Fenomena Berburu Takjil, Ganggu Ketertiban Lalu Lintas Jalan Dr Mansyur

(Aksi berburu takjil, pengendara motor yang berhenti di tengah jalan/ Dok. Pribadi)

Reporter: Alicia Reylina/Deva Junita Graciela Simanjuntak

Suara USU, Medan. Selama bulan Ramadan, aksi berburu takjil di depan Universitas Sumatera Utara (USU) telah menyebabkan kemacetan yang signifikan di sepanjang pintu 3 menuju pintu 4 kampus. Kendaraan diparkirkan secara asal di sisi jalan, ditambah dengan pengendara yang memberhentikan kendaraannya untuk membeli takjil menjadi alasan pengguna jalan lainnya terganggu.

Bulan Ramadan adalah bulan yang istimewa khususnya bagi umat muslim. Ramadan dipandang sebagai waktu yang sakral di mana puasa menjadi pusat perhatian. Selama bulan ini, umat muslim menahan diri dari makan dan minum mulai dari terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari. Saat waktu berbuka tiba, ada yang namanya budaya mengonsumsi takjil, yakni makanan ringan yang bertujuan untuk menghilangkan rasa haus dan memberikan energi setelah berpuasa sepanjang hari. Fenomena “berburu takjil” sebelum waktu berbuka puasa telah menjadi budaya yang ditunggu dengan antusias dan populer di kalangan umat muslim maupun non-muslim.

Fenomena berburu takjil ini mempengaruhi arus lalu lintas area sekitar USU terutama di sepanjang jalur dari pintu 4 hingga pintu 3 yang dipenuhi oleh pedagang takjil. Para pedagang tersebut mewakili beragam latar belakang, mulai dari sekelompok mahasiswa yang memanfaatkan peluang ini untuk memperoleh pendapatan tambahan atau memenuhi kebutuhan pribadi, hingga masyarakat luar yang mencari penghidupan.

Mengenai perizininan untuk berjualan, petugas keamanan di pintu 4 menyatakan bahwa pihak kampus tidak memberlakukan larangan terhadap kegiatan perdagangan ini dengan syarat tidak berdagang di trotoar sebab dapat mengganggu jalur pejalan kaki.

“Kita pun tidak bisa melarang, intinya jangan di trotoar, di pasar lah gitu. Untuk izin kita enggak bisa larang, karena orang ini (mahasiswa) untuk uang kas bukan untuk pribadi,” ujar salah satu petugas keamanan di pintu 4.

Faktanya, meskipun para pedagang mengikuti larangan dengan tidak berjualan di atas trotoar, rombongan daripada pedagang khususnya pedagang dengan latar belakang mahasiswa juga telah mengganggu sebagian besar pejalan kaki.

“Macet kali ya kak, orang ini manggilin orang mau beli uda macam mau manggil massa. Orang ini (mahasiswa) yang jualan pun dua puluh orang di sini kak,” ungkap Grace, salah satu pengguna jalan. “Jujur, terganggu sih kak. Cuman seru juga, apalagi sekali setahun. Rasaku lebih ditertibin aja sih kak, kalau yang jualan maksimal sepuluh orang. Ini seperti mau demo fakultas,” sambungnya.

Masih dalam hal perizinan, sekelompok mahasiswa yang berjualan takjil juga mengakui tidak memiliki izin khusus untuk berjualan di sepanjang jalan dari pintu 3 dan pintu 4 USU, dan sekelompok mahasiswa tersebut juga berpendapat bahwa kemacetan bukan saja terjadi akibat aktivitas jual-beli takjil.

(keramaian pedagang takjil dan pengendara)

“Untuk efek macet, sebenarnya sama aja karena kita ketahui, jam 4 sampai jam 5 itu orang pulang kuliah atau orang pulang kerja. Untuk beberapa arus ya tetap macet, kalau ditambah beberapa orang jualan di bulan Ramadhan ya macet juga, sama aja.” Jelas Nutrsyi, salah satu kelompok mahasiswa yang menjual takjil memberikan tanggapannya.

”Di depan USU emang uda sering macet, hanya saja memang di pintu 4 USU saat ini menjadi titik kemacetan karena adanya penjual takjil. Jadi kalau dibilang memperparah sih tidak, tapi sekarang macetnya hanya terpusat di pintu 4 USU, tidak lagi di keseluruhan jalan di depan USU,” jawab Aisha, salah satu pengguna jalan saat ditanyai mengenai kemacetan yang terjadi.

Redaktur: Fathan Mubina

Related posts

Karya Kreatif Sumatera Utara (KKSU) 2024 Telah Dibuka, Lebih Dari 400 UMKM Terlibat

Menikmati Musik Skena Pada Konser Antar Lintas Skena

Temilreg FoSSEI Sumbagut oleh KSEI FoSEI USU 2024, Dorong Generasi Muda Pahami Ekonomi Syariah