Oleh: Alya Nayla Sahirah S.
Suara USU, Medan. Bojonegoro tidak hanya terkenal dengan keindahan alamnya, tetapi juga dengan kekayaan kuliner khasnya. Salah satu camilan yang menjadi ikon kota ini adalah Ledre, jajanan berbahan dasar pisang raja yang memiliki rasa manis serta tekstur renyah. Keistimewaan Ledre tidak hanya terletak pada cita rasanya yang lezat, tetapi juga pada sejarah panjangnya yang diwariskan dari generasi ke generasi. Bahkan, keunikan camilan ini membuat Bojonegoro mendapat julukan “Kota Ledre.” Pada tahun 2021, Ledre resmi diakui sebagai Warisan Budaya Takbenda oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia.
Ledre pertama kali diperkenalkan oleh seorang perempuan keturunan Tionghoa bernama Mak Min Tjie pada awal abad ke-20. Saat itu, camilan ini dibuat sebagai alternatif pangan di tengah keterbatasan bahan makanan akibat situasi krisis pada masa penjajahan. Nama “Ledre” sendiri berasal dari proses pembuatannya, yaitu “dielet-elet” yang berarti dilembutkan, dan “diendre-endre” yang artinya dipipihkan. Awalnya, bahan utama Ledre terdiri dari campuran tepung beras dan gaplek (singkong kering). Namun, seiring berjalannya waktu, bahan-bahan yang digunakan mengalami penyesuaian. Kini, Ledre dibuat dari kombinasi tepung beras, santan, gula pasir, tapioka, dan pisang raja, yang memberikan aroma khas serta rasa autentik.
Ledre memiliki cita rasa khas, yaitu perpaduan manis alami dari pisang raja dan gurihnya santan. Teksturnya renyah dan ringan, sehingga sangat cocok dinikmati sebagai camilan pendamping teh atau kopi. Secara tampilan, Ledre berbentuk gulungan tipis menyerupai kue semprong dengan warna kecokelatan yang menggoda selera. Seiring dengan berkembangnya tren kuliner, variasi Ledre semakin beragam. Selain varian klasik berbahan dasar pisang raja, kini tersedia isian cokelat, pandan, stroberi, nangka, hingga durian. Meski demikian, Ledre klasik tetap menjadi favorit karena mempertahankan cita rasa autentik yang telah diwariskan selama puluhan tahun.
Salah satu daya tarik Ledre terletak pada teknik pembuatannya yang masih menggunakan cara tradisional. Adonan dituangkan di atas wajan baja tebal yang dipanaskan menggunakan tungku arang. Metode memasak ini menghasilkan aroma khas yang tidak bisa diperoleh dari kompor modern. Selain itu, adonan diratakan menggunakan alat kayu khusus bernama “lethok” sebelum dipanggang. Setelah matang, adonan harus segera digulung selagi panas agar tetap lentur dan tidak mengeras. Proses ini membutuhkan keterampilan khusus, karena jika terlambat, adonan akan menjadi kaku dan sulit dibentuk.
Bagi wisatawan yang ingin mencicipi Ledre langsung dari tempat asalnya, Kecamatan Padangan di Bojonegoro adalah lokasi utama produksi camilan ini. Selain itu, Ledre juga dapat ditemukan di berbagai pusat oleh-oleh yang tersebar di seluruh kota. Bahkan, kini Ledre sudah tersedia secara online melalui berbagai e-commerce, sehingga bisa dinikmati oleh siapa saja dan kapan saja.
Dari segi harga, Ledre tergolong cukup terjangkau. Satu kotak Ledre dijual mulai dari Rp15.000 hingga Rp100.000, tergantung pada varian rasa dan jumlah isi per porsinya. Hal ini menjadikannya pilihan camilan yang tidak hanya lezat tetapi juga ramah bagi kantong. Ledre juga bukan hanya sekadar camilan ringan, tetapi bagian dari sejarah panjang kuliner Bojonegoro yang masih terus dipertahankan hingga saat ini. Menikmati Ledre bukan hanya soal rasanya yang lezat, tetapi juga bentuk penghormatan terhadap warisan budaya yang telah bertahan selama puluhan tahun.
Camilan ini cocok untuk berbagai kalangan, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Bagi mahasiswa dan pekerja yang mencari kudapan ringan untuk menemani aktivitas sehari-hari, Ledre adalah pilihan yang tepat. Teksturnya yang renyah dan rasa manisnya yang tidak berlebihan membuatnya pas sebagai teman minum teh atau kopi di sore hari. Selain itu, Ledre juga merupakan oleh-oleh khas Bojonegoro yang bisa dijadikan buah tangan bagi keluarga dan kerabat.
Dengan perpaduan rasa yang khas, teknik pembuatan tradisional, serta nilai budaya yang melekat, Ledre terus menjadi bagian dari identitas kuliner Bojonegoro yang patut bersama kita dibanggakan. Jadi, jika berkunjung ke Bojonegoro, jangan lupa mencicipi kelezatan Ledre yang autentik ini ya, Sobat SU!
Redaktur: Yulia Tarigan