Penulis: Angel Sisilia Pane
Suara USU, Medan. “The oceans are home for up to 80% of all life on Earth. If the ocean dies, so do we.” – Seaspiracy.
Rilis di Netflix pada 24 Maret 2021, film dokumenter ini disutradarai oleh Kip Andersen dan diperankan oleh Ali Tabrizi serta istrinya, Lucy Tabrizi.
Film ini menuai kontroversi di media sosial. Sama halnya dengan film dokumenter berjudul “Cowspiracy”. Dua film ini disutradarai oleh Kip Andersen dan sama – sama memberi banyak pengetahuan baru nan seram di kalangan masyarakat yang dianggap sebagai ancaman kehidupan manusia. Contohnya, jika selama ini kita menganggap limbah plastik sebagai penyebab utama pencemaran laut, maka kita diajak berfikir ulang setelah menonton dokumenter ini.
Dengan berdurasi 89 menit, Seaspiracy mengisahkan perjalanan Ali Tabrizi yang mencari kebenaran mengenai pencemaran laut dan hubungannya dengan manusia. Mulai dari limbah plastik, ekosistem laut, indsutri perikanan, ditayangkan disini dan berhasil merakit bayangan bahwa bumi tidak mampu bertahan lebih lama lagi jika semua manusia acuh.
Di film ini pula, Ali Tabrizi berusaha mencari solusi yang benar (selain mengenai limbah plastik), untuk memperlambat pencemaran. Namun sayangnya solusi yang didapat memberikan pro – kontra yang sangat jelas, yaitu dengan berhenti mengonsumsi ikan. Hal tersebut membuat penonton ikut merasa bingung dan diajak untuk berpikir mengenai solusi yang tepat.
Meskipun kesimpulan dari film ini masih didebatkan, penonton tertarik dengan cuplikan – cuplikan yang direkam Ali menggunakan kamera tersembunyi. Ia mengalami banyak kesulitan bahkan diawasi di kamar hotelnya sendiri.
Untuk saat ini, film ini diberi rating 8.2/10 di website IMDb. Kalau kamu team yang mana? Pro – atau kontra?
Redaktur: Zukhrina Az Zukhruf