Oleh: Cynthia Ma
Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang digagas oleh Nadiem Makarim saat menjabat sebagai Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) periode 2019–2020 kini menghadapi ketidakpastian yang mengkhawatirkan.
Dikenal karena memberikan mahasiswa fleksibilitas untuk mengambil mata kuliah di luar program studi dan berkegiatan di luar kampus hingga dua semester, MBKM sendiri menawarkan berbagai peluang menarik, mulai dari magang bersertifikat, studi independen, hingga kesempatan mengikuti Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA) dan program-program unggulan lainnya. Tidak heran, program ini begitu diminati, karena selain memberikan konversi SKS dan sertifikat tambahan, MBKM juga memperkaya pengalaman praktis yang memperkuat profil akademik dan profesional mahasiswa.
Namun, sejak Nadiem Makarim meninggalkan Kemendikbudristek, ketidakpastian mulai menyelimuti masa depan MBKM. Pergantian pemerintahan di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto turut berdampak pada struktur kementerian. Pada 21 Oktober 2024, Presiden Prabowo membagi kementerian tersebut menjadi tiga lembaga baru. Dalam struktur baru, Abdul Mu’ti menjabat sebagai Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Satryo Soemantri Brodjonegoro sebagai Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, serta Fadli Zon sebagai Menteri Kebudayaan.
Meskipun Satryo Soemantri Brodjonegoro mengutip dari Medcom 21 Oktober 2024 pada pidato perdananya menegaskan bahwa program Kampus Merdeka akan tetap dilanjutkan dengan berbagai perbaikan, kenyataannya, program ini masih berada dalam tahap evaluasi, seperti yang diungkapkan oleh Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Fauzan, ANTARA 3 Januari 2025. Tidak ada keputusan final mengenai kelanjutan atau penghentian program-program tertentu, termasuk IISMA.
Spekulasi tentang nasib MBKM pun bermunculan. Pada akhir 2024, akun @anatemasosial di platform X mengunggah sebuah tangkapan layar yang mengindikasikan bahwa IISMA akan dihapus, mengingat tim pengelola Kampus Merdeka telah dibubarkan. Desember 2024, sebuah unggahan dari akun X @MbkmTeaSpiller juga menarik perhatian dengan menyebarkan surat terbuka yang berjudul “Surat Terbuka dari Karyawan Kampus Merdeka yang Tidak Merdeka”, berisi kritikan mengenai penyimpangan dalam pengelolaan MBKM, mencakup dugaan kolusi, nepotisme, dan eksploitasi tenaga kerja dalam tim pengelola. Hal ini tentu menambah rasa cemas di kalangan mahasiswa.
Kekecewaan semakin terasa di media sosial. Mahasiswa yang telah merencanakan untuk mengikuti program MBKM, khususnya MSIB dan IISMA, merasa kecewa dan terkejut dengan ketidakjelasan yang ada. Beberapa mahasiswa bahkan mengungkapkan rasa sedih dan frustrasi atas kemungkinan penghapusan program-program yang mereka anggap dapat membuka banyak peluang. Seperti yang ditulis oleh salah seorang pengguna di platform X, “Padahal MSIB sama IISMA bisa membuka kesempatan buat mahasiswa.”
Di tengah ketidakpastian ini, beberapa pihak mencoba memberikan solusi dan antisipasi salah satunya Universitas Sumatera Utara (USU). Ikhsan Siregar, Direktur Direktorat Pengembangan Pendidikan Universitas Sumatera Utara, menyatakan bahwa keputusan untuk menghapus beberapa program MBKM telah melalui evaluasi yang mendalam oleh kementerian. Mungkin, ada program yang tidak menghasilkan output sesuai harapan, sehingga perlu penyesuaian agar tetap selaras dengan kompetensi yang diinginkan.
Saat ini, setiap perguruan tinggi diarahkan untuk tetap mengoordinasikan pelaksanaan MBKM. Mitra yang sebelumnya bekerja sama dengan kementerian juga didorong untuk menjalin kemitraan langsung dengan perguruan tinggi.
Dalam menghadapi ketidakpastian ini, Universitas Sumatera Utara telah membuka pendaftaran program MBKM serta mensosialisasikannya melalui berbagai media, termasuk spanduk. Selain itu, USU juga berupaya memperluas kesempatan magang bagi mahasiswa dengan menjalin kerja sama tambahan dengan berbagai mitra.
Ikhsan juga menambahkan bahwa jika program MBKM benar-benar dihentikan, kampus sudah menyiapkan langkah alternatif berupa program Plug n Play yang digagas oleh rektor. Program ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan dan kesiapan mahasiswa dalam dunia kerja. Saat ini, program tersebut masih diterapkan sebagai pilot project di beberapa program studi sebelum akhirnya diperluas ke seluruh USU.
Tentunya, ketidakpastian nasib MBKM memunculkan berbagai pertanyaan di kalangan mahasiswa. Hingga kini, belum ada pengumuman resmi mengenai kelanjutan program MBKM tahun ini. Banyak mahasiswa yang khawatir bahwa persiapan yang telah dilakukan untuk mengikuti program-program ini akan sia-sia. Ratusan ribu mahasiswa dan praktisi yang telah merasakan manfaat MBKM sejak 2021 kini menghadapi kekhawatiran besar: apakah program ini akan tetap ada, ataukah akan mengalami penurunan drastis partisipasi bahkan penghentian total?
Di sisi lain, langkah-langkah antisipasi yang diambil oleh kampus seperti Universitas Sumatera Utara patut diapresiasi. Program Plug n Play diharapkan dapat menjadi alternatif yang seimbang jika MBKM benar-benar dihentikan. Namun, yang terpenting saat ini adalah kepastian dari pihak kementerian, agar mahasiswa dapat melanjutkan rencana mereka tanpa rasa cemas dan terombang-ambing oleh ketidakjelasan masa depan MBKM.
Redaktur: Jesika Yusnita Laoly