Nadiem Makarim, Menteri Termuda Kabinet Indonesia Maju Jebolan Harvard

http://Tempo.co

Sumber gambar: Tempo.co

Penulis : Yessica Irene


SUARAUSU, MEDAN
. Menjadi sukses di usia muda tentu adalah impian semua orang. Sebut saja Nadiem Makarim, founder dan mantan CEO Gojek ini membuktikan kesuksesannya dengan menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia di Kabinet Indonesia Maju 2020. Ia yang berusia 35 tahun, menjadi menteri termuda di kabinet ini.


Belakangan, namanya kian mencuat karena banyaknya tuntutan yang dilayangkan mahasiswa kepada dirinya. Pastinya mengenai polemik uang kuliah selama pandemi, bantuan biaya pendidikan dan lain sebagainya.


Pria kelahiran Singapura 4 Juli 1984 ini, dikenal sebagai anak muda yang penuh dengan ide kreatifnya. Nadiem Makarim memulai kariernya sebagai konsultan manajemen di MCKinsey & Company pada tahun 2006. Setelah memperoleh gelar MBA, ia melanjutkan karirnya sebagai pengusaha muda dengan mendirikan Zalora Indonesia dan menjabat sebagai Managing Editor.
Setelah keluar dari Zalora, ia kemudian menjabat sebagai Chief Innovation Officer (CIO) Kartuku dan akhirnya fokus untuk mengembangkan Gojek yaitu sebuah perusahaan transportasi dan penyedia jasa berbasis daring yang beroperasi di Indonesia dan sejumlah negara Asia Tenggara seperti Singapura, Vietnam, dan Thailand.


Dengan inovasinya yang sangat cermelang, putra dari pasangan Nono Anwar Makarim dan Atika Algadri ini mendapatkan pendidikan dari luar negeri. Nadiem menjalani proses pendidikan dasar hingga SMA berpindah-pindah dari Jakarta ke Singapura. Sehabis menyelesaikan pendidikan SMA-nya di Singapura, pada tahun 2002 ia mengambil jurusan Hubungan Internasional di Universitas Brown, Amerika Serikat.


Nadiem sempat mengikuti pertukaran pelajar di London School of Economics. Setelah memperoleh gelar sarjana pada tahun 2006, tiga tahun kemudian ia mengambil pascasarjana dan meraih gelar Master of Business Administration di Harvad Business School.


Nadiem Makarim mengakui bahwa ia suka dengan persoalan yang rumit dan semakin sulit suatu persoalan tersebut menjadi tantangan yang menarik untuk ia selesaikan. Oleh karena itu, tawaran untuk menjadi menteri Pendidikan dan Kebudayaan menjadi salah satu hal menarik untuk ia terima.


Permasalahan pendidikan di Indonesia memang masih terdapat banyak kendala dan harus ada perubahan untuk sistem pendidikan Indonesia saat ini. Nadiem percaya sebuah sistem pendidikan yang baik akan tercipta jika semua lapisan masyarakat turut berkerjasama untuk membangun sistem pendidikan yang lebih baik.


Berbagai kebijakan pun mulai dikeluarkan Nadiem pada masa awal jabatannya. Salah satu kebijakan yang menuai kontroversi adalah dihapusnya Ujian Nasional dan menggantikannya dengan ujian asesmen. Kebijakan ini memberikan kepercayaan penuh pada pihak sekolah untuk membuat sendiri format ujian yang lebih komperhensif.


Ujian tersebut tidak harus tertulis, namun bisa berupa penugasan kelompok, karya tulis, dan sebagainya. Kebijakan Nadiem ini menuai banyak pro dan kontra dari berbagai kalangan. Nyatanya Nadiem tetap melaksanakan kebijakan ini sebagai salah satu upaya untuk memperbaiki sistem pendidikan nasional Indonesia.


Bukan saja mengeluarkan kebijakan untuk sekolah, Nadiem juga mengeluarkan kebijakan untuk universitas yaitu kebijakan kampus merdeka. Kebijakan ini memperbolehkan para mahasiswa untuk bebas mengambil ataupun tidak SKS (satuan kredit semester) di luar kampusnya sebanyak dua semester atau setara 40 SKS. Di tambah lagi mahasiswa juga dapat mengambil SKS di prodi lain di dalam kampusnya sebanyak satu semester dari total semester yang harus ditempuh.


Banyak kemungkinan akan gagalnya proses pelaksanaan kebijakan yang telah dikeluarkannya tetapi Nadiem yakin bahwa kebijakan ini pasti akan berhasil disepuluh atau lima belas tahun kemudian. Saat masa jabatannya sudah berakhir dan capaian kebijakan yang ia rencanakan belum juga berhasil, Nadiem berharap pada masa jabatan selanjutnya tetap melanjutkan proses penerapan kebijakannya ini.


Nadiem makarim dengan segala kebijakannya saat ini, tentu selalu diharapkan oleh semua kalangan untuk dapat memberikan yang terbaik. Khususnya untuk pendidikan di Indonesia.


Redaktur Tulisan : Orsella Nuraina

Related posts

Lafran Pane, Sosok Inspiratif Pendiri Himpunan Mahasiswa Islam

Tirto Adhi Soerjo, Sang Pelopor Pers di Indonesia

Roehana Koeddoes, Pendiri Surat Kabar Perempuan Sekaligus Jurnalis Perempuan Pertama Indonesia