Aku Ingin Tidur Siang

Ilustrasi: M Ghozi Muzakki

Oleh: Heflin Laurensia D.

Di bawah mentari yang terik menjilat,

Ada kota yang membentak anak baru

Nekat, senjata tajam dalam genggamanku,

Di dalam ketegaanku, api, paru-paru, segenggam beras, sepatu. Bergelora, benarku.

 

Selesai siang yang panjang, lalu pedang mulai menusuk dada,

Menghujam hati, dalam gelap yang mendalam.

Harsa mengalir dalam darah yang panas,

Menggema perubahan, di dunia yang tak pernah ada.

 

Dalam setiap bait, dalam setiap suara yang berdentum,

Mata coklatku, tumpah ruah, berpeluh.

Di dalam cinta, terbesit harapan dan bisikan sanak yang membakar,

Menuju masa depan, senja merah, tidur siang, tempat mimpi berlabuh.

 

Mengheningkan kata-kata, aku di tengah belantara.

Walau sesak kota, ada kebenaran yang terasa dalam luka.

Aku bertahan, meski dalam keabadian yang gelap

Kembali lagi, demi itu. Nanti ku sebutkan satu-persatu.

Redaktur: Fransiska Zebua

Related posts

Berlarut dalam Duka

Dalam Hening, Aku Berbicara

Seribu Arah