Oleh : Fatimah Roudatul Jannah
Sudah berapa lama kalian menyaksikan pertunjukan ini?
Pesta pora kekuasaan yang berani menggelindingkan keadilan ini
Tangan yang nakal mengetuk palu pengesahan seadil mungkin bagi yang sedarah
Sekali lagi, bagi yang dipentingkan saja
Dasar
Terang-terangan mereka menganggap rakyat negara ini bodoh dengan semena-mena melucuti konstitusi
Mempertontonkan sendiri kebobrokan hukum dan dasar-dasar negara yang selama ini dijunjung seluruh rakyat Indonesia
Hei teriakkanlah
“Merdeka!”
Iya lolongkan saja
Ludahi ketidak maluan mereka dengan berani bersuara
Di istana, singgasana dan kursi-kursi berjajar milik ‘perwakilan’ kita
Terhidang menu keberlanjutan kuasa
Fenomenal sekali hal ini
Keberlanjutan bagi harta mereka
Tiada yang ingin mengalah demi kekuasaan
Kita ini bukan patung
Kita ini bukan pahatan yang ditata lalu tidak punya pilihan selain menerima
Remeh sekali
Suara kita tidak seharga janji semanis gulali mereka yang sudah tak nampak lagi jejaknya
Mual sekali mengingatnya
Aku bantu peringatkan
Warga negara ini telah murka !
Kekecewaan kami tidak lembek
Ini seumpama api yang dasarnya tak akan padam pada apapun
Harga diri konstitusi sudah dipermainkan
Ini kerusakan moral yang sebenarnya bukan?
Duka sudah mendalam di ibu pertiwi
Hanya dengan melawan kita mencegah duka itu tumbuh subur dan menjadi kehancuran
Lawanlah
Suarakan
Demokrasi tidak punya peluang untuk mati
Redaktur : Evita Sipahutar