Fenomena Silent Quitting di Kalangan Mahasiswa dan Formalitas dalam Perkuliahan

Desain: Emmi Simatupang

Oleh: Ardina Mendrofa

Suara USU, Medan. Dalam dunia perkuliahan, sudah seharusnya mahasiswa aktif mengikuti proses akademik, bekerja sama dalam kelompok, serta mengembangkan kompetensi diri. Namun, masih banyak mahasiswa yang hadir dalam perkuliahan hanya untuk memenuhi syarat akademik tanpa terlibat aktif, baik dalam diskusi, tugas, maupun kegiatan kampus lainnya. Fenomena ini disebut dengan silent quitting.

Apa itu silent quitting?

Istilah silent quitting pertama kali muncul dalam dunia kerja, yang merujuk pada karyawan yang hanya bekerja sesuai dengan apa yang diminta tanpa ada upaya yang lebih atau antusiasme. Istilah ini kemudian relevan dalam dunia akademik, menggambarkan mahasiswa yang hadir dalam perkuliahan tetapi bersikap pasif dalam menjalankan tanggung jawab akademisnya.

Lantas, apakah kuliah kini hanya menjadi formalitas semata?

Banyak yang menganggap bahwa silent quitting terjadi karena rasa malas atau kurang adanya usaha. Padahal realitasnya, fenomena ini muncul karena berbagai faktor yang lebih kompleks. Di Indonesia, fenomena ini semakin terlihat seiring dengan meningkatnya jumlah mahasiswa yang memilih kuliah hanya untuk mendapatkan gelar, bukan untuk mendapatkan ilmu. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2023, terdapat peningkatan yang signifikan dalam jumlah pengangguran di kalangan lulusan sarjana, dengan tingkat pengangguran terbuka di Indonesia mencapai 5,18%, meningkat dari 4,8% pada tahun 2022. Hal ini menunjukkan bahwa banyak lulusan sarjana kurang memiliki kompetensi diri dan belum siap untuk memasuki dunia kerja.

Salah satu faktor penyebab fenomena ini adalah ketidaksesuaian jurusan dengan minat dan bakat yang dimiliki. Berdasarkan data penelitian Indonesia Career Center Network (ICCN) pada 2021, 87% mahasiswa di Indonesia merasa salah memilih jurusan, sehingga kurang termotivasi dalam perkuliahan dan menjalaninya hanya sebagai formalitas.

Selain itu berikut beberapa faktor lain penyebab terjadinya fenomena ini adalah:

  1. Tingginya Tekanan Akademik

Mahasiswa menghadapi tugas yang menumpuk, ujian yang sulit, serta ekspektasi tinggi dari dosen maupun orang tua. Akibatnya, banyak mahasiswa yang hadir di kelas tanpa benar-benar fokus atau tertarik pada materi yang disampaikan.

  1. Pengaruh Era Digital

Perkembangan teknologi membawa dampak besar terhadap cara mahasiswa berinteraksi dalam proses pembelajaran. Banyak mahasiswa yang lebih fokus pada gadget atau media sosial saat perkuliahan berlangsung, yang menyebabkan partisipasi akademik semakin rendah.

  1. Kurangnya Dukungan dari Dosen dan Kampus

Interaksi antara mahasiswa dan dosen yang kurang juga dapat menjadi faktor penyebab terjadinya fenomena ini. Mahasiswa merasa kurang mendapatkan dukungan akademik yang cukup dari dosen,  baik dalam bentuk bimbingan akademik maupun interaksi di dalam kelas. Kondisi ini membuat partisipasi mahasiswa menjadi semakin rendah dan mereka semakin apatis terhadap proses perkuliahan.

Dampak yang ditimbulkan dari fenomena ini tidak bisa diabaikan begitu saja. Mahasiswa yang sekedar hadir perkuliahan tanpa partisipasi yang aktif akan kurang mengembangkan keterampilan berpikir kritis, komunikasi, dan kerja sama tim dalam kelompok. Hal ini berdampak pada kualitas lulusan yang kurang kompetitif di dunia pekerjaan. Selain itu, keterlibatan mahasiswa yang rendah di dalam kelas juga mempengaruhi kualitas pembelajaran. Menciptakan lingkungan belajar yang interaktif dan dinamis akan menjadi tantangan bagi dosen yang mengajar di kelas dengan mahasiswa pasif. Akibatnya, bisa berdampak pada kualitas pendidikan di kampus tersebut.

Oleh karena itu, kesadaran mahasiswa untuk lebih bertanggung jawab dalam menjalankan perannya menjadi solusi dalam mengatasi hal ini. Sebagai mahasiswa juga harus memiliki tujuan yang jelas dalam kuliah dan lebih aktif dalam proses pembelajaran. Dengan menetapkan tujuan akademik dan karier yang ingin dicapai menjadi salah satu cara yang efektif. Selain itu, bergabung dengan organisasi kampus yang sesuai dengan minat dan bakat menjadi pendukung untuk terlibat aktif dalam kegiatan perkuliahan. Dukungan dari lingkungan kampus untuk menciptakan suasana belajar yang lebih terbuka dan responsif juga perlu untuk  diperhatikan.

Redaktur: Zahra Zaina Rusty

Related posts

Kelas Menengah di Tengah Carut Marut Ekonomi

KPK Lemah Korupsi Kuat

Seni Menjilat ala Artis dan Influencer yang Kini Jadi Buzzer Kekuasaan