Pengaruh Globalisasi Terhadap Gotong Royong Di Suatu Wilayah

Oleh : Auzy Adzkia/Dean Agustin/Inez Valentine/Nelvina/Aditya Desani/Ridho Alfi/Natasya Putri

Suara USU, Medan. Globalisasi dan modernisasi tidak bisa dihindarkan bagi setiap warga negara di dunia, kita diminta dalam menghadapi segala tantangan globalisasi. Selama hidupnya   manusia akan selalu membutuhkan peran   manusia lain. Seberapa besar globalisasi mempengaruhi kehidupan masyarakat di sebuah wilayah. Globalisasi ini menyingung tentang tantangan lunturnya budaya dalam suatu wilayah yang menyebabkan hilangnya kesadaran masyarakat dan generasi zaman sekarang dalam budaya gotong royong. Sikap individualisme lah yang mengancam budaya gotong royong. Agar budaya tersebut tetap terlindungi dalam era globalisasi, maka dilakukan segala upaya dalam mengembalikan sikap dan nilai gotong royong dalam masyarakat.

Dalam konteks globalisasi, pengaruhnya terhadap kerjasama regional dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, termasuk perubahan perilaku, budaya dan nilai-nilai masyarakat. Globalisasi adalah suatu proses pengintegrasian suatu objek atau perilaku dengan karakteristik setiap individu di dunia tanpa dibatasi oleh suatu wilayah atau negara. Dalam konteks ini, globalisasi telah berdampak pada budaya gotong royong dalam suatu kawasan. Budaya solidaritas menjadi teladan perilaku  generasi muda agar sikap peduli sesama  kembali muncul dan tidak menjadi individu yang individualistis. Namun di era globalisasi, mengajak generasi muda untuk melakukan hal-hal positif seperti gotong royong sangatlah sulit. Kalaupun budaya gotong royong masih ada di bidang tertentu, namun semangatnya sudah tidak sama lagi. Hal ini menunjukkan bahwa globalisasi telah mempengaruhi semangat gotong royong dalam masyarakat. Selain itu, kemajuan teknologi yang terjadi pada masa globalisasi juga mempengaruhi keberadaan budaya gotong royong. Teknologi yang semakin kompleks telah mempengaruhi eksistensi budaya gotong royong, dimana tradisi gotong royong masih tetap dipertahankan dalam beberapa kegiatan seperti perayaan hari nasional indonesia, namun semangat gotong royong mulai ditinggalkan oleh generasi muda. Perubahan cara pandang dan nilai-nilai sosial.

Aksi dampak globalisasi juga terlihat melalui perubahan dalam  sikap dan nilai-nilai sosial. Munculnya budaya asing dan individualisme dapat menghancurkan semangat gotong royong. Masyarakat yang tidak melakukan filterisasi budaya ketika memasuki suatu wilayah tertentu bisa saja berubah sikap dan semakin  acuh terhadap orang lain. Masyarakat menjadi lebih individualistis dan kurang tertarik pada gotong royong. Namun, upaya menjaga budaya gotong royong tetap diperlukan. Kohesi sosial dan integrasi masyarakat dapat terbentuk melalui gotong royong, sehingga  budaya gotong royong perlu dilestarikan untuk menciptakan solidaritas dan persatuan dalam suatu wilayah dari hal tersebut. Dari berbagai sudut pandang dapat disimpulkan bahwa globalisasi memberikan dampak yang signifikan terhadap budaya kerja sama secara keseluruhan di suatu wilayah, baik melalui perubahan perilaku, pengaruh teknologi maupun perubahan sikap dan nilai masyarakat.

Globalisasi memiliki peran yang penting dalam berbagai aspek kehidupan, yang mencakup akses yang lebih mudah ke informasi global dan fasilitas komunikasi yang lebih baik. Namun, globalisasi juga dapat memiliki dampak negatif, seperti mengakibatkan generasi muda yang terpengaruh oleh budaya Barat dan kehilangan nilai-nilai nasional. Hal ini menunjukkan bahwa penting untuk memfilter dampak dari globalisasi dan mengasuh generasi muda untuk mempertahankan nilai-nilai lokal. Selain itu, globalisasi dapat meningkatkan efisiensi dan daya saing melalui pembagian tugas dan memberikan kesempatan untuk mengakses pasar yang lebih luas, modal, teknologi, dan impor yang lebih murah.

Gotong royong adalah sebuah paham yang dinamis yang menggambarkan usaha bersama, amal bersama untuk kepentingan bersama dan kebahagian bersama. Pada perilaku gotong royong melekat substansi nilai-nilai ketuhanan, musyawarah dan mufakat, kekeluargaan, keadilan dan toleransi yang merupakan dasar dari pandangan hidup atau landasan filsafat bangsa Indonesia. Mencermati nilai-nilai yang terkandung di dalam gotong royong dapat dikatakan bahwa pada budaya gotong royong melekat aspek aspek yang terkandung dalam modal sosial. Modal sosial secara konseptual mengutamakan kepentingan bersama, dorongan kerelaan yang dapat menumbuhkan energi kumulatif yang akan menghasilkan kinerja dan mengandung nilai-nilai modal sosial (Effendi, 2013).

Salah satu dampak adanya globalisasi adalah pudarnya budaya atau tradisi yang di sebut gotong royong. Gotong-royong mencerminkan semangat kemajuan yang menggambarkan kolaborasi, perjuangan bersama, tindakan kolektif, dan kerja keras untuk mencapai tujuan bersama. Budaya gotong-royong sangat dihargai dalam masyarakat Indonesia, yang menunjukkan bahwa hubungan ini tidak terbatas pada aspek eksternal semata, karena itu berasal dari nilai-nilai batiniah masyarakat Indonesia yang menghormati persatuan. Oleh karena itu, kerja sama bangsa Indonesia diusung bukan atas dasar kepentingan, melainkan atas dasar kesukarelaan.

Tantangan nyata pada era globalisasi berhubungan dengan semakin kompleksnya berbagai bidang kehidupan karena telah berkembang dengan cepatnya teknologi informasi, komunikasi, dan transportasi, kemudian kerjasama ekonomi internasional. Kondisi tersebut membawa pengaruh terhadap berbagai nilai dan wawasan dan cara hidup masyarakat di hampir semua negara-negara di dunia. Tantangan globalisasi yang mendasar dan harus dihadapi oleh masyarakat lokal dan nasional, antara lain sebagai berikut:

  • Sikap individualisme

Individualisme merupakan faham atau cara hidup yang berorientasi kepada kepentingan diri sendiri. Kecenderungan mengutamakan kepentingan diri sendiri daripada kepentingan bersama akan berakibat pada memudarnya solidaritas atau kesetiakawanan sosial di kalangan warga masyarakat, demikian juga tentang tradisi dalam demokrasi yaitu bermusyawarah untuk mencapai kemufakatan serta aktivitas kerjasama dalam bentuk gotong royong dalam masyarakat. Solidaritas, musyawarah, dan gotong royong telah dibuktikan dalam sejarah mampu menjamin kelangsungan kehidupan kelompok atau masyarakat. Individualisme yang menjadi kecenderungan orientasi hidup anggota masyarakat semenjak masa industrialisasi mengancam pola-pola dalam tradisi masyarakat tersebut.

Sifat individualisme muncul karena masyarakat Indonesia semakin tidak mengfilter hal-hal yang masuk ke Indonesia. Seperti masuknya budaya kebarat-baratan yang membuat masyarakat Indonesia merubah pola hidup, pola pikir bahkan perilaku sehari-hari mereka. Orang yang tidak menyaring budaya yang masuk ke Indonesia bisa jadi mereka merubah sikap dan semakin bersikap acuh tak acuh terhadap orang lain. Mereka semakin menutup mata tentang apa yang terjadi di sekitar mereka, padahal mereka seharusnya menyadari bahwa hekekat manuia adalah makhkluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa orang lain. Tetapi, setelah budaya-budaya asing itu masuk ke Indonesia. Selayaknya masyarakat indonesia tidak menghilangkan jati diri Indonesia sebagai masyarakat yang ramah dan berjiwa gotong-royong. Munculnya Era Globalisasi ini membuat orang Indonesia kehilangan jati diri yang sesungguhnya. Hal itu sering terjadi di kota-kota besar yang mayoritas penduduknya sudah tidak perduli dengan keadaan disekitarnya. Misalnya dengan adanya gadget atau handphone dapat menutup manusia. Bahkan semua orang lebih mementingkan gawai ditimbang dengan adanya kesusahan disekitar mereka. Contoh kecilnya adalah orang kota lebih cenderung cuek, tidak peduli satu sama lain. Tetapi jika kita berkunjung di desa yang belum terpengaruh oleh globalisasi kita masih bisa merasakan sikap ramah-tamah nya dan sikap gotong-royongnya.

  • Memudarnya apresiasi para generasi muda terhadap budaya gotong royong

Arus globalisasi yang begitu cepat masuk ke dalam masyarakat, memberikan pengaruh dan perubahan yang sangat besar pada kehidupan masyarakat,  terutama dikalangan generasi muda. Generasi muda memiliki potensi yang lebih besar untuk terpengaruh arus globalisasi ini, karena generasi muda memiliki pemikiran yang lebih terbuka untuk menerima berbagai pembaruan. Pengaruh ini mengubah pola pikir mereka  menjadi  lebih  maju  dan  modern sehingga mampu  membuat bangsa Indonesia lebih  berkembang dan maju. Tetapi, tidak sedikit juga generasi muda yang lebih banyak mendapatkan pengaruh buruk dari perubahan ini,  sehingga  dapat  beresiko  terhadap banyaknya  generasi  muda  yang  kehilangan identitasnya sebagai bangsa Indonesia. Sebagai contoh,  westernisasi,  ditengah  era  globalisasi  ini  westernisasi dianggap  salah  satu  yang  memudarkan budaya  lokal karena  banyak  nilai-nilai  barat yang  didifusikan  ke  dalam  nilai-nilai  lokal (Siregar & Nadiroh, 2017).

Generasi  muda  Indonesia  memiliki potensi lebih, yang diharapkan mampu untuk mempertahankan  kelestarian  budaya Indonesia  yang  merupakan  bagian dari identitas  nasional  bangsa  Indonesia. Tetapi, semakin majunya arus globalisasi membuat rasa cinta dan  bangga terhadap budaya semakin berkurang,  sehingga hilangnya rasa bangga terhadap budaya sendiri. Hal ini sangat berdampak negatif bagi jiwa nasionalisme generasi muda Indonesia (Widiyono, 2019). Pengaruh globalisasi ini tidak bisa diremehkan, generasi muda seharusnya bisa lebih bijak dan mampu menyaring berbagai pengaruh buruk yang disebabkan oleh globalisasi.

Kesimpulannya ialah budaya asing terus masuk dengan tidak terbendung ke Indonesia yang dapat mengikis ataupun melunturkan budaya gotong royong yang dimiliki oleh bangsa Indonesia, ini menjadikan nilai nilai gotong royong luntur. Globalisasi  telah  melahirkan  aspek peluang  dan  tantangan  atau  ancaman,  dampak positif  dan  negatif,  bagi  kehidupan  Arus globalisasi yang begitu besar dan cepat  membawa  berbagai  perubahan  dalam kehidupan masyarakat, mempengaruhi hampir semua  aspek  yang  ada  di  masyarakat,  salah dihentikan keberadaannya. Sehingga, sebagai generasi  muda  penerus  bangsa  dan  sebagai orang  yang  paling  terpengaruh  oleh globalisasi ini, kita harus  mampu menyaring setiap  perubahan  yang  masuk  agar  terhindar dari  pengaruh  buruk  globalisasi  dan  harus mampu memanfaatkan sisi positifnya. pancasila juga masih relevan saat menghadapi tantangan modernisasi dan globalisasi.

Artikel ini adalah publikasi tugas Mata Kuliah Pendidikan Pancasila dengan Dosen Pengampu Onan Marakali Siregar, S.Sos., M.Si.

Redaktur : Khalda Mahirah Panggabean

 

Related posts

Peran Mahasiswa Dalam Menjaga Persatuan dan Kesatuan Bangsa Dalam Bingkai Kebhinekaan

Membangun Kebhinnekaan Indonesia: Tantangan dan Solusi dari Sudut Pandang Mahasiswa

Merajut Toleransi Perbedaan Agama dalam Berburu Takjil di Bulan Ramadan