Reporter: Jesika Yusnita Laoly
Suara USU, Medan. Sukses menggelar tur buku Tanpa Rencana di berbagai kota di Indonesia, Dee Lestari menutup perjalanannya dengan mengadakan acara puncak bertajuk “Bedah Buku Dee Lestari: Tanpa Rencana” di Gedung Serba Guna Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara (USU), pada Sabtu (8/2/2025). Acara ini merupakan hasil kolaborasi antara Bentang Pustaka, Ngobrol Buku, Kede Buku Obelia, Program Studi Sastra Indonesia USU, dan KBSI (Keluarga Bahasa dan Sastra Indonesia).
Dipandu oleh Eka Dalanta dari komunitas Ngobrol Buku, Dee Lestari membagikan cerita dan perasaannya terhadap buku Tanpa Rencana. Menurut Dee Lesatri buku tersebut merupakan karya paling personal yang berhasil ia selesaikan dengan 18 cerita pendek menghiasi tiap bab. Pada bukunya ini, Dee Lestari memainkan berbagai tema, seperti kehidupan, kematian, kehilangan, penerimaan, dan spiritualitas melalui cerita-cerita yang ia sajikan.
Menariknya, kata pengantar dalam buku Tanpa Rencana ternyata merupakan tulisan pertama yang Dee Lestari rampungkan dalam buku tersebut. Menurut penuturannya, Tanpa Rencana menjadi karya yang berawal dari eksperimen untuk menulis secara spontan. Ia mengungkapkan bahwa tidak ada pesan khusus yang ingin disampaikan dalam buku ini, melainkan hanya berbagi pengalaman dan perasaan yang telah ia tuangkan dalam tulisan.
“Saya belum pernah menulis suatu cerita, yang isinya benar-benar mengalir begitu saja. Penulisannya spontan, jadi tidak ada tema yang saya khususkan. Namun, ketika saya melihat hasil akhirnya, sekitar 40–50% ceritanya berkaitan dengan kehilangan dan perpisahan, sementara sisanya bervariasi” tutur Dee.
Dee berharap karyanya dapat menginspirasi pembaca untuk lebih berani dalam berkarya. Selama sesi diskusi, Dee banyak menjelaskan makna dan filosofi lahirnya setiap buku yang ia tulis. Dee juga sempat memberi bocoran pada pembaca yang hadir tentang buku yang akan ia garap ke depannya. Selain itu, Dee memberikan pesan khusus kepada mahasiswa untuk terus mengeksplorasi minat dan potensi mereka selama berada di bangku kuliah.
“Masa mahasiswa adalah periode yang penting. Ini adalah waktu yang tepat untuk mengeksplorasi minat dan passion karena di usia ini, kita sudah memiliki pemikiran yang lebih kritis, tetapi masih membutuhkan bimbingan dari orang-orang yang lebih berpengalaman,” tambahnya.
Disisi lain, Eka Dalanta, Ketua Komunitas Ngobrol Buku, turut mengungkapkan ketertarikannya terhadap buku Tanpa Rencana dan karya-karya Dee Lestari lainnya. Menurutnya, Dee Lestari mampu menyampaikan emosi tokoh dengan begitu kuat sehingga kesedihan dan air mata yang digambarkan di dalamnya terasa nyata. Ia juga berpendapat bahwa gaya penceritaan Dee Lestari yang personal membuat setiap karyanya selalu menarik.
Eka juga menyoroti tren membaca di kalangan remaja saat ini. Ia menilai bahwa meskipun minat baca masih ada, perlu upaya lebih lanjut untuk menanamkan kebiasaan membaca sebagai bagian dari gaya hidup di kalangan kawula muda.
“Anak muda zaman sekarang memang masih membaca buku, tetapi sering kali hanya sebagai aktivitas sampingan di waktu luang. Tantangannya adalah bagaimana kita membangun kebiasaan membaca sebagai bagian dari gaya hidup, bukan sekadar selingan,” pungkasnya.
Selain sesi bedah buku dan dialog, tim Ngobrol Buku juga memberi kesempatan bagi peserta untuk berinteraksi langsung dengan Dee Lestari melalui sesi tanda tangan buku (book signing) dan foto bersama.
Redaktur : Fatimah Roudatul Jannah