Mahmud Mulyadi, Si Dosen Nyentrik Ahli Pidana Terkenal Dari Fakultas Hukum USU

Penulis : Nuri Indah Pratiwi

SUARAUSU, Medan. Berambut Mohawk dan memakai aksesoris nyentrik seperti cincin, batu akik, gelang giok, hingga tali pinggang dengan kepala berbentuk buaya berwarna emas. Begitulah sekilas penampilan dari Mahmud Mulyadi, Dosen Hukum Pidana Fakultas Hukum USU yang beberapa bulan lalu wajahnya sering singgah di layar kaca. Tepatnya yaitu saat ia dipercayakan KPK untuk menjadi ahli hukum pada praperadilan kasus korupsi E-KTP Setya Novanto. Ia yang pada saat itu tampil nyentrik dengan rambut mohawk dan gesper ikoniknya, bahkan sampai membuat Hakim tunggal saat itu, Hakim Kusno memuji penampilannya. “Ahli ini penampilannya anak gaul, tapi pintar sekali. Terima kasih,” ujar Kusno kepada Mahmud.

Pria kelahiran Desa Semantul (Sumatera Selatan) 01 April 1974 ini, mempunyai lika-liku panjang dalam menempuh pendidikannya. Memulai sekolah dasar di SD Negeri 1 Semantul, ia kemudian  melanjutkan MTS dan SMAnya di kota Palembang. Setelah ia berhasil menamatkan pendidikan SMAnya, Mahmud Mulyadi banyak mendapatkan nasihat tentang pendidikannya kedepan. Sejak SMA, Fakultas Hukum merupakan Fakultas yang sudah lama ia idam-idamkan. Akhirnya setelah perjuangan panjang dan berkat restu orang tua, ia memberanikan diri untuk menempuh pendidikan S1 Fakultas Hukum di Universitas Sriwijaya. Hingga akhirnya dengan ketekunan dan kerja keras, ia melanjutkan pendidikan S2 dan S3 dengan memperoleh program Beasiswa dari Universitas Sumatera Utara.

Pria yang sering mengenakan sepatu berbeda warna ini menceritakan, bahwa saat menjadi mahasiswa, ia aktif dalam organisasi intra kampus maupun ekstra kampus seperti BPM (Badan Perwakilan Mahasiswa), Senat/BEM, HMI dan beberapa organisasi lainnya. “Saya selalu berpesan kepada mahasiswa, untuk selalu aktif berorganisasi karena itu akan memberikan pembelajaran yang tidak akan di dapat di dalam kelas.” ujarnya.

Ia menuturkan tentang harapan baiknya yang tinggi terhadap kondisi Indonesia, terutama di bidang hukum. “Menurut saya, Indonesia kedepannya akan menuju ke Negara yang lebih berkembang. Tentu hukum menjadi the first level. Dan 70%  Presiden Amerika berasal dari orang hukum.”  Jelasnya. Selain itu, Pria yang sering melanglang buana menjadi saksi ahli hukum kasus-kasus terkenal di Indonesia ini juga menuturkan “Hukum pidana itu adalah hukum yang paling murni diantara cabang-cabang hukum yang lain. Kalau kita berbicara kejahatan pertama dimuka bumi, ialah pembunuhan yang dilakukan anak Adam, Qabil kepada saudaranya Habil.”

Selain reputasi bagus sebagai ahli hukum pidana, Dosen nyentrik dengan rambut mohawk yang telah mengajar selama 17 tahun ini, ternyata merupakan sosok suami yang saya istri. Ia bercerita, 8 tahun silam sang istri mengajaknya ke salah satu salon di Kota Medan, dan gaya rambut Mohawk adalah permintaan sang istri. Awalnya ia merasa sangat malu karena menjadi pusat perhatian orang-orang sekitar, tetapi sekarang ia menikmati gaya tersebut. Bahkan berkat penampilannya yang nyentrik dan homoris ini, ia mampu membuat anak didiknya menjadi ga gampang bosen “Jadi dosen itu usahakan jangan sampai mahasiswa merasa bosan, karena belajar itu paling serius 45 menit. Dan pakaian saya ini sudah diatur oleh istri saya, mulai dari baju hingga celana” tambahnya.

Pernah suatu ketika, Salah satu mahasiswa bertanya kepadanya, Apa alasan ia berpenampilan seperti itu? “Dari sisi keilmuwan kriminologi, kejahatan dapat terjadi karena salah satu sebab itu adalah keinginan tinggi tapi sarana tidak imbang, kita ingin membeli sesuatu tapi uang tidak punya, arsiran ini namanya merampok. Sewaktu bersekolah, saya tidak punya sarana untuk bergaya, jadi saat inilah waktu saya untuk bergaya, sebab saya sudah punya saran” jelasnya.

Tidak hanya berpenampilan nyentrik, Dosen Fakultas Hukum ini juga memiliki pengalaman di bidang hukum yang cukup banyak. Seperti pada tanggal 16 Desember 2014 ia pernah diundang pada acara ILC (Indonesia Lawyers Club) sebagai pembicara dengan topik bahasan “Kamp Pembantaian di Kota Medan”, dan banyak prestasi mentereng lainnya.

Diakhir wawancara, ia memeberikan harapan kepada mahasiswa, “Saya berharap kepada mahasiswa, yang dalam waktu jangka panjang sebagai generasi penerus yang menjadi pemimpin bangsa, jadilah agen-agen perubahan dengan masuk ke wilayah-wilayah dalam kehidupan bernegara untuk mengaplikasikan ilmu. Nah, untuk menjadi pemimpin masa depan mahasiswa harus mempunyai kualitas integritas, kualitas intelektual, dan keahlian serta sosialisasi dalam masyarakat. Yang empat ini menurut saya harus wajib dimiliki mahasiswa, sehingga menjadi orang yang betul-betul bisa memilah baik dan buruk” tutupnya.

Redaktur Tulisan: Kurniadi Syahputra

Related posts

Lafran Pane, Sosok Inspiratif Pendiri Himpunan Mahasiswa Islam

Tirto Adhi Soerjo, Sang Pelopor Pers di Indonesia

Roehana Koeddoes, Pendiri Surat Kabar Perempuan Sekaligus Jurnalis Perempuan Pertama Indonesia