Pengaruh Media Sosial Terhadap Integrasi Bangsa Dalam Era Globalisasi

Oleh : Fieza/Jesika/Zefanya/Tessalonika/Ahmad/Wahyu

Suara USU, Medan. Seiring perkembangan zaman, media sosial banyak sekali mengambil peran dalam kehidupan manusia sehari-hari dari yang berbau positif atau bermanfaat hingga hal hal yang negatif.

Apa itu media sosial? Media sosial adalah platform di internet yang memungkinkan orang untuk membuat profil pribadi, berbagi konten seperti teks, gambar, dan video, serta berinteraksi dengan pengguna lain melalui fitur seperti komentar, pesan langsung, dan suka. Ini memungkinkan pengguna untuk terhubung dengan teman, keluarga, dan bahkan orang asing dengan minat yang sama, dan sering digunakan untuk berbagi informasi, mengekspresikan pendapat, dan membangun komunitas online.

Rentang usia 9-17 tahun atau setidaknya perempuan rata-rata usia 12 tahun dan laki-laki pada usia 13 tahun (Jimenez & Morreale 2015). Usia mulai 13 tahun keatas sudah mampu menggunakan sosial media dan berada dalam kategori kecanduan media sosial (We are Social Digital 2020 July Global Statshot Report). Bagi seseorang yang kecanduan media sosia akan merasa menyenangkan, menghibur, interaktif, dan santai. Secara keseluruhan, para pecandu menikmati pengalaman media sosial serta kesenangan akan mendorong mereka untuk menjadi kecanduan akan penggunaan media sosial (Utami & Nurhayati, 2019).

Pada bulan Januari 2021 Indonesia termasuk pada 10 besar negara dengan masyarakat dengan urutan ke 9 kecanduan media sosial. Sekitar 170 juta jiwa yang telah menggunakan internet dan sosial media aktif dengan waktu yang dihabiskan orang Indonesia per hari selama 8 jam 52 menit. Aplikasi yang ramai digunakan ialah YouTube, WhatsApp, Instagram, Facebook, Twitter, Tiktok, Video Streaming seperti Netflix, Viu dan lainnya juga meningkat penggunaannya. (We are social digital 2020 July Global Statshot Report). Dalam beberapa tahun terakhir, mekanisme interaksi sosial remaja telah berubah, dengan remaja di tahun 2010-an (dikenal sebagai iGen) menghabiskan lebih banyak waktu di media digital seperti SMS, game, dan media sosial, dan dengan waktu online dua kali lipat antara tahun 2006 dan 2016 (Twenge, Martin, & Spitzberg, 2019). 95% remaja di tahun 2018 memiliki akses ke smartphone, naik dari 23% pada tahun 2011, dan hampir setengah dari remaja mengatakan mereka menggunakan internet ‘hampir tidak mengenal waktu’ naik dari 24% pada tahun 2014 (Anderson & Jiang, 2018). Pergeseran ke arah media digital telah menyebabkan beberapa orang berteori bahwa komunikasi era digital telah menggantikan interaksi tatap muka di kalangan remaja (Boyd, 2014; Mims, 2017).

Kemudahan yang ditawarkan oleh media sosial dalam mengakses informasi serta memberikan platform bagi setiap individu untuk menyuarakan pendapat dan bertukar pikiran secara global merupakan aspek penting dalam era digital ini. Namun, ironisnya, di tengah kemudahan tersebut, media sosial juga membawa risiko terhadap keutuhan sosial dan meningkatnya polarisasi opini.

Dengan adanya media sosial, kita menjadi lebih terhubung dengan berbagai informasi dan pandangan dari seluruh dunia. Namun, hal ini juga membuka pintu bagi penyebaran informasi yang tidak benar (hoaks) atau tendensius. Filter bubble dan algoritma yang menguatkan opini yang sudah ada dapat memperkuat pemisahan antara kelompok-kelompok sosial, Hal tersebut menyebabkan masyarakat terpecah menjadi fraksi-fraksi yang semakin terisolasi secara sosial dan pandangan. Mengapa hal demikian dapat terjadi? Hal tersebut dikarenakan pesatnya perkembangan media sosial tersebut tidak dibarengi oleh kemampuan masyarakat untuk membedakan mana berita yang benar dan yang salah (hoaks). Berikut  beberapa tips untuk mengenali atau mengidentifikasi hoaks :

  1. Periksa sumber informasi. Berita hoaks biasanya tidak jelas sumber, pengirim, lokasi, tanggal dan waktu
  2. Bandingkan dengan sumber lain. Cari sumber berita lain yang terpercaya untuk membandingkan informasi.
  3. Evaluasi konten. Perhatikan tanda tanda yang mencurigakan seperti bahasa emosional yang berlebihan, kalimat yang tidak masuk akal, atau data yang tidak dapat diverifikasi.
  4. Gunakan alat pemeriksa fakta. Beberapa organisasi dan situs web menawarkan layanan pemeriksaan fakta untuk membantu memverifikasi klaim.
  5. Lihat komentar dan ulasan. Perhatikan bagaimana orang lain bereaksi terhadap informasi tersebut. Terkadang, komentar dapat memberikan wawasan tentang keaslian berita.

Meskipun diluar contoh negatifnya, media sosial juga memiliki dampak positif terhadap suatu individu, yaitu:

  1. Mempermudah interaksi dengan banyak orang di berbagai penjuru dunia
  2. Memperluas jaringan dan pergaulan
  3. Jarak dan waktu bukan lagi masalah
  4. lebih mudah dalam mengekspresikan diri
  5. Mendapatkan informasi secara cepat
  6. Sarana pembelajaran

Dikarenakan media sosial memiliki pengaruh positif dan negatif, maka kita sebagai generasi bangsa harus bijak dalam menggunakan media sosial, kita harus tetap menanamkan nilai integrasi bangsa dalam menggunakannya. Adapun cara menjaga nilai integrasi bangsa terhadap pengaruh media sosial  di era Globalisasi ini yaitu:

  1. Pendidikan dan Kesadaran: Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya integrasi bangsa melalui pendidikan dan kampanye kesadaran yang disebarkan melalui media sosial.
  2. Pemberdayaan Positif: Menggunakan media sosial sebagai alat untuk mempromosikan nilai-nilai positif, toleransi, kerjasama, dan persatuan, serta mendorong partisipasi dalam kegiatan yang memperkuat integrasi bangsa.
  3. Pengembangan Konten Pendidikan: Menghasilkan konten-konten pendidikan yang mudah diakses dan menarik di media sosial untuk meningkatkan pemahaman tentang keberagaman budaya dan nilai-nilai persatuan.
  4. Pemantauan dan Edukasi: Melakukan pemantauan terhadap konten yang tersebar di media sosial dan memberikan edukasi kepada masyarakat tentang cara mengonsumsi informasi secara kritis dan bertanggung jawab.

Dengan mengimplementasikan langkah-langkah tersebut, diharapkan nilai integrasi bangsa dapat tetap terjaga di tengah pengaruh media sosial dalam era globalisasi. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk menggunakan media sosial dengan bijak.  Kita perlu menjadi  informasi yang kita konsumsi dan berinteraksi dengan orang lain secara etis. Selain itu, kita juga harus membangun dialog yang inklusif dan memperkuat koneksi sosial yang sehat. Hanya dengan demikian kita dapat memanfaatkan potensi positif dari media sosial sambil tetap menjaga keutuhan sosial dan keragaman pandangan.

Artikel ini adalah publikasi tugas Mata Kuliah Pendidikan Pancasila dengan Dosen Pengampu Onan Marakali Siregar, S.Sos., M.Si.

Redaktur : Khalda Mahirah Panggabean

Related posts

Peran Mahasiswa Dalam Menjaga Persatuan dan Kesatuan Bangsa Dalam Bingkai Kebhinekaan

Membangun Kebhinnekaan Indonesia: Tantangan dan Solusi dari Sudut Pandang Mahasiswa

Merajut Toleransi Perbedaan Agama dalam Berburu Takjil di Bulan Ramadan