SUARA USU
Kuliner

Terites, Makanan Ekstrem Khas Suku Karo

Sumber foto: www.armadaberita.com

Oleh: Grace Tondang

Suara USU, Medan. Terites adalah makanan khas Karo yang terbuat dari bahan utama berupa makanan lembu atau kerbau yang masih ada di lambung (usus besar) yang sudah dihaluskan oleh hewan tersebut tetapi belum dihisap sarinya. Ketika lembu atau kerbau dipotong, bahan dari dalam usus tersebut dipisahkan terlebih dahulu ke dalam wadah yang lain. Rumput yang dicerna oleh binatang tersebut memang memiliki bau yang tidak sedap, tetapi ini bukanlah kotoran. Yang diolah bukanlah tumbuh-tumbuhan yang ada di usus besar sapi, melainkan air perasannya yang diperoleh dari menyaring tumbuh-tumbuhan tersebut dengan kain tipis. Kemudian, hasil perasannya akan direbus sekitar tiga jam hingga menghasilkan kaldu yang gurih.

Rumput yang telah berbentuk ekstrak tersebut diambil dari lambung sapi, dihaluskan, diperas, dan direbus untuk menghasilkan kaldu. Kaldu ini diperoleh setelah 3-6 jam perebusan. Beberapa orang mencampurnya dengan susu kental manis untuk menghilangkan bau yang tidak sedap. Warna kaldu yang dihasilkan tidak seperti kaldu pada umumnya, melainkan berwarna hijau kecoklatan. Warna ini berasal dari rumput yang telah dimamah oleh sapi. Setelah kaldu dihasilkan, bahan-bahan seperti kikil, daging sapi, atau kerbau dimasukkan dan diolah bersama bumbu-bumbu khas lainnya, seperti serai, jahe, asam yang cukup banyak, rimbang, dan daun-daunan seperti daun singkong.

Terites ini masih diolah dengan cara menggunakan kayu bakar, sehingga proses pembuatannya memakan waktu yang cukup lama. Terites ini juga dapat dicampurkan dengan daging sapi, tulang kerbau, daging kambing, dan juga kikil, sehingga akan menambah kelezatan dari makanan ini. Rumput yang diambil dari hewan mamalia ini dinamakan terites, yang menjadi bahan dasar ketika memasak pangit-pagit. Makanan ini juga dikenal dengan nama pagit-pagit. Adapun sebutan pagit-pagit berasal dari bahasa setempat yang berarti ‘pahit’. Jika dalam pengolahannya kurang tepat, makanan ini akan berbau dan terasa pahit, maka perlu orang yang benar-benar ahli dalam mengolahnya.

Terites atau pagit-pagit menjadi hidangan yang biasa disuguhkan pada acara-acara tertentu, seperti perayaan merdang medem (pesta tahunan), pesta pernikahan, pesta memasuki rumah baru, acara Natal, dan Tahun Baru. Tampilan dari makanan ini seperti soto berkuah kuning. Makanan ini juga menjadi menu favorit dan sebagai suguhan pertama yang diberikan kepada orang yang dihormati atau dituakan.

Bagi masyarakat Karo, makna dari makanan terites tersebut antara lain secara garis besar dapat mengobati berbagai macam penyakit (persepsi masyarakat, bukan medis), seperti penyakit maag, masuk angin, dan meningkatkan nafsu makan. Makna budaya dari terites menggambarkan bagaimana budaya atau tradisi ritual tetap berjalan yang didasarkan atas kepercayaan masyarakat terhadap informasi yang telah diwariskan dari generasi ke generasi dan sebagai makna ritual budaya.

Redaktur: Yuni Hikmah


Discover more from SUARA USU

Subscribe to get the latest posts to your email.

Related posts

Rasa Khas Ayam Geprek Andaliman 63 Belakang Kampus USU

redaksi

Matcha: Si Bubuk Teh Hijau Kualitas Terbaik, Begini Pendapat Orang!

redaksi

Roti Jala, Makanan Khas Masyarakat Melayu Adaptasi dari India

redaksi