SUARA USU
Uncategorized

Pelatihan Ecoprint dalam Literasi dan Adaptasi Perubahan Iklim yang Ekslusif di Rumah Publik Terpadu YAFSI

Oleh: Angelica Patricia

Suara USU, Medan. Praktik Kerja Lapangan atau PKL pada umumnya merupakan bentuk penyelenggaraan kegiatan pendidikan dan pelatihan dengan bekerja secara langsung, sistematik, dan terarah dengan supervisi yang kompeten. Dalam PKL II, dilaksanakan kegiatan pelatihan ecoprint sebagai bentuk pengajaran mengenai literasi sains dalam upaya pencegahan yang terjadi akibat adanya perubahan iklim.

PKL ini dilaksanakan di Rumah Publik Terpadu YAFSI yang berlokasi di Jalan Pengilar Gg. Ngatinah, Amplas, Kec. Medan Amplas, Kota Medan, Sumatera Utara. Pelaksanaan PKL ini juga berjalan kurang lebih selama tiga bulan, yaitu dimulai dari bulan September sampai dengan Desember dan dilakukan tiga kali dalam seminggu, yaitu pada hari Jumat, Sabtu, dan Minggu.

Praktikum II ini merupakan praktek lapangan yang dilakukan secara individu dengan fokus penggunaan metode intervensi pada level mezzo ataupun makro. Adapun yang menjadi mini project dalam pelaksanaan kegiatan PKL II ini yakni pelatihan ecoprint.

Pelatihan ecoprint ini adalah kegiatan yang ditujukan untuk masyarakat yang menjadi anggota Rumah Publik Terpadu YAFSI, khususnya kelompok ibu-ibu yang berkegiatan sebagai ibu rumah tangga. Ecoprint adalah teknik olah dengan cara mencetak warna alam pada media berserat alam dengan beberapa teknik yang dikerjakan secara manual atau tidak melibatkan mesin dan juga tidak menggunakan cairan kimia yang berlebihan sehingga ramah lingkungan. Dalam pelaksanaannya, terdapat tahapan intervensi sebagai berikut:

  1. Tahap persiapan. Pada tahap ini praktikan melakukan persiapan dengan melakukan observasi lapangan di lokasi tempat praktikan ingin melaksanakan kegiatan PKL. Pada tahap ini praktikan menemui Kepala Yayasan Fajar Sejahteran Indonesia (YAFSI) dan Kepala Lingkungan untuk menyampaikan tujuan serta menyerahkan surat izin melaksanakan kegiatan Praktik Kerja Lapangan di Rumah Publik Terpadu YAFSI.
  2. Tahap assessment. Tahap ini dilakukan dengan pendekatan secara emosional terhadap masyarakat terkhususnya ibu-ibu yang berada di Rumah Publik Terpadu YAFSI. Pada tahapan ini praktikan ikut serta dalam kegiatan Layanan Pusat Pembelajaran Keluarga (PUSPAGA) yang dilaksanakan oleh Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pemberdayaan Masyarakat dan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Medan. Kegiatan ini merupakan diskusi berbasis group work yang menghasilkan output mengenai apa yang menjadi kebutuhan masyarakat anggota Rumah Publik Terpadu YAFSI, terkhususnya kelompok ibu-ibu.
  3. Tahap perencanaan alternative. Pada tahapan ini, praktikan secara aktif melibatkan anak-anak di Rumah Publik Terpadu YAFSI untuk mencari kegiatan yang bisa mengembangkan bakat dan minat mereka. Oleh karena itu, praktikan melakukan kegiatan mewarnai, menari, dan bernyanyi. Selain itu, praktikan juga mengajarkan anak-anak untuk peduli terhadap perubahan iklim melalui diskusi singkat mengenai cara untuk menjaga dan melestarikan lingkungan.
  4. Tahap pemformulasian rencana aksi. Pada tahap ini praktikan ikut membantu membersihkan lahan yang akan digunakan sebagai sekolah berkebun bagi anak-anak Rumah Publik Terpadu YAFSI. Selain itu, praktikan juga membuat sebuah poster bertemakan cara merawat tumbuhan dan menempelkan poster tersebut di dinding Rumah Publik Terpadu YAFSI agar dapat dibaca oleh masyarakat sekitar.
  5. Tahap pelaksanaan (implementasi). Setelah melaksanakan tahapan assessment, program yang dilaksanakan adalah pelatihan ecoprint sebagai bentuk literasi dan adaptasi perubahan iklim yang inklusif. Adapun yang menjadi sasaran dalam program ini adalah kelompok ibu-ibu yang merupakan anggota Rumah Publik Terpadu YAFSI.
  6. Tahap evaluasi proses dan hasil perubahan. Tahapan ini dapat berjalan saat pelaksanaan program sedang berlangsung. Proses pelaksanaan program harus dievaluasi agar dapat memperbaiki kesalahan keberlangsungan program.
  7. Tahap terminasi. Pada tahap ini seluruh rangkaian kegiatan Praktik Kerja Lapangan diikuti sejalan dengan pelaksanaan program berakhir. Tahapan ini beranggapan bahwasanya komunitas yang dikembangkan sudah dapat berjalan secara mandiri.

Artikel ini adalah publikasi tugas mata kuliah Praktikum II Program Studi Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dengan Dosen Pengampu: Fajar Utama Ritonga, S.Sos., M.Kesos.

 

Redaktur: Anggie Syahdina Fitri


Discover more from SUARA USU

Subscribe to get the latest posts to your email.

Related posts

Gotong Royong: Fondasi Keharmonisan dan Kemakmuran Bangsa

redaksi

HCM di Era Digital: Menghadapi Tantangan dalam Manajemen Sumber Daya Manusia

redaksi

Menarik! Berikut Program di IPWL Mari Indonesia Bersinar

redaksi