Mengenal Plave, Boygroup Virtual yang Lebih Dari AI

Sumber foto: pinterest

Oleh: Cahya Muty Salsabila

Suara USU, Medan. Dalam dunia hiburan yang terus berkembang, PLAVE -sebuah boygroup virtual- muncul sebagai fenomena unik yang menantang pandangan kita terhadap budaya dan teknologi. Banyak yang salah paham bahwa mereka hanyalah karakter AI, namun di balik tirai teknologi, ada sentuhan manusiawi yang membawa karakter-karakter tersebut hidup.

Apa itu Plave?

PLAVE, yang dibentuk oleh VLAST, terdiri dari lima anggota dengan karakter unik, yaitu Noah, Bamby, Yejun, Eunho, dan Hamin. Debut resmi mereka dengan album single “Asterum” pada 12 Maret 2023, mengawali perjalanan yang penuh kreativitas dan keunikan.

Keunikan Plave

  1. Konsep Visual dan Naratif

Tidak hanya lewat suara, PLAVE juga mengekspresikan identitas mereka melalui konsep visual dan naratif di setiap karya. Mereka tidak hanya menciptakan lagu, tetapi sebuah pengalaman seni yang utuh. Langkah pertama yang megah dan penuh antusias dari PLAVE dalam panggung musik dimulai dengan rilis single album pertama mereka, ‘Asterum.’

Album ini membawa kita ke dalam dunia musik yang penuh keajaiban, dengan lagu-lagu seperti ‘Wait for You’ dan melodi instrumental yang memukau dalam ‘Pixel World.’ Album ‘Asterum’ tidak sekadar menghadirkan lagu, tetapi juga sebuah kisah yang menghanyutkan. ‘Wait for You’ membawa pendengar pada perjalanan emosional, sementara melodi instrumental ‘Pixel World’ membawa kita ke dalam dunia maya yang mempesona. Keduanya menciptakan pengalaman mendalam yang membedakan PLAVE dari boygroup virtual lainnya.

Setelah ‘Asterum,’ PLAVE tidak berhenti berinovasi. Mereka merilis digital single berjudul ‘Why?’ yang menggoda imajinasi pendengar. Ini adalah langkah baru dalam perjalanan mereka, menghadirkan suara dan energi yang lebih matang. PLAVE terus mengeksplorasi batas-batas kreativitas mereka dengan merilis mini album berjudul ‘Asterum: The Shape of Things to Come.’ Judul ini sendiri memberi petunjuk bahwa kita dapat mengharapkan sesuatu yang luar biasa. Album ini mengajak pendengar untuk merenungkan masa depan musikal yang penuh tantangan dan kejutan.

2. Ikatan dengan Penggemar

Eksplorasi kisah dalam lagu “The 6th Summer,” Plave tidak hanya menciptakan karakter virtual, tetapi juga menghadirkan makna mendalam yang terhubung dengan penggemar, PLLI.

Lirik lagu ‘The 6th Summer’ menggambarkan kisah tentang perpecahan di antara anggota PLAVE. Namun, pesan yang paling menyentuh adalah harapan untuk bertemu kembali di musim panas yang keenam. Ini menciptakan narasi emosional yang menghubungkan dengan penggemar, mengundang mereka untuk merasakan keintiman di balik setiap kata. Dalam konsep unik ini, terungkap bahwa ada “anggota keenam” di PLAVE, yang melambangkan hubungan dekat antara grup dan penggemar PLLI. Lebih dari sekadar karakter virtual, PLAVE mengundang PLLI untuk menjadi bagian dari kisah mereka, merangkul ide bahwa kebersamaan melebihi batas dunia maya.Nama “PLAVE” sendiri adalah permainan kata dari ‘play’ (bermain) dan ‘reve’ (mimpi dalam bahasa Perancis), sementara PLLI adalah gabungan dari ‘play’ dan ‘reality’ (kenyataan). Ini menciptakan filosofi bahwa PLAVE bermimpi, dan PLLI sebagai fandom setia, memiliki peran penting dalam mewujudkan mimpi tersebut menjadi kenyataan.

PLAVE tidak hanya sekadar memberikan penampilan di atas panggung virtual. Melalui live streaming dan interaksi langsung di platform seperti YouTube, mereka membuka pintu ke dalam kehidupan sehari-hari mereka. Hal ini memperkuat ikatan emosional antara grup dan penggemar, menciptakan komunitas yang hidup dan terhubung.

3. Proses Produksi

Salah satu hal yang membuat grup ini unik adalah keterlibatan penuh dari setiap anggota dalam seluruh proses produksi. Mulai dari komposisi musik, produksi, penulisan lirik, hingga koreografi, semuanya adalah kolaborasi dari semua member di grup. Ini bukan hanya tentang penampilan di atas panggung; ini adalah tentang penciptaan dari nol serta seni dari hati mereka sendiri.

4. Teknologi Suit Motion Capture

Banyak yang salah paham dengan konsep mereka, menganggap bahwa mereka hanyalah karakter AI tanpa keterlibatan manusia sejati. Namun, kenyataannya jauh dari itu. Ada orang-orang asli di belakang layar, seperti kita, yang memberikan hidup pada karakter-karakter virtual ini. Mereka menggunakan teknologi motion capture suit untuk menyelaraskan gerakan dan ekspresi karakter dengan presisi yang menakjubkan.

Motion capture adalah metode atraktif untuk membuat gerakan dalam animasi komputer. Teknik motion capture mengandalkan perekaman dan pengambilan sempel gerakan manusia, hewan dan benda mati sebagai data 3 dimensi. Suit Motion Capture, perangkat wearable yang merekam gerakan tubuh, memungkinkan anggota merekam gerakan dengan akurasi. Ini menciptakan jembatan antara dunia nyata dan maya, memungkinkan ekspresi yang nyata dari setiap gerakan anggota.

PLAVE bukan hanya sebuah boygroup virtual, mereka adalah kisah tentang bagaimana kreatifnya manusia tetap menjadi inti seni di era teknologi tinggi. Dengan membongkar mitos AI, mereka membuka jalan untuk era baru hiburan di mana virtual dan manusia saling melengkapi, menciptakan karya-karya yang lebih berwarna dan unik. Selamat datang di dunia PLAVE, di mana mimpi dibuat nyata dan realitas diubah menjadi seni yang menakjubkan.

Redaktur: Anna Fauziah Pane

Related posts

Catatan Akhir Kuliah, Nostalgia Masa Kuliah dengan Sentuhan Komedi

Roehana Koeddoes, Pendiri Surat Kabar Perempuan Sekaligus Jurnalis Perempuan Pertama Indonesia

Mengenal Asal-Usul Tari Sufi Khas Timur Tengah