Lemantun : Sebuah Warisan Tak Biasa

Penulis : Theresa Hana Karen Sidebang

SUARA USU, Medan. Lemantun adalah sebuah film pendek berdurasi 21 menit karya Wregas Bhanuteja yang dibuat pada tahun 2014 silam.

Film yang diunggah pada tanggal 14 April 2020 ini bergenre romansa keluarga. Kisah dimulai dengan pembagian warisan oleh seorang  Ibu kepada kelima anaknya. Warisan yang diberikan bukanlah tanah ataupun rumah melainkan lemantun yang berarti lemari dalam bahasa  Jawa.

Pembagian  warisan  dilakukan di rumah sederhana milik sang Ibu. Saat pembagian warisan, Tri salah satu anak terlihat mencolok dengan menggunakan celana pendek dan kaos yang duduk di atas lantai. Sedangkan saudaranya berpakaian rapi dan duduk di sofa rumah sang ibu.

Satu-persatu  lemari diterima oleh ke-lima anak. Anak-anaknya menempelkan  nama yang disertai gelar pendidikan di setiap lemari, kecuali Tri. Ia yang tak mempunyai gelar di depan atau pun  di belakang namanya.

Semua lemari dibawa pulang oleh anak-anak, kecuali milik Tri. Tri adalah satu-satuya anak yang menemani Ibunya di rumah. Adegan emosional terjadi saat Tri bingung membawa pulang kemana lemarinya. Tri masuk ke dalam lemari dan duduk menyerupai udang di dalam lemari miliknya. Adegan ini menggambarkan bahwa lemari adalah rahim.

“Lemari adalah rahim. Rahim adalah tempat dimana manusia terbebas dari masalah. Manusia tidak perlu bekerja atau mencari makan, bebas dari ancaman dan terlindung secara utuh oleh tubuh ibu. Permasalahan dimulai ketika manusia lahir dan meninggalkan semua kondisi utuh itu” ungkap Wregas di akun twitter miliknya yang menggambarkan posisi Tri yang seperti bayi dalam lemari miliknya.

Tri adalah sosok yang melambangkan sifat nerimo (menerima), walaupun diriya bukan seorang yang “sukses” seperti saudara-saudaranya.  Ia adalah seorang yang loyal kepada sang Ibu. Tri sangat rendah hati merawat dan hidup sederhana bersama ibu.

Film ini diangkat dari kisah nyata sang penulis, sosok Tri adalah pakdhe (paman) dari Wregas Bhanuteja. Skenario Wregas berhasil menyampaikan emosi kasih yang sangat tulus dari anak kepada ibunya dalam durasi 21 menit. Semua pemeran berhasil menyampaikan emosi yang biasa terjadi dalam sebuah keluarga. Perasaan egois, semena-mena bahkan kasih yang tulus dapat disampaikan dengan baik oleh para pemeran.

Film ini menggambarkan bahwa “sukses” bukan hanya tentang pencapaian gelar pendidikan ataupun karir tapi bagaimana manusia hidup dengan penuh kasih yang tulus kepada sesamanya. Memaknai peran dalam hidup dengan penuh ikhlas dan ketulusan.

Selain alu cerita yang menarik, film ini ini dibintangi oleh para artis senior dan eksekutif kondang dari Jawa Tengah. Selain Tatik Wardiono (Ibu), ‘Lemantun’ ada pula Den Baguse Ngarsa (Mas Eko), Agus Kencrot (Mas Dwi), Titik Renggani (Yuni), Trianto Hapsoro (Anto), dan Freddy Rotterdam (Tri).

Kesuksesan Wregas Bhanuteja menampilkan skenario yang apik dan cukup menguras emosi membawa film Lemantun menerima  banyak penghargaan bergengsi, yaitu  trofi Piala Maya 2015 untuk Film Cerita Pendek Terpilih dan Film Pendek Fiksi Terbaik XXI Short Film Festival 2015 pilihan Juri Indonesian Motion Picture Associations (IMPAS).

Redaktur : Melisa Rh

Related posts

Bad Boys: Ride or Die, Kembalinya Duet Ikonik dengan Aksi dan Komedi Lebih Gila

The Pursuit of Happyness, Kisah Inspiratif Penuh Harapan dan Kegigihan

Pendidikan dan Nilai Kemanusiaan dalam Drama Law School