukan para binatang, tetapi semacam kudeta. Mulai saat itu, Snowball dan Napoleon yang merupakan dua babi terpintar, mulai memimpin para binatang untuk hidup mandiri. Maka dimulailah kehidupan para binatang di peternakan tersebut tanpa manusia.

Akan tetapi kehidupan para binatang yang sudah bebas dari manusia tidaklah sebaik yang dibayangkan. Orwell sebagai penulis menggambarkan para babi yang memimpin binatang peternakan mulai bertindak sewenang-wenang. Sebuah kritik yang disampaikan oleh penulis bagaimana seorang pejuang revolusi akhirnya menjadi seorang otoritarian apabila mendapatkan kekuasaan secara penuh tanpa demokrasi. Nilai-nilai luhur yang awalnya digunakan untuk sebagai pembenaran revolusi oleh para babi akhirnya digunakan hanya sebagai legitimasi atas kekuasaan otoriternya.

Karakter hewan-hewan dalam Animal Farm ini merupakan gambaran seperti apa bentuk sifat-sifat manusia, baik ketika mereka berada di bawah atau ketika kehidupan mereka sedang di atas. Yang mana penggambaran paling jelasnya adalah ketika seseorang mendapatkan kekuasaan. Mungkin buku ini bisa kita gunakan sebagai landasan berpikir kritis terhadap rezim pemerintahan saat ini. Setelah membaca buku ini diharapkan para pembaca bisa memiliki sudut pandang baru tentang hubungan pemerintah dengan rakyatnya dan bagaimana sebuah kekuasaan dapat merubah seseorang sebaik apapun itu.

Redaktur : Evita Sipahutar

 

Related posts

Tingkatkan Keterampilan Komunikasi melalui Buku Bicara Itu Ada Seninya

Mempertanyakan Arti Menjadi Manusia dalam Buku Akhir Sang Gajah di Bukit Kupu-Kupu

Bangun Petualangan Usahamu ala Buku The Power of Kepepet