Proyek MKWK Menjadi Inspirasi Abdil Aziz Nasution membentuk Insan Nasional Bestari Indonesia (INBI)

Reporter: Nadira Arfan

Suara USU, Medan. Didorong oleh jiwa sosial dan kepedulian terhadap pendidikan yang berkualitas, Azis berhasil mendirikan organisasi INBI. Abdil Aziz Nasution atau yang lebih dikenal dengan sapaan Aziz merupakan mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara. Ia dan rekan-rekannya membentuk organisasi Insan Nasional Bestari Indonesia (INBI) yang terinspirasi dari proyek Mata Kuliah Wajib Kurikulum (MKWK).

“Kami mendirikan ini karna adanya keresahan kami terhadap pendidikan yang ada dialami anak-anak panti asuhan di Kota Medan pada saat kami turun lapangan dalam menjalankan proyek MKWK. Dimana anak-anak panti asuhan di beri potongan harga sekolah namun mereka tidak mendapatkan perlakuan yang sama ketika mereka sekolah,” ungkapnya.

INBI sendiri didirikan untuk menjadi wadah bagi anak muda untuk berkembang dan melatihan kepemimpinan sehingga dapat membawa perubahan positif bagi masyarakat luas. Organisasi pemuda ini memiliki misi agar para anak muda memiliki pengalaman yang positif dengan terus meningkatkan keterampilan baik hardskill maupun softskill. Melalui proyek MKWK yang dilaksanakannya, Aziz melihat bahwa sistem pendidikan formal masih belum dapat memaksimalkan pengembangan karakter dan keterampilan sosial para anak didik.

“Jika berbicara pendidikan berkualitas, artinya pendidikan itu sudah sangat sempurna. Karena sejauh ini pendidikan kita tidak menunjukkan tanda-tanda adanya pendidikan yang berkualitas. Dari tahun ke tahun, mulai dari kurikulum yang mengajarkan kita banyak pelajaran berdasarkan buku, tanpa adanya pemikiran pembelajaran harus diseimbangkan dengan praktik lapangan,” tegasnya.

Adapun program kerja yang dilaksanakan di INBI yaitu bimbel panti, sanubari dengan anak-anak pasien kanker, penggalangan dana, dan masih banyak program kerja lainnya. Dalam membimbing para anak muridnya, pengurus dan pengajar di INBI mengevaluasi kelebihan dan kekuatan dari setiap anak dan mengasahnya agar dapat menjadi lebih baik.

Sebelum menjadi bagian dari INBI, Aziz juga lebih dahulu menjadi salah satu pendiri dari Sikkola Rakyat Indonesia. Setelah menyelesaikan masa jabatannya di Sikkola Rakyat, Aziz kemudian mendirikan Rumah Belajar Desa Marindal. Rumah belajar ini mendapatkan dukungan dana 32 juta rupiah yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Dana ini juga dialokasikan untuk membeli konsumsi seperti roti dan buah sebagai aksi pencegahan stunting.

Di sela-sela kesibukannya ini, Aziz juga memiliki tanggung jawab sebagai sekretaris perpustakaan daerah mewakili desanya. Ia bertugas memastikan kebutuhan buku anak-anak di desanya dapat terpenuhi. Selain itu, Aziz juga aktif berbisnis menjual makanan-makanan ringan yang ia titipkan di beberapa coffee shop. Meskipun aktif berkegiatan di luar, ia tentunya tidak meninggalkan kewajibannya sebagai mahasiswa. Ia tetap memprioritaskan pendidikannya dan membagi waktunya dengan baik agar tetap dapat berorganisasi. Baginya menjadi bagian dari organisasi merupakan komitmen yang harus dijalani dengan serius, bukan sebatas coba-coba atau mengikuti teman.

Redaktur: Feby Simarmata

 

Related posts

Marco Kartodikromo, Gambaran Perlawanan Jurnalis terhadap Kolonialisme

Malala Yousafzai, Pejuang Pendidikan yang Tak Takut Peluru

Inspirasi dan Perjuangan Mahasiswa dalam Usaha Buket Bunga Handmade