
Oleh: Widia Ayu Lestari Sembiring
Suara USU, Medan. Loneliness atau kesepian adalah perasaan yang dialami individu terkait dengan kekurangan dalam menjalin hubungan sosial (Russell et al., 1980). Menurut Suparno (2007), loneliness merupakan kondisi ketika individu merasa tidak memiliki seseorang untuk diajak berkomunikasi secara baik yang mampu membangun persaudaraan. Perasaan kesepian ini tidak hanya berdampak pada kesejahteraan psikologis seseorang, tetapi juga dapat memengaruhi kesehatan fisik. Terutama bagi mahasiswa, yang di tengah kehidupan kampus yang padat seharusnya dipenuhi dengan interaksi sosial dan pergaulan yang luas. Namun, kenyataannya tidak semua mahasiswa merasakan pengalaman tersebut. Banyak mahasiswa yang justru mengalami kesepian meskipun berada di tengah keramaian.
Fenomena loneliness atau kesepian di kalangan mahasiswa semakin memperburuk kualitas kehidupan sosial mereka, terutama di era digital saat ini. Media sosial dan teknologi telah menggantikan interaksi sosial yang langsung dengan hubungan virtual. Mahasiswa yang lebih banyak menghabiskan waktu di depan layar perangkat, berinteraksi melalui media sosial atau aplikasi chat, sering merasa terhubung dengan orang lain. Namun, hubungan ini ternyata tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sosial yang mendalam. Hal ini menciptakan sebuah ilusi koneksi sosial yang tidak nyata. Berinteraksi secara virtual seringkali menurunkan kualitas hubungan sosial yang lebih mendalam, yang pada gilirannya memperparah perasaan kesepian.
Selain itu, mahasiswa yang terlalu sering berinteraksi dengan media sosial dapat kehilangan keterampilan sosial mereka dalam kehidupan nyata. Komunikasi melalui chat, komentar di media sosial, atau percakapan dalam game online memang dapat memberikan rasa terhubung, tetapi tidak cukup untuk membangun hubungan sosial yang sebenarnya. Ketiadaan interaksi langsung membuat mereka merasa lebih terisolasi. Ketika mereka berhadapan dengan interaksi nyata, banyak dari mereka merasa canggung, tidak nyaman, dan lebih memilih kembali ke zona nyaman mereka, yaitu kesendirian.
Sebagian mahasiswa, yang merasa kesepian, bukan lagi sekadar gangguan emosional, namun justru sudah menjadi bagian dari gaya hidup mereka. Beberapa mahasiswa mulai merasa nyaman dengan kondisi tersebut dan menjadikannya identitas diri. Istilah “friendless” muncul untuk menggambarkan mahasiswa yang merasa cukup dengan dirinya sendiri dan enggan terlibat dalam pergaulan sosial. Mereka merasa tidak perlu berinteraksi dengan orang lain, memilih untuk menarik diri dari kehidupan sosial, dan bahkan menghindari pertemanan untuk menghindari drama pertemanan yang bisa timbul.
Fenomena loneliness semakin diperparah dengan munculnya masalah perbandingan sosial yang tidak sehat di media sosial. Mahasiswa yang melihat unggahan teman-teman mereka yang tampak sempurna atau bahagia seringkali merasa diri mereka kurang dibandingkan dengan orang lain. Hal ini memicu perasaan rendah diri, yang semakin memperburuk kondisi emosional mereka dan mendorong mereka untuk lebih menarik diri dari interaksi sosial yang lebih nyata. Mereka merasa semakin terisolasi dalam dunia yang penuh dengan gambaran sempurna di dunia maya.
Meski gaya hidup yang terbentuk dari perasaan kesepian ini tampak nyaman bagi sebagian mahasiswa, kenyataannya memiliki dampak jangka panjang yang merugikan. Loneliness yang dibiarkan berlarut-larut dapat menurunkan kualitas hidup dan memengaruhi kesehatan fisik serta mental mereka. Dampak ini juga dapat berpengaruh pada performa akademik mahasiswa, karena mereka menjadi kurang fokus dan terisolasi dari kegiatan sosial yang positif.
Bagi mahasiswa yang merasa loneliness telah menjadi bagian dari gaya hidup mereka, penting untuk mengetahui bahwa ada langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengatasi perasaan kesepian ini. Berikut beberapa tips yang dapat membantu mahasiswa keluar dari zona kesepian:
- Membatasi waktu di media sosial alihkan waktu dari layar ke aktivitas sosial yang lebih bermakna.
- Mulai dengan langkah kecil seperti dengan mengikuti organisasi atau kepanitiaan yang diminati.
- Membuka diri dan melatih kemampuan sosial untuk berinteraksi dengan orang lain melalui obrolan ringan dengan orang sekitar.
- Bergabung dalam kegiatan yang melibatkan interaksi dengan orang lain, seperti bergabung dengan komunitas yang dapat membantu membangun kemampuan interaksi interpersonal.
Meskipun di era digital saat ini banyak kemudahan yang ditawarkan oleh media sosial, penting untuk menyadari bahwa hubungan sosial yang sesungguhnya tetap menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan yang sehat dan seimbang. Teknologi memfasilitasi komunikasi, tetapi tidak dapat menggantikan kualitas interaksi sosial yang dilakukan secara langsung. Meskipun kesendirian dapat memberikan ketenangan dan kenyamanan sejenak, hubungan sosial yang nyata tetap sangat penting untuk kesejahteraan fisik dan mental seseorang.
Dengan demikian, loneliness di kalangan mahasiswa adalah masalah yang membutuhkan perhatian khusus untuk diselesaikan. Perasaan kesepian yang dibiarkan berlarut-larut akan memengaruhi kualitas hidup, hubungan sosial, dan bahkan prestasi akademik. Penting bagi mahasiswa untuk mencari cara agar tidak terperangkap dalam isolasi sosial yang disebabkan oleh teknologi dan media sosial. Pada akhirnya, hubungan sosial yang sehat dan nyata tetap menjadi bagian penting dari kehidupan yang sebenarnya.
Redaktur: Annisya Putri Anggraini
Discover more from SUARA USU
Subscribe to get the latest posts sent to your email.