PEMA USU dalam Dualisme

Oleh: Fathan Mubina

Suara USU, Medan. Apakah ada sejarahnya Indonesia memiliki dualisme kepemimpinan? Secara tertulis, belum pernah ada sejarahnya ada dua presiden yang secara bersamaan menjabat dalam satu waktu, dengan catatan mengesampingkan pemimpin bayangan yang merupakan seorang petugas partai setelah masa reformasi. Bagaimana dengan Universitas Sumatera Utara, yang merupakan universitas yang dinisbatkan oleh WUR sebagai universitas dengan rangking 700 sekian di dunia?

Menarik, karena saat ini di USU sendiri, terjadi sebuah dualisme. Dimas Aditya Syailendra yang mengklaim diri sebagai Presiden Mahasiswa berdasarkan pemilih dirinya dalam PEMIRA lalu dan Presiden Mahasiswa Interim, Muhammad Aziz Syahputra yang dipilih berdasarkan musyawarah Gubernur sekawasan.

Dualisme dalam kampus ini mungkin sudah dalam gambaran beberapa orang mahasiswa yang berpikir panjang, bahkan sebelum adanya pengklaiman. Namun pertanyaan yang muncul ialah, mengapa tidak bertindak sebelum itu terjadi seperti sekarang?

Apakah dualisme berbahaya? Oh tentu, ibaratkan saya sebagai mahasiswa USU, memiliki dua rektor. Rektor pertama menyuruh saya sebagai mahasiswa untuk menghadiri kelas secara luring, Rektor kedua menyuruh saya sebagai mahasiswa untuk menghadiri kelas secara daring, bingung bukan? Tentu kita akan memilih apa yang paling menguntungkan untuk kita, karena tidak adanya satu perintah pasti.

Dualisme yang terjadi saat ini tidak bisa dikambinghitamkan hanya kepada KPUM yang karut-marut. Tapi marilah kita renungi diri sendiri, sebagai mahasiswa, sudahkah kita bersaksi kepada diri sendiri, untuk mensejahterakan kampus ini. Sudahkah kita berusaha untuk menghindari dualisme ini teman?

Untuk yang merasa bahwa dualisme yang terjadi di USU ini tidak memiliki dampak, maka pikir secara panjang lagi teman. Semoga pikiran kita semua tercerahkan.

Redaktur: Anna Fauziah Pane