SUARA USU
Opini

Mahasiswa Medioker, Terkesan Baik atau Buruk?

Oleh : Zahra Salsabilla

Suara USU, Medan. Apa kalian pernah mendengar istilah medioker? Atau istilah mahasiswa medioker? Belum lama ini, istilah medioker sering sekali muncul dan digunakan para generasi Z untuk menggambarkan kualitas sesuatu yang biasa saja. Pada awalnya, sebutan medioker digunakan para pecinta sepak bola dalam menggambarkan kualitas dari sebuah klub sepak bola yang biasa saja. Namun, beberapa tahun belakangan istilah medioker meluas menjadi suatu istilah untuk gambaran sebuah gaya hidup.

Sebutan ini akhirnya melekat pada gaya hidup seseorang yang terkesan biasa saja, tidak menonjol, dan tidak juga tertinggal. Mereka hanya berada di posisi biasa saja tanpa kelebihan yang luar biasa. Orang-orang dengan gaya hidup medioker ini terkesan seperti santai dan hanya ikut mengalir dengan gelombang lika-liku kehidupan.

Istilah medioker juga melekat pada individu beberapa mahasiswa. Julukan mahasiswa medioker melekat pada mahasiswa yang memiliki ekonomi menengah dan prestasi yang cukup tanpa memiliki hal-hal menonjol pada dirinya. Para mahasiswa medioker ini terkesan seperti mahasiswa pemalas yang tidak ingin maju untuk meningkatkan kualitas diri. Namun, apakah anggapan itu benar?

Sebab faktanya, beberapa mahasiswa medioker sendiri memiliki keinginan untuk bisa menunjukkan atau mengeksplorasi diri, tetapi memang usaha yang mereka lakukan tidak terlihat atau tertutupi oleh rekan-rekannya yang lain. Dalam segi prestasi, mahasiswa medioker memiliki prestasi yang tidak begitu luar biasa. Mahasiswa medioker tidak bisa dibilang pintar dan juga tidak bisa dibilang tertinggal. Mereka selalu berada di posisi tengah sehingga terkesan mencari aman. Akan tetapi, walau terkesan mencari aman sampai sering dikatai pemalas, sebenarnya mahasiswa medioker ini sering mencoba untuk mendapatkan sebuah prestasi.

Walaupun demikian, usaha serta pencapaian yang diraih oleh mahasiswa tersebut tidak bisa terlihat. Mengapa demikian? Alasannya karena masih ada orang lain yang lebih hebat dibandingkan dirinya. Dikarenakan hal tersebut prestasi yang dimiliki mahasiswa medioker ini terkesan biasa saja jika dibandingkan dengan prestasi yang dimiliki mahasiswa lainnya.

Tak jarang, karena usaha mereka yang dianggap tidak berdampak itu, mahasiswa medioker ini terlanjur malas dan akhirnya memilih untuk hidup santai dengan jalan yang sudah mereka tempuh. Mereka hanya tekun dalam melakukan hal-hal yang mereka suka dan lebih bisa menghargai proses yang mereka lakukan.

Sedangkan dalam segi ekonomi, mahasiswa medioker juga memiliki permasalahan mereka sendiri. Mahasiswa medioker merupakan mahasiswa dengan ekonomi menengah. Artinya, mereka mungkin memiliki kondisi keuangan yang stabil dan cukup untuk membiayai pendidikan mereka, tetapi tidak secara berlebihan. Misalnya dalam membayar UKT di semester awal masih mampu, tetapi membayar UKT di akhir semester dan ditambah dengan biaya tak terduga lainnya membuat mahasiswa terbebani. Tidak heran jika ada beberapa mahasiswa yang putus kuliah karena alasan ini.

Bagi mahasiswa dengan ekonomi menengah, keperluan sandang, pangan, dan papan memang masih bisa untuk mereka penuhi, tetapi untuk kebutuhan tersier mereka harus berpikir dua kali. Tidak selamanya kebutuhan tersebut dapat mereka dapatkan dengan mudah. Ada kalanya ekonomi mereka di atas, ada kalanya pula ekonomi mereka di bawah.

Kedua hal ini  yang menjadi permasalahan ketika para mahasiswa medioker ingin mendaftar beasiswa. Dilatar belakangi oleh ekonomi, biasanya para mahasiswa pasti akan memilih untuk mendaftar beasiswa. Siapa yang tidak ingin kuliah dengan biaya dari pemerintah atau institusi tertentu tanpa harus mengeluarkan biaya pribadi? Semua pasti mau.

Lain halnya dengan mahasiswa lain yang bisa mendaftar beasiswa tanpa berpikir untuk mundur, mahasiswa medioker justru kesulitan dalam memilih beasiswa mana yang ingin diikuti. Ingin daftar beasiswa prestasi, tetapi prestasi yang dimiliki terlalu biasa saja untuk bisa mendaftar. Ingin daftar beasiswa bagi mahasiswa kurang mampu, tetapi juga tidak termasuk kategori untuk layak menerima bantuan beasiswa. Jadi, bagaimana nasib para mahasiswa medioker ini?

Belum lagi yang sebenarnya tidak mampu, tetapi orang tua mereka terdaftar sebagai seorang PNS. Tanpa banyak alasan mereka akan langsung dianggap dari kalangan yang mampu. Ini sebenarnya hal yang salah. Cukup banyak mahasiswa yang orang tuanya seorang PNS masih kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidup karena pada kenyataanya tidak semua PNS yang tinggal di Indonesia memiliki gaji yang cukup untuk menghidupi keluarga.

Lalu, apakah sebenarnya menjadi mahasiswa medioker itu buruk? Tidak sepenuhnya buruk. Memang dengan menjadi mahasiswa medioker di tengah gempuran dunia sosial yang semakin liar dalam menekan manusia bukanlah pilihan yang baik. Mengapa? Dengan menganut gaya hidup medioker, kita tidak akan bisa bersaing dengan yang lain. Mungkin untuk sekarang terkesan baik-baik saja, tetapi tidak setelah kita mulai masuk ke dunia yang lebih penuh dengan persaingan.

Dibalik itu, menjadi medioker juga bukan pilihan yang buruk. Dengan konsep medioker, mahasiswa tidak selalu harus mencapai standar kesuksesan yang umumnya diterima. Mahasiswa dapat fokus pada pencapaian tujuan pribadi mereka, mengidentifikasi kekuatan dan minat yang dimiliki, serta membangun fondasi yang kokoh untuk karier atau kehidupan setelah lulus.

Tidak perlu terburu-buru seperti mahasiswa lain dan takut tertinggal dalam pencapaian tertentu. Tidak juga harus mencari validasi dalam segala hal. Mahasiswa medioker cenderung berusaha untuk mencari arti sukses bagi diri mereka masing-masing. Perlu digaris bawahi, makna sukses bagi setiap orang berbeda-beda. Sukses tidak bisa dipatokkan oleh suatu standar tertentu.

Menjadi mahasiswa medioker ataupun tidak merupakan pilihan masing-masing individu. Ada baiknya untuk menakar dan mengevaluasi diri sendiri tentang batasan yang memang kita miliki. Tidak semua harus ada di genggaman kita karena kita bukanlah seseorang yang sempurna. Jangan terlalu menjustifikasi bahwa menjadi mahasiswa medioker itu buruk. Suatu hal ada sisi positif dan sisi negatifnya. Hanya kita yang perlu menyaring semua hal tersebut dan menyesuaikannya dengan diri sendiri.

Redaktur : Duwi Cahya


Discover more from SUARA USU

Subscribe to get the latest posts to your email.

Related posts

Terancamnya Nasib Masyarakat Adat di Tengah Mega Proyek IKN

redaksi

Siapakah Capres-Cawapres Pilihan Gen Z?

redaksi

Menyambut HUT Ke-78 RI, Jangan Sekedar Aksi Seremonial!

redaksi