Sistem Baru Presensi USU, Efisien atau Memusingkan?

Penulis: Nazirotun Nikmah

Suara USU, Medan. Dalam upaya modernisasi sistem akademik, Universitas Sumatera Utara (USU) baru-baru ini meluncurkan fitur presensi berbasis barcode dan live location. Meski bertujuan meningkatkan efisiensi, implementasi sistem ini justru menuai gelombang keluhan dari mahasiswa.

Sistem baru ini mewajibkan mahasiswa membuka situs resmi Satu USU, memindai kode QR yang ditampilkan dosen di depan kelas, lalu menunggu verifikasi lokasi GPS untuk memastikan keberadaan mereka di ruang kuliah. Seluruh proses ini harus diselesaikan dalam rentang waktu tertentu, biasanya dalam 10–15 menit pertama perkuliahan.

Namun, belum genap satu bulan berjalan, sistem ini telah menimbulkan berbagai permasalahan teknis. Prosedur yang tampak sederhana ternyata menyimpan banyak kendala dalam praktiknya. Mahasiswa sering menghadapi gangguan seperti situs yang sulit diakses, kamera yang gagal memindai kode QR, hingga verifikasi lokasi yang kerap gagal akibat sinyal GPS yang tidak stabil di dalam gedung perkuliahan.

Sistem yang diklaim modern ini justru berpotensi menjadi bumerang. Ironisnya, mahasiswa yang sudah hadir secara fisik di kelas dapat tercatat absen hanya karena kendala teknis. Permasalahan tidak berhenti di situ. Kebijakan kehadiran minimal 80 persen sebagai syarat mengikuti ujian semakin memperburuk situasi. Mahasiswa yang rajin datang ke kampus bisa saja kehilangan hak mengikuti ujian hanya karena sistem presensi yang bermasalah.

Tidak hanya mahasiswa, dosen pun turut terdampak. Waktu efektif perkuliahan berkurang karena sekitar 20 menit pertama harus dihabiskan untuk mengurusi presensi. Lebih dari itu, minimnya pelatihan dari pihak universitas menyebabkan banyak dosen mengalami kesulitan dalam mengoperasikan sistem ini. Beberapa akhirnya memilih menerapkan sistem ganda tetap menggunakan absensi manual bersamaan dengan sistem digital untuk menghindari kekacauan.

Selain faktor teknis, infrastruktur yang belum memadai menjadi kendala utama. Banyak ruang kuliah di USU berada di area dengan koneksi internet yang lemah atau tidak stabil, sehingga verifikasi lokasi menjadi sulit, bahkan mustahil. Mahasiswa sering kali harus keluar-masuk ruangan atau berkumpul di titik tertentu untuk mendapatkan sinyal yang lebih kuat. Hal ini tidak hanya mengganggu jalannya perkuliahan, tetapi juga menghambat kenyamanan belajar.

Lebih dari itu, isu privasi juga patut mendapat perhatian serius. Hingga kini, pihak USU belum memberikan kejelasan mengenai bagaimana data lokasi mahasiswa digunakan dan disimpan. Ke mana data ini mengalir? Siapa yang dapat mengaksesnya? Pertanyaan-pertanyaan ini masih menggantung tanpa jawaban.

Untuk mengatasi permasalahan ini, USU perlu segera melakukan evaluasi menyeluruh terhadap sistem yang diterapkan. Evaluasi tidak boleh hanya berfokus pada aspek modernisasi, tetapi juga harus mempertimbangkan efektivitas serta dampaknya terhadap proses pembelajaran.

Peningkatan infrastruktur dasar juga harus menjadi prioritas. Tanpa jaringan internet yang stabil dan memadai, sistem secanggih apa pun tidak akan berjalan optimal. Oleh karena itu, universitas perlu memastikan ketersediaan koneksi yang dapat diakses secara merata di seluruh lingkungan kampus.

Selain itu, fleksibilitas dalam sistem presensi juga harus dipertimbangkan. Penyediaan mekanisme cadangan, seperti absensi manual, dapat menjadi solusi sementara untuk menghindari dampak buruk akibat kendala teknis. Di sisi lain, transparansi dalam pengelolaan data mahasiswa harus diperjelas agar kepercayaan terhadap sistem ini meningkat.

Yang tidak kalah penting, USU perlu mendengarkan suara mahasiswa sebagai pengguna utama sistem ini. Masukan dan kritik dari mereka harus menjadi pertimbangan utama dalam perbaikan ke depan, sehingga sistem yang diterapkan benar-benar mendukung kebutuhan akademik mereka.

Modernisasi dalam dunia pendidikan memang penting, tetapi tidak boleh mengorbankan esensi pembelajaran. Presensi seharusnya menjadi proses sederhana yang mendukung kegiatan akademik, bukan justru menjadi beban bagi mahasiswa dan dosen. USU perlu segera mengambil langkah konkret agar sistem ini benar-benar memberikan manfaat tanpa menghambat proses perkuliahan.

Redaktur: Merry Agnus Dei Gultom

Related posts

Ketika Manipulasi Disebut Cinta dalam Fenomena Grooming

Korupsi Adalah Musuh Bersama yang Diam-Diam Kita Lestarikan

POLRI DI PERSIMPANGAN KEPERCAYAAN DAN KECURIGAAN