Perguruan Tinggi Itu Tersier, Apakah Masuk Akal ?

Oleh : Jenni Angelia

Suara USU, Medan. Beberapa waktu lalu dilansir dari kumparan NEWS, Kemendikbud Ristek merespon mengenai UKT mahal, satu diantara statement-nya mengatakan bahwa perguruan tinggi itu tersier. Namun, apakah zaman sekarang berkuliah menjadi kebutuhan yang mewah untuk anak-anak bangsa?
Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Kemendikbud Ristek Tjitjik Sri Tjahjandarie mengatakan bahwa masuk perguruan tinggi adalah suatu pilihan, tidak semua anak-anak yang duduk di bangku SMA maupun SMK memilih untuk masuk ke bangku perkuliahan. Hal ini bukanlah kebohongan semata karena kerap kali kita juga menjumpai teman-teman sepantaran kita yang tidak melanjutkan ke perguruan tinggi. Tapi, apakah yang menjadi alasan tidak melanjutkan ke perguruan tinggi murni karena ketidakinginan atau adanya faktor lain yang seharusnya wajib diperhatikan pihak yang bersangkutan.
Adapun beberapa faktor berdasarkan kajian sosiologi tentang tingkat kesadaran pendidikan pada masyarakat desa diantaranya, kesadaran akan pendidikan. Masyarakat golongan menengah kebawah kerap kali kurang mementingkan pendidikan. Hal-hal yang membuat masyarakat kurang mementingkan pendidikan adalah ketidaktahuan akan pentingnya pendidikan bagi kelangsungan hidup. Beberapa golongan masyarakat kerap menganggap pendidikan tidak bisa menjamin kesuksesan bagi masa depan. Persepsi masyarakat inilah yang harus diubah, mereka harus menyadari bahwa pendidikan sangat amat penting untuk menunjang kesejahteraan rakyat dalam era globalisasi sekarang ini. Sehingga pendidikan merupakan hal yang wajib yang harus ditempuh. Dengan masyarakat yang berpendidikan, masalah kemiskinan dapat berkurang.
Selain itu, masalah ekonomi keluarga juga menjadi salah satu alasan untuk tidak melanjutkan ke perguruan tinggi. Walaupun zaman sekarang sudah tersedia berbagai macam beasiswa untuk anak-anak yang kurang mampu, tidak jarang beasiswa ini malah salah sasaran dan dipergunakan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
Setiap tahunnya banyak anak-anak yang tidak dapat melanjutkan ke perguruan tinggi dikarenakan beberapa faktor di atas. Hal ini membuktikan bahwa perguruan tinggi ialah hal yang mewah bagi beberapa golongan masyarakat. Kemewahan ini disebabkan karena tingginya biaya yang harus dikeluarkan dan keterbatasan akses yang mereka hadapi. Misalnya, di Indonesia, biaya kuliah di universitas ternama seperti Universitas Indonesia atau Institut Teknologi Bandung bisa mencapai puluhan juta rupiah per semester, belum termasuk biaya hidup seperti akomodasi, transportasi, dan bahan kuliah. Sementara itu, siswa dari keluarga berpenghasilan rendah sering kali tidak mampu menanggung biaya tersebut.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) juga menunjukkan bahwa partisipasi pendidikan tinggi lebih rendah di kalangan masyarakat berpenghasilan rendah, yang mempertegas ketidaksetaraan akses ini. Selain itu, kualitas pendidikan yang tidak merata di tingkat sekolah menengah, terutama di daerah terpencil, membuat siswa dari golongan ekonomi lemah kurang siap untuk memasuki perguruan tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa bagi beberapa keluarga menengah ke bawah, mengakses pendidikan tinggi merupakan kemewahan yang sulit dijangkau karena biaya dan persiapan yang dibutuhkan sangat besar.
Namun, dengan adanya banyak pekerjaan yang mewajibkan pelamar harus minimal berstatus sarjana tentu saja ini menambah kesulitan untuk beberapa golongan mendapatkan pekerjaan yang mereka inginkan karena para lulusan sekolah menengah yang masuk lapangan kerja itu, terpaksa harus bersaing dengan lulusan perguruan tinggi.
Memiliki pekerjaan yang menjanjikan memang tidak serta merta harus dengan gelar sarjana, akan tetapi dengan pendidikan yang lebih mendalam di bangku perkuliahan maka anak-anak bangsa ini dapat membuka banyak peluang baru dengan pendidikan yang mereka dapatkan. Tidak hanya soal teori, di bangku perkuliahan kita juga dapat menambah relasi yang akan membantu kita saat sudah tamat nanti.
Dengan mendapat pendidikan yang baik dan memadai, maka sedikit demi sedikit kita bisa mengikis kemiskinan dan mengibarkan kehidupan sejahtera bagi semua golongan masyarakat di negeri ini. Akan sangat disayangkan bila tempat seperti perguruan tinggi menjadi hal yang mewah oleh beberapa golongan masyarakat dikarenakan ketidaksanggupan ekonomi. Maka itu, besar harapan para mahasiswa yang berkuliah dan yang ingin berkuliah agar dapat memiliki UKT yang tidak terlampau tinggi, dan tersedianya beasiswa yang tidak salah sasaran.
Redaktur : Grace Pandora Sitorus

Related posts

Nilai Akademis yang Tinggi atau Pengalaman yang Banyak, Mana yang Lebih Menentukan Karier?

Kita Balas di Semester Depan: Wacana yang Tak Kunjung Terlaksana

Mendekati UAS, Tugas Semakin Ganas: Mengapa?