Punya Julukan “Dokter Dua Ribu” Ini Dia Kisah Inspiratif Dr. Sudanto

Penulis: Merry Agnus Dei Gultom 

Suara USU, Medan Dr. Sudanto atau yang lebih dikenal dengan julukan “Dokter Dua Ribu”  adalah alumni Universitas Gadjah Mada (UGM), beliau mematok biaya untuk pasiennya hanya sebesar Rp. 2.000 atau bahkan gratis. Ia telah mendedikasikan lebih dari 25 tahun perjalanan karirnya untuk melayani masyarakat di Abepura. Dengan umur yang tak muda lagi yakni 67 tahun, Dr. Sudanto tetap memiliki semangat yang tak pernah luntur. Dedikasinya yang tinggi mencerminkan nilai-nilai yang positif yang berorientasi pada kesejahteraan masyarakat dan kepentingan nasional berdasarkan Pancasila.

Dr. Sudanto memutuskan untuk mengabdikan diri di Papua setelah lulus dari Fakultas Kedokteran Umum UGM pada tahun 1976. Dr. Sudanto memang sudah pensiun sejak tahun 2003. Meski demikian, dia tetap membuka praktik di rumahnya di distrik Abepura. Dia merasa, tenaga dan pelayanannya masih dibutuhkan warga sekitar.

Di hari biasa Dr. Sudanto bisa kedatangan 100 pasien perharinya dan ketika hari libur pasien yang datang  bisa dua kali lipat lebih banyak. Itu menunjukkan bagaimana warga sekitar percaya pada kemampuan beliau. Warga sekitar hanya membayar Rp 2.000 saja jika diumpamakan di zaman sekarang hanya dapat mambayar parkir. Terkadang beliau juga tidak mendapatkan bayaran, digantikan dengan warga sekitar memberikan sagu, kayu bakar bahkan rempah-rempah sebagai ucapan terimakasih kepada beliau.

Wilayah tugas Dr. Sudanto benar-benar di pedalaman. Setiap hari beliau harus berjalan kaki keluar masuk  hutan dan rawa untuk menjangkau satu desa ke desa lainnya. Jadwal praktiknya dimulai pukul 07.00 WIT hingga 12.00 WIT. Pasien hanya membayar biaya periksa untuk obat-obatan, alat suntik dapat dibeli pasien di apotek yang terletak di dekat tempat praktiknya.

Dr. Sudanto juga mendapatkan penghargaan untuk dedikasinya tersebut. Penghargaan tersebut diperoleh beliau dari Universitas Gajah Mada yang diberikan dalam rangka Dies Natalis ke-60 UGM. Terdapat 90 penghargaan orang berprestasi dan 5 diantaranya adalah pengabdi di daerah miskin dan terpencil.

Redaktur: Fransiska Zebua

Related posts

Lafran Pane, Sosok Inspiratif Pendiri Himpunan Mahasiswa Islam

Tirto Adhi Soerjo, Sang Pelopor Pers di Indonesia

Roehana Koeddoes, Pendiri Surat Kabar Perempuan Sekaligus Jurnalis Perempuan Pertama Indonesia