Kuliah : Antara Memenuhi Harapan Orang Tua dan Meniti Jejak Ilmu

Oleh : Rekisha Ainur Ramadani

Suara USU, Medan. Kuliah merupakan salah satu fase penting dan menentukan dalam perjalanan hidup seseorang. Fase ini tidak hanya berfungsi sebagai jembatan antara dunia pendidikan dan dunia kerja, tapi juga sebagai arena pengembangan diri, baik secara akademik maupun non-akademik. Dengan pentingnya peran pendidikan tinggi dalam kehidupan, muncul pertanyaan besar: apakah tujuan utama seseorang melanjutkan kuliah adalah untuk memenuhi harapan orang tua atau untuk meniti jejak ilmu?

Di satu sisi, harapan orang tua seringkali menjadi motivasi utama bagi sebagian besar mahasiswa dalam melanjutkan pendidikan tinggi. Tidak jarang, orang tua memiliki ekspektasi tersendiri terhadap masa depan anak-anaknya, baik itu berupa gelar akademik, prospek pekerjaan, hingga status sosial yang dianggap lebih baik. Mereka menganggap kuliah sebagai jalan untuk mencapai semua itu. Dalam hal ini, mahasiswa mungkin merasa terbebani untuk memenuhi harapan tersebut, terutama jika apa yang diinginkan orang tua tidak sesuai dengan minat atau keinginan mereka sendiri.

Di sisi lain, kuliah sebagai sarana meniti jejak ilmu yang  menawarkan perspektif yang berbeda. Dalam pandangan ini, pendidikan tinggi dilihat sebagai kesempatan untuk menjelajah, menemukan, dan mendalami bidang ilmu yang benar-benar diminati dan membakar semangat seseorang. Lebih dari itu, kuliah tidak hanya tentang menuntut ilmu dalam arti akademis, tapi juga tentang pengalaman hidup, mengembangkan keterampilan sosial, dan mempersiapkan diri menjadi individu yang mandiri dan matang. Menjadi bagian dari komunitas akademik memungkinkan mahasiswa untuk berinteraksi dengan berbagai pikiran, budaya, dan ide, yang dapat membuka wawasan dan memperluas pemahaman tentang dunia. Namun demikian, mencari titik temu antara kedua pandangan tersebut bukanlah hal yang mudah. Realitas sosial dan ekonomi seringkali memaksa mahasiswa untuk berada dalam dilema antara mengikuti passion mereka atau memilih jalan yang dianggap lebih “realistis” dan menjanjikan secara finansial. Permasalahan ini menjadi lebih kompleks dengan adanya tekanan sosial dan ekspektasi yang tinggi dari keluarga dan masyarakat.

Solusi dari dilema ini mungkin terletak pada kompromi dan komunikasi yang efektif antara mahasiswa dan orang tua. Penting bagi kedua belah pihak untuk duduk bersama dan mendiskusikan apa sebenarnya harapan, keinginan, dan tujuan yang ingin dicapai. Mahasiswa harus berani menyatakan aspirasinya, sementara orang tua diharapkan dapat memberikan dukungan, bukan hanya dalam bentuk material, tapi juga pemahaman dan penerimaan terhadap keputusan anak-anaknya.

Selain itu, institusi pendidikan juga memiliki peran penting dalam membantu mahasiswa menemukan dan menggali potensi mereka. Universitas dan perguruan tinggi harus menyediakan lingkungan yang kondusif untuk pembelajaran dan eksplorasi diri, termasuk akses ke berbagai sumber belajar, dukungan karir, serta kesempatan untuk melakukan penelitian dan proyek mandiri.

Kesimpulannya, kuliah bukan hanya tentang memenuhi harapan orang tua atau mengejar ilmu semata, tetapi merupakan kombinasi dari keduanya, sangat penting bagi mahasiswa untuk menemukan keseimbangan antara ekspektasi keluarga dan minat pribadi. Komunikasi terbuka antara mahasiswa dan orang tua serta dukungan dari institusi pendidikan dapat membantu dalam perihal ini. Dengan pendekatan yang holistik, kuliah dapat menjadi sarana untuk pengembangan pribadi dan profesional yang berkelanjutan.

Redaktur : Balqis Aurora

Related posts

Nilai Akademis yang Tinggi atau Pengalaman yang Banyak, Mana yang Lebih Menentukan Karier?

Kita Balas di Semester Depan: Wacana yang Tak Kunjung Terlaksana

Mendekati UAS, Tugas Semakin Ganas: Mengapa?