Gus Dur: Gitu Aja Kok Repot

Penulis: Mhd Alvi Syahputra

SUARA USU, MEDAN. Kyai Haji Abdurrahman Wahid atau yang akrab dipanggil Gus Dur, lahir di Jombang, Jawa Timur pada tanggal 7 September 1940. Gus adalah panggilan kehormatan khas pesantren kepada seorang anak kyai yang berarti “ Abang atau Mas”.

Gus Dur merupakan anak pertama dari enam bersaudara. Lahir dari keluarga yang cukup terhormat. Kakek dari Ayahnya, K.H Hasyim Asyari merupakan pendiri Nahdlatul Ulama (NU). Ayahnya sendiri, K.H Wahid Hasyim adalah sosok yang terlibat dalam Gerakan Nasionalisme dan menjadi menteri agama pada tahun 1949, Sedangkan ibunya Ny. Hj. Sholehah adalah putri pendiri pondok pesantren Denayar Jombang.

Ia menempuh pendidikan di SD kris sebelum pindah ke SD mataram perwari, kemudian melanjutkan pendidikan menengah pertama pada tahun 1954 yang pada saat itu ia tidak naik kelas. Lalu ibunya mengirimnya ke Yogyakarta untuk melanjutkan pendidikan, kemudia ia melanjutkan ke pesantren bernama Tegalrejo di kota Malang, kemudia pada 1959 ia pindah ke pesantren Tembakberas di kota Jombang, Hingga pada tahun 1970 ia menyelesaikan pendidikannya di Universitas Baghdad.

Pada tahun 1987, ia menjabat sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia. Karir Politiknya dimulai pada Tahun 1989 di mana ia menjadi anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat RI. Dan hingga akhirnya terpilih menjadi Presiden RI pada tahun 1999 sampai 2001, yang terhitung hanya menjabat selama 20 bulan.

Ia lengser dari jabatan Presiden RI setelah sempat mengeluarkan dekrit presiden yang isinya (1) Pembubaran MPR/DPR, (2) mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat dengan mempercepat waktu pemilu dalam satu tahun, dan (3) Membekukan Partai Golkar sebagai bentuk perlawanan terhadap sidang istimewa MPR. Namun dekrit tersebut tidak memperoleh dukungan dan pada tanggal 23 juli 2001, MPR secara resmi memberhentikan Gus Dur dan menggantinya dengan Megawati Sukarno Putri, hal ini juga didukung dengan hubungan Gus Dur yang kurang harmonis dengan TNI, Partai Golkar, dan Elite politik Lainnya kenal.


Beliau juga pemimpin pertama yang memberikan referendum terhadap Aceh untuk menentukan otonomi, bukan kemerdekaan seperti Timor Timur. Ia juga lengser akibat dua skandal yang menjatuhkannya dari titah kepresidenan, yakni skandal Buloggate dan Bruneigate yang syarat akan kepentingan petinggi politik pada saat itu.


Gus Dur. Ia adalah tokoh Muslim yang menjunjung tinggi Kebhinekaan di Tanah air. Adil dan toleran, dua kata yang menggambarkan sikapnya terhadap keragaman suku, agama, dan budaya. Ia adalah sosok yang sangat membela minoritas, salah satu aksi nyatanya adalah mengembalikan hak-hak umat beragama Konghucu yang terpasung selama orde baru, atau mencabut peraturan yang melarang kegiatan adat warga Tionghoa secara terbuka.

Sikapnya yang terbuka dan pluralitas tidak jarang menuai kontroversi dan tantangan. Bahkan datang dari pengdukungnya sendiri. Namun Gus Dur, tetaplah Gus Dur. Dengan slogan khasnya “Gitu aja Kok Repot”. Bahkan julukan Bapak Pluralisme di sematkan kepadanya oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono atas gagasan universalnya mengenai pentingnya menghormati perbedaan sebagai bangsa yang beragama.

Gus Dur menghembuskan nafas terakhirnya di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta pada Rabu (30/12/2009), pukul 18.45 WIB akibat beberapa komplikasi penyakit yang ia derita, yaitu ginjal, diabetes, stroke, dan jantung.

Sebagai Mantan Presiden RI, Gus Dur dikenal sebagai Presiden yang kontroversial sekaligus humoris. Salah satunya adalah saat menyebut bahwa anggota MPR RI seperti anak TK. Berikut adalah beberapa lelucon Gus Dur yang bahkan sampai membuat Raja Arab terbahak-bahak :


Ketika Raja Arab ikut tertawa karena Gus Dur
Sebagai pemimpin negara, Gus Dur memiliki banyak agenda untuk berkunjung ke berbagai negara. Suatu saat dirinya berkunjung ke Arab Saudi dan bertemu dengan Raja. Pada kesempatan tersebut, Gus Dur mengatakan kepada Raja bahwa banyak orang Indonesia yang pandai menggunakan bahasa Arab. Tetapi bahasa Arab yang dimaksudkan adalah bahasa yang digunakan dalam kitab, sehingga berbeda dari bahasa Arab sehari-hari.

Gus Dur bercerita kepada sang Raja bahwa suatu hari ada jamaah haji asal Indonesia yang datang ke Mekah kemudian menemukan sebuah tulisan dalam bahasa Arab di depan sebuah ruangan yang dibaca sebagai mamnu’uddukhul. Tulisan itu artinya adalah ‘dilarang masuk’.


Karena salah interpretasi, jamaah tersebut mengartikan tulisan itu dengan kalimat ‘dilarang bersetubuh’. Tidak hanya itu, Gus Dur mengatakan kepada Raja, “orang Indonesia berkomentar, masa orang Arab melakukan itu di tempat umum?” sontak sang Raja pun tertawa dibuatnya.

Saat Gus Dur ditanya soal otak Presiden,
Gus Dur pernah menganalisis isi otak para Presiden di Indonesia. Yang pertama, Gus Dur mengatakan jika Bung Karno memiliki otak kanan yang lebih unggul, hal ini karena dia menyukai seni dan keindahan. Selanjutnya Gus Dur menyebut, Presiden BJ Habibie memiliki otak kiri yang lebih unggul karena merupakan seorang Teknokrat dan Insinyur andal. Nah, saat ditanya bagaimana isi otaknya sendiri, Gus Dur dengan santai menjawab, “Otak kanan dan kiri sama-sama besar, tapi keduanya nggak nyambung.

Suatu waktu, Presiden Soeharto juga pernah ikut NU Baru. Suatu hari di Bulan Ramadan, Gus Dur menyambangi kediaman Presiden Soeharto untuk berbuka puasa bersama. Dirinya hadir ditemani Kiai Asrowi. Usai berbuka dan salat maghrib, Gus Dur akan pergi ke tempat lain dan melewatkan waktu salat tarawih bersama. Pak Harto pun meminta kepada Gus Dur agar Kiai Asrowi tetap tinggal untuk memimpin salat tarawih bersama.


Gus Dur pun mengiyakan permintaan Pak Harto tersebut. Namun, menurut Gus Dur Sang Kiai harus diberi penjelasan dulu apakah salat tarawih akan dilaksanakan dengan cara NU Lama atau NU Baru. Pak Harto pun bingung karena dirinya tidak mengetahui perbedaan antara NU Lama dan NU Baru. Soeharto kemudian bertanya kepada Gus Dur, “Memang kalau NU Lama gimana?” Gus Dur menjawab, “Kalau NU Lama, tarawih dan witirnya itu 23 rakaat.”


Pak Harto kembali bertanya, “Kalau NU Baru?” dengan santainya Gus Dur menjawab, “Kalau NU Baru diskon 60 persen, jadi tarawih sama witirnya cuma tinggal 11 rakaat” Gus Dur memang paling bisa deh.

Redaktur Tulisan: Kurniadi Syahputra

Related posts

Lafran Pane, Sosok Inspiratif Pendiri Himpunan Mahasiswa Islam

Tirto Adhi Soerjo, Sang Pelopor Pers di Indonesia

Roehana Koeddoes, Pendiri Surat Kabar Perempuan Sekaligus Jurnalis Perempuan Pertama Indonesia