ID Fest Roadshow, Menghidupkan Aksara Batak di Era Digital

Reporter: Luthfiah Amanda Putri

Suara USU, Medan. PANDI (Pengelola Nama Domain Internet Indonesia) kembali menggelar ID Fest Roadshow dengan tema yang mengusung kebudayaan Nusantara, yakni “Digitalisasi Aksara Batak.” Acara ini bertujuan untuk mengangkat kembali warisan budaya Batak melalui aksara tradisional yang semakin jarang digunakan di era modern. PANDI merupakan organisasi nirlaba berbentuk perkumpulan berbadan hukum yang beranggotakan para pemangku kepentingan internet Indonesia. Acara bertema “Digitalisasi Aksara Batak”, mengangkat kembali salah satu warisan budaya penting Indonesia ke panggung digital.

Acara ini berlangsung selama dua hari di Aula Prof. Dr. Suhadji Hadibroto FEB Universitas Sumatera Utara pada Rabu-Kamis, 9-10 Oktober 2024. Menghadirkan para ahli, akademisi, serta pegiat budaya seperti Prof. Uli Kozok selaku filolog dan paleograf, Prof. Robert Sibarani selaku guru besar bidang Antropolinguistik USU, Manguji Nababan selaku kepala Dokumentasi dan Pengkajian Budaya Batak HKBP Nomensen Medan, serta Br. Tomson Sibarani selaku Balai bahasa Provinsi SUMUT yang berdiskusi tentang pentingnya mempertahankan aksara lokal dalam era digital yang serba cepat.

Dalam sambutannya, Muhammad Anggia Muchtar, selaku Kepala Badan Evaluasi Program Prioritas menekankan bahwa aksara Batak bukan sekadar simbol warisan, tetapi juga identitas yang perlu dijaga dan diterjemahkan ke dalam bentuk digital. “Digitalisasi aksara Batak bukan hanya penting untuk pelestarian budaya, tetapi juga memiliki dampak positif jangka panjang dalam pendidikan dan kebenaran aksara itu.” ujar Anggia Muchtar.

Berbagai sesi menarik dihadirkan, termasuk demonstrasi digitalisasi aksara Batak ke dalam platform modern, seperti aplikasi smartphone dan website. PANDI, sebagai penyelenggara, menjelaskan pentingnya upaya ini agar aksara Batak dapat diakses lebih luas oleh generasi muda, terutama dalam memanfaatkan teknologi untuk belajar dan melestarikan budaya.

Selain sesi diskusi, acara ini juga menyajikan berbagai workshop interaktif seperti pengenalan basic Canva, pembuatan Microsite, hingga pembuatan website. ID Fest kali ini bukan hanya menjadi ajang diskusi budaya, tetapi juga momen untuk merangkul teknologi sebagai sarana pelestarian budaya. Harapannya, dengan inisiatif ini, aksara Batak tidak hanya hidup di buku-buku sejarah, tetapi juga tumbuh di dunia digital yang semakin berkembang.

Redaktur: Evita Sipahutar

Related posts

Tingkatkan Wawasan Jurnalistik, Suara USU Lakukan Kunjungan Media ke RRI Medan

Tolak RUU TNI, BEM USU Gelar Konsolidasi Supremasi Sipil

Ikatan Mahasiswa Ilmu Kesejahteraan Sosial Resmikan Kabinet Adhikara Periode 2024/2025