Memahami Psikologi Melalui Buku “Berani Tidak Disukai” dengan Genre Self Improvement

Reporter : Mega Manullang

Suara USU, Medan. Dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan tempat kita tinggal, tentunya banyak peristiwa atau pun masalah yang terjadi menimpa kita. Masalah tersebut dapat berupa perlakuan yang tidak adil, dijauhi karena kita berbeda dari yang lain dan masih banyak jenis masalah berbeda yang dialami pada tiap orang. Hal tersebut tentu saja tidak dapat dielakkan, namun dapat atasi, salah satu caranya adalah mulai dari introspeksi diri. Langkah kecil yang akan berdampak besar bila dilakukan dengan tekun.

Apabila kamu adalah orang yang menyukai membaca buku, maka ini adalah salah satu langkah yang dapat kamu lakukan untuk introspeksi diri agar menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Judul bukunya adalah Berani Tidak Disukai. Buku ini ditulis oleh Ichiro Kishimi dan Fumitake Koga. Ichiro Kishimi merupakan seorang filsuf dan juga psikolog sementara Fumitake Koga adalah seorang penulis profesional. Mereka menciptakan karya ini dengan memadukan konsep psikologi dengan gaya penulisan naratif.

Buku yang memiliki ketebalan 352 halaman yang isinya sangat informatif, menyajikan pemahaman dalam genre Self Improvement (Peningkatan Diri), mengeksplorasi filosofi Adlerian secara lebih kompleks dan memberikan panduan praktis untuk mencapai keseimbangan emosional dan kebahagiaan yang lebih hakiki.

Buku Berani Tidak Disukai berisikan percakapan antara seorang filsuf dan seorang pemuda dalam mengatasi beban trauma masa lalu dan harapan orang lain. Dalam buku ini juga menggunakan teori yang diajarkan oleh psikolog Alfred Adler yang menekankan gagasan bahwa kebebasan datang dari tidak mencari persetujuan orang lain.

Ada beberapa insight yang diambil ketika membaca buku ini:

    • Manusia tidak dikendalikan oleh masa lalu. Ketika seseorang memiliki trauma yang menyebabkan dia tidak bahagia pada masa sekarang hal tersebut bukan disebabkan oleh pengalaman masa lalu, namun arti yang dia berikan pada pengalaman pengalaman itu menentukan dengan sendirinya.
    • Kebahagiaan dimulai dari cara kita mencintai diri sendiri.
    • Persoalan yang terjadi adalah tentang hubungan antarpribadi yang timbul dari dalam diri sendiri.
    • Dalam hidup ini kita bukan untuk mendapat pengakuan dari orang lain.
    • Untuk menemukan kebahagiaan maka harus melalui kemampuan dalam menerima diri disertai dengan keberanian.

“Keberanian bukanlah keberanian tanpa rasa takut, melainkan kemampuan untuk menghadapi ketakutan dan mengatasi hambatan dengan tekad dan kekuatan dalam diri”, ungkap penulis sebagai motivasi yang dapat diambil dari buku ini.

Buku ini mengajarkan bahwa kebahagiaan bukanlah hasil dari pengakuan orang lain dan ekspektasi orang lain. Jadi, melakukan apapun sebaiknya didasari dengan keyakinan diri sendiri. Jadi, jangan takut buat tidak disukai orang.

Redaktur : Khalda Mahirah Panggabean

Related posts

Tingkatkan Keterampilan Komunikasi melalui Buku Bicara Itu Ada Seninya

Mempertanyakan Arti Menjadi Manusia dalam Buku Akhir Sang Gajah di Bukit Kupu-Kupu

Catatan Akhir Kuliah, Nostalgia Masa Kuliah dengan Sentuhan Komedi