Penerapan Cashless Society oleh Gen Z dalam Bertransaksi

Sumber: Espos.id | Gambar: freepik.com

Oleh: Rifatul Suaidah

Suara USU, Medan. Generasi zaman sekarang, terutama generasi Z lebih memilih melakukan transaksi digital. Mereka menganggapnya lebih praktis dan cepat. Hal tersebut terjadi karena teknologi yang terus berkembang sehingga memanjakan generasi Z dalam melakukan banyak hal. Akan tetapi, mereka tidak mengetahui istilah terkait gaya hidup yang mereka terapkan serta bahaya yang dapat terjadi apabila mereka terlalu terbawa arus dan tidak bijak dalam menerapkan gaya hidup ini.

Apakah kalian tahu apa itu istilah “Cashless Society?” Istilah tersebut merujuk pada gaya hidup yang menerapkan pembayaran nontunai untuk segala jenis transaksi. Istilah ini berasal dari dua kata bahasa Inggris, yaitu cashless yang berarti nontunai dan society yang berarti masyarakat. Cashless Society pertama kali muncul dan diperkenalkan secara resmi di Indonesia pada tanggal 14 Agustus 2014 di Jakarta, ketika pemerintah merancang Gerakan Nasional Nontunai (GNNT). Gubernur Bank Indonesia pada saat itu adalah Agus Martowardojo. Ia mengatakan bahwa gerakan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dan pelaku bisnis dalam menggunakan pembayaran nontunai dalam transaksi keuangan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh IPSOS (Perusahaan Riset dan Konsultasi Pasar Global yang berpusat di Prancis), dompet digital yang paling banyak dipilih oleh generasi muda Indonesia adalah GoPay (58%), OVO (29%), Dana (9%), dan LinkAja (4%). Hal tersebut dipertegas oleh Presiden Direktur Visa Indonesia, Riko Abdurrahman, yang mengatakan “Dilihat dari hasil studi Visa, metode pembayaran digital yang paling banyak digunakan oleh Gen Z di Indonesia adalah dompet digital atau e-wallet (89%), disusul dengan kartu debit/kredit (76%) dan QR code (67%),” dalam webinar Contactless Talk, Jumat 22 September 2023.

Apa saja sih keuntungan dan tantangan dalam menerapkan gaya hidup Cashless Society ini? Keuntungan yang diperoleh adalah kemudahan dan kecepatan dalam bertransaksi, terhindar dari tindak kriminal, memastikan keamanan bertransaksi serta banyak promo menarik. Namun, sistem cashless ini juga memiliki tantangan bagi generasi Z, yaitu adanya biaya transaksi, belum terbebas dari ancaman penjahat cyber, tidak semua tempat menyediakan layanan digital serta meningkatnya gaya hidup konsumtif pada generasi Z.

Bagaimana cara mengatasi tantangan dalam menerapkan Cashless Society ini bagi generasi Z? Berikut terdapat beberapa tips dalam menerapkan gaya hidup cashless society dengan bijak dan tepat, yaitu:

  1. Pemilihan Platform yang Tepat dan Mayoritas

Generasi Z dapat memilih platform pembayaran digital yang menawarkan biaya transaksi rendah bahkan tanpa biaya. Generasi Z harus pandai mencari informasi terkait hal tersebut. Selain itu, Generasi Z harus pandai menganalisis kebanyakan mayoritas di lingkungannya menggunakan suatu platform atau e-wallet apa saja agar memudahkan mereka dalam bertransaksi dengan minim biaya admin karena persamaan platform yang digunakan.

  1. Gunakan Metode Pembayaran Aman dan Aktifkan Otentikasi Dua Faktor

Generasi Z harus pandai dalam memilih platform pembayaran yang memiliki reputasi baik dan menawarkan fitur keamanan tambahan dengan menggunakan otentikasi dua faktor (2FA), seperti enkripsi data dan perlindungan dari penipuan. Beberapa platform yang menyediakan fitur tersebut, yaitu: Ovo, ShopeePay, LinkAja, dan Apple Pay. Akses ke akun memerlukan verifikasi tambahan, yang membuatnya lebih sulit bagi peretas untuk mendapatkan akses.

  1. Mencari Tahu Lokasi yang Mendukung Pembayaran Digital dan Membawa Uang Tunai untuk Urgensi

Sebelum pergi ke suatu tempat, perlu melakukan riset tentang lokasi yang menyediakan fasilitas pembayaran digital. Ini bisa dilakukan melalui forum komunitas online, teman ataupun kerabat. Akan tetapi, meskipun telah berusaha untuk mencari lokasi yang menyediakan fitur pembayaran digital, pasti akan selalu ada kendala. Misalnya, terkait jaringan ataupun layanan digital tidak tersedia. Penting untuk selalu membawa uang tunai sebagai cadangan untuk situasi darurat atau ketika layanan digital tidak tersedia.

  1. Membuat Anggaran Pribadi dan Menghindari Belanja Impulsif karena FOMO (Fear of Missing Out)

Generasi Z dapat menyusun anggaran bulanan yang jelas untuk mengontrol pengeluaran. Hal tersebut bisa dilakukan di aplikasi atau menggunakan excel. Contoh aplikasi yang menyediakan fitur pengelola keuangan adalah Money Tracker, Money+, Sepran: Catatan Keuangan Lucu. Dengan melakukan hal tersebut, individu dapat lebih sadar akan pengeluaran mereka. Apabila tergoda untuk membeli sesuatu, beri diri waktu untuk berpikir. Renungkanlah apakah barang tersebut diperlukan atau hanya keinginan sesaat. Serta batasi paparan terhadap media sosial atau iklan yang memicu rasa takut ketinggalan dan tekanan untuk membeli barang-barang tertentu.

Generasi Z dapat menyusun anggaran bulanan yang jelas untuk mengontrol pengeluaran. Hal tersebut bisa dilakukan di aplikasi atau menggunakan excel. Contoh aplikasi yang menyediakan fitur pengelola keuangan adalah Money Tracker, Money+, Sepran: Catatan Keuangan Lucu. Dengan melakukan hal tersebut, individu dapat lebih sadar akan pengeluaran mereka. Apabila tergoda untuk membeli sesuatu, beri diri waktu untuk berpikir. Renungkanlah apakah barang tersebut diperlukan atau hanya keinginan sesaat. Serta batasi paparan terhadap media sosial atau iklan yang memicu rasa takut ketinggalan dan tekanan untuk membeli barang-barang tertentu.

Generasi Z semakin mengadopsi gaya hidup cashless society dengan mengandalkan transaksi digital. Meskipun menawarkan kemudahan dan keamanan, mereka juga menghadapi berbagai macam tantangan. Untuk mengatasi tantangan ini, generasi Z disarankan untuk memilih platform pembayaran yang tepat, menggunakan metode yang aman dengan otentikasi dua faktor, melakukan riset lokasi yang mendukung pembayaran digital sambil tetap membawa uang tunai untuk keadaan darurat, serta menyusun anggaran pribadi untuk menghindari pembelian impulsif akibat FOMO. Dengan langkah-langkah ini, mereka dapat memanfaatkan teknologi pembayaran digital secara bijak dan bertanggung jawab.

Redaktur: Yuni Hikmah

Related posts

Ketika Loneliness Menjadi Gaya Hidup Mahasiswa Friendless di Era Digital

Menemukan Autentisitas di Tengah Arus Tren

Doodling Sebagai Kunci Fokus dan Kreativitas dalam Belajar