Mengukir Nada, Merangkai Kisah Mendunia Bersama Tengku Ryo Rizqan

Sumber: Dokumentasi Pribadi Tengku Ryo

Oleh: Muhammad Shalihul Amri

Suara USU, Medan. Tengku Rizqan atau kerap disapa Tengku Ryo Rizqan merupakan seorang pemain biola pria yang berasal dari Medan, Sumatera Utara. Lahir pada tanggal 06 November 1974, anak ketiga dari Sembilan saudara kandung dari ayah yang bernama Tengku Ahmad Khatib yang memiliki darah keturunan Kesultanan Serdang dan ibu kandung yang bernama Tengku Shafiah yang juga memiliki darah keturunan kesultanan, yakni Kesultanan Langkat.

Memilki bakat dalam memainkan alat musik biola serta mempunyai pengalaman dalam memainkan musik Barat dan musik Melayu dan berpengalaman dalam berbagai festival musik didalam maupun luar negeri.

Tengku Ryo menempuh pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) dan Sekolah Dasar (SD) di Tanjung Mulia. Tengku Ryo kemudian melanjutkan pendidikan menengahnya di SMP Pertiwi di Medan serta melanjutkan ke jenjang selanjutnya di SMA Dharmawangsa Medan.
Setelah menyelesaikan pendidikan menengah, Tengku Ryo melanjutkan pendidikan tinggi di Bandung. Awalnya, ia mengambil jurusan ekonomi di Universitas Islam Nusantara, namun kemudian menyelesaikan gelarnya di Universitas Islam Bandung.
Semangat dalam dunia musik membuat Tengku Ryo mengikuti workshop yang diselenggarakan oleh Netherlands Vihemonei yang memotivasinya untuk terus bermain biola.

Tengku Ryo kemudian melanjutkan pendidikan musiknya di Institus Seni Indonesia Yogyakarta, ia tidak hanya belajar mengenai biola, tetapi juga musik tradisional dan orchestra. Dengan semangatnya yang gigih, membuat ia mendapat kesempatan untuk belajar di luar negeri, di Toronto, Kanada. Pendidikan musiknya terus meningkat hingga ia mendapat kesempatan untuk meneliti di Marmara University di Turki, fokus penelitiannya ialah pada musik Sufi dan filsafatmusik.
Meskipun demikian, Tengku Ryo tidak hanya berfokus pada pendidikan formal saja, ia juga aktif dalam berkarya dan bermain musik di panggung-panggung, serta mengajar musik di Bandung.

Dengan latar belakang budaya Melayu, Tengku Ryo menekankan pentingnya musik dalam kehidupan orang Melayu. Musik dianggap sebagai alat yang dapat melembutkan hati dan memperindah budi. Meskipun biola bukan alat musik asli Melayu, ia menekankan bahwa musik Melayu telah berevolusi seiring dengan perkembangan teknologi, mulai dari penggunaan rebab hingga biola.

Tengku Ryo tidak hanya berkontribusi sebagai pemain biola, tetapi juga sebagai innovator dalam musik Melayu. Ia mendapat penghargaan Tunak dari Kebudayaan Riau pada tahun 2007-2008 karena karyanya dalam modernisasi musik Melayu.
Tunak adalah penghargaan tertinggi dalam masyarakat Melayu dan diberikan kepada individu yang telah mencapai posisi tertinggi dalam bidangnya. Selain itu, ia juga menerima penghargaan Internasional CST Award sebagai “The Best International Male Artist” di Kuala Lumpur pada tahun 2016/2017. Tengku Ryo menjadi satu-satunya musisi di Indonesia yang pernah menerima penghargaan tersebut.

Selama karirnya, Tengku Ryo telah tampil di berbagai negara seperti Bosnia, Cina, Italia, Perancis, Turki dan Amerika Serikat serta di berbagai panggung internasional, termasuk di ajang Couture Fashion Week di New York. Beliau telah menarik perhatian dunia internasional dengan penampilannya. Ini adalah penampilan solo keduanya di ajang tersebut setelah sebelumnya tampil pada tahun 2015. Tidak hanya kepiawaiannya dalam memainkan biola yang memukau, tetapi kostum berbahan kain songket Deli yang dikenakannya juga berhasil membuat penonton penasaran.

Pada penampilannya di Couture Fashion Week, Tengku Ryo membawakan lagu ciptaannya sendiri yang berjudul “Zapin Songket Nusantara”. Lagu ini dipilih dalam rangka mempromosikan kain songket tradisional Melayu Indonesia di kancah internasional.

Tengku Ryo berkomitmen untuk terus mengeksplorasi kebudayaan Indonesia, khususnya melalui musik tradisional, sebagai salah satu produk yang bisa membantu memperkenalkan keunikan Indonesia. Menurutnya, masih banyak hal yang luar biasa di Indonesia yang belum dieksplorasi untuk diperkenalkan ke warga internasional yang haus akan sesuatu yang baru.

Tengku Ryo memiliki pengalaman yang berkesan baginya, yakni festival rocker terbesar di Indonesia “Soundrenalin Rock United”, Tengku Ryo berkesempatan untuk bermain di tiga kota tur bersama dengan berbagai rocker dari seluruh Indonesia. Momen ini begitu berkesan baginya karena ia mengalami keunikan di mana satu pesawat dengan kru band dari seluruh Indonesia.
Tengku Ryo telah mengeluarkan dua album, “Album Kecik” pada tahun 2005 dan “Album Spirite” pada tahun 2010. Selain itu, ia juga telah menciptakan berbagai single, salah satunya adalah “Journey to Deli” yang ia ciptakan bersama Vicky Sianipar.
Meskipun belum memiliki yayasan sendiri, Tengku Ryo aktif membina dan melatih generasi muda melalui Sanggar Sinar Budaya Group di Kesultanan Serdang, tempat ia mengajarkan musik, tari, dan teater.

Perjalanan karir Tengku Ryo sebagai pemusik biola tidak hanya memperkaya dunia musik Melayu, tetapi juga menunjukkan betapa pentingnya dedikasi, inovasi, dan cinta terhadap musik dalam mencapai kesuksesan dalam industri musik internasional.
Selain itu, Tengku Ryo juga memiliki makna khusus pada biola dalam kehidupannya. Ia bahkan menyebut biola sebagai “Istri pertamanya,” mengingat sebagian besar waktunya dihabiskan bersama biola daripada dengan istrinya.

Tengku Ryo memiliki tiga orang anak, dua putra dan satu putri, yakni Tengku Muhammad Ravy, Tengku Zaqierra, Tengku Deva Rasha. Akan tetapi, Tengku Ryo tidak pernah memaksakan anak-anaknya untuk menjadi musisi seperti dirinya, ia mendukung anak-anaknya untuk menjadi seperti apa yang mereka inginkan. Namun, bakat musik beliau turun kepada anak pertamanya, yaitu Tengku Ravy, dia cukup ahli dalam bermain drum dan gitar. Anak perempuan beliau yaitu Tengku Zaqierra juga memiliki motivasi yang besar dalam bermain musik yaitu ingin menjadi seperti ayahnya, yaitu sebagai pemusik.
Tengku Ryo mendapatkan gelar Tengku Merdangga Diraja Serdang dengan jabatan sebagai Wazir Wangsa Negara Kesultanan Negeri Serdang dengan tugas sebagai penghubung Kerapatan Adat Negeri Serdang dan penyiar nilai-nilai adat budaya Melayu Negeri Serdang.

Tengku Ryo sebagai tokoh seni dari Kesultanan Serdang tidak pernah melupakan jati dirinya sebagai seorang keluarga bangsawan. Norma-norma dan nilai Melayu terus dipegang teguh dirinya sebagai modal untuk menjelajah dan memperkenalkan kesenian Melayu.

Kisah sang Violonis, Tengku Ryo sangat menarik bagi orang luas yang dapat mengambil pesan-pesan dalam kehidupan, yakni tetap berpegang teguh pada prinsip hidup serta mempertahankan nilai norma yang diajarkan oleh orang tua. Keteguhan sikap dalam diri individu di masa kini sudah jarang ditemui serta rasa ingin tahu yang sangat besar dan mengarah pada hal yang sangat positif.

Redaktur: Zalfaa Tirta

Related posts

Kisah Unik di balik Es Laksamana Mengamuk, Dari Amarah Berbuah Segelas Kesegaran

Merajut Persatuan dalam Perbedaan, Makna Mendalam di Balik Freedom Writers

Fenomena Overachiever di Kampus, Antara Ambisi atau Tekanan Sosial