Sumber foto: pinterest.com
Oleh: Jesika Yusnita Laoly
Film drama sejarah India berjudul “Maharaj,” yang disutradarai oleh Siddharth P. Malhotra dan diproduksi oleh YRF Entertainment, kini menjadi perbincangan hangat setelah tayang perdana di Netflix pada 21 Juni 2024. Film ini menandai debut akting Junaid Khan, putra Aamir Khan, dan juga dibintangi oleh Jaideep Ahlawat, Shalini Pandey, dan Sharvari.
Dalam film “Maharaj,” menghadirkan kisah heroik seorang jurnalis bernama Karsandas Mulji. Film ini menggambarkan perjuangan Karsandas pada abad ke-19 dalam melawan kekuasaan yang menyimpang dan kepercayaan buta di masyarakat India.
Karsandas Mulji adalah seorang jurnalis dan reformis sosial, dikenal karena keberaniannya menantang otoritas dan praktek-praktek kejam dalam masyarakatnya. Sebagai mahasiswa di Elphinstone College di Mumbai dan murid dari pemimpin akademi Dadabhai Naoroji, Mulji berfokus pada reformasi sosial, termasuk advokasi hak-hak perempuan dan pernikahan kembali para janda. Dia terkenal karena tulisan-tulisannya yang mendukung kaum tertindas dan menentang takhayul.
Nah, dalam “Maharaj” sendiri mengisahkan perjuangan Karsandas dalam mengungkap skandal seksual yang melibatkan Jadunath Brijratan Maharaj (diperankan oleh Jaideep Ahlawat), kepala sekte Vallabhacharya. Film ini didasarkan pada kasus nyata “Kasus Pencemaran Nama Baik Maharaj 1862,” di mana Karsandas mengungkap bagaimana JJ, seorang pendeta yang dihormati, mengeksploitasi pengikutnya secara seksual, termasuk anak di bawah umur. Selain itu, para pria dalam sekte tersebut diharapkan untuk menyerahkan istri dan anak mereka sebagai tanda pengabdian.
Perjuangan Karsandas dalam film ini tidak hanya melawan para pemimpin agama tetapi juga melawan pengabdian buta dari pengikutnya. Film ini menunjukkan betapa mendalamnya manipulasi dan doktrinasi yang dilakukan oleh JJ, hingga ada korban yang justru membela pelaku predator mereka. Ini mencerminkan tantangan besar dalam membongkar praktek-praktek yang merugikan di tengah kepercayaan yang mendalam.
Selain itu, “Maharaj” juga menyajikan refleksi penting tentang bagaimana praktik-praktik menindas masih ada meskipun kemajuan sosial dan teknologi. Di akhir film, narator yang disuarakan oleh Sharad Kelkar menyoroti bagaimana perjuangan Karsandas berhasil mengakhiri eksploitasi tersebut. Pesan utama film ini bahwa “keselamatan dan pembebasan sejati datang dari perbuatan baik, bukan dari pemuasan hasrat seksual pemimpin agama” menjadi sorotan yang kuat.
Film ini dibuat tidak hanya menghargai keberanian Karsandas tetapi juga memberikan cermin bagi masyarakat modern tentang pentingnya menantang kekuasaan yang menyimpang dan memperjuangkan kebenaran. “Maharaj” adalah pengingat yang relevan akan perjuangan melawan penindasan yang masih berlangsung hingga saat ini. Jadi buat Sobat SUARA USU yang penasaran dengan film ini. Jangan lupa tonton “Maharaj” di platfrom kesayangan kamu! Saksikan perjuangan heroik penuh emosional dan berani Karsandas Mulji untuk melawan penindasan dan memperjuangkan kebenaran.
Redaktur: Afrahul Fadhillah Parinduri