Tari Tatak Garo-Garo, Perayaan Syukur dan Cinta dari Suku Pakpak

Oleh: Hanna Sinaga

Suara USU, Medan. Batak adalah suku yang terkenal berasal dan menetap di daerah Sumatera Utara. Jika menyebutkan suku Batak, kita mungkin hanya familiar dengan Batak Toba, Batak Simalungun, Batak Karo, atau Batak Mandailing. Namun ternyata masih ada macam-macam suku Batak yang lain, salah satunya Batak Pakpak. Suku Batak Pakpak adalah suku besar yang mendiami wilayah Provinsi Sumatera Utara, mulai dari Barus di Kabupaten Tapanuli Tengah, Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Dairi, hingga Kabupaten Pakpak Bharat. Suku ini juga banyak ditemui di Kabupaten Singkil dan Kota Subulussalam, Aceh.

Salah satu kesenian dari daerah ini adalah Tari Tatak Garo-Garo. Tari Tatak Garo-Garo menggambarkan kehidupan sekelompok burung bernama Garo-Garo yang terbang dengan bebasnya. Burung tersebut akan memperlihatkan keceriaan saat mencari makan dan bersenda gurau dengan kawan-kawannya. Namun selain makna tersebut, Tari Tatak Garo-Garo juga menceritakan tentang seorang perempuan yang sedang mencari pasangan di kampungnya. Namun sayang, sang dara harus menunggu karena pemuda idamannya sedang pergi merantau ke kampung seberang. Tapi akhirnya suatu ketika mereka bertemu, dan pemuda tersebut membawa pulang sang kekasih.

Selain tarian, Pakpak tentu memiliki alat musik yang digunakan untuk mengiringi tiap ayun tangan dan gerak kaki sang penari bahkan sebagai pengiring ritual keagamaan. Alat musik tradisional Pakpak dapat dikelompokkan menjadi beberapa bagian sebagai berikut:

  1. Kalondang, alat musik yang terdiri dari 9 bilah kayu, sejenis xylophone yang dimainkan dengan mengikuti melodi yang sama dengan vokal.
  2. Lobat, alat musik yang dimainkan saat perkemenjan (menyadap getah kemenyan).
  3. Sordam, alat musik tiup bersuara sangat pilu. Digunakan sebagai media memasuki ruang berdimensi lain agar bisa berkomunikasi dengan roh para leluhur. Alat musik ini sering digunakan untuk mencari orang hilang.
  4. Genderang, alat musik pukul. Berperan penting pada upacara duka, bunyi genderang ini baku sifatnya, tanpa improvisasi atau variasi bunyi. Untuk upacara sukacita, genderang digabung dengan kalondang dan bebas berimprovisasi.
  5. Garantung, alat musik sejenis gong ceper tanpa pencu yang terdiri dari lima bilah.
  6. Mbotul, seperangkat alat musik gong berpencu.
  7. Oning-oning, sebutan untuk alat musik tradisi Pakpak Dairi yang dimainkan solo.

Secara tradisional, masyarakat Pakpak akan menarikan tarian ini saat masa panen tiba. Hal tersebut sebagai ungkapan rasa sukacita atas seluruh hasil panen yang berlimpah. Tari Tatak Garo-Garo juga tidak hanya menggambarkan kegembiraan selama masa panen, namun juga menggambarkan kegembiraan selama proses menanamnya. Formasi Tari Tatak Garo-Garo terdiri dari 5-6 penari, dan semua penari mengenakan pakaian berwarna hitam.

Bagaimana, Sobat SU? Menarik bukan? Ternyata benar bahwa keberagaman membuat Indonesia menjadi negeri yang sangat indah. Salah satu contohnya adalah dengan mengenal suku lain di Sumatera Utara, yaitu Suku Pakpak, yang memiliki keunikan khasnya sendiri.

Redaktur: Yuni Hikmah

Related posts

Mencari Berkah di Momen Idul Adha dengan Lagu “Cari Berkah” oleh Wali

Merasakan Bagaimana Waktu Berharga Lewat Lagu Lekas

Harapan Orangtua dalam Lagu ”Anakku Na Burju”