SUARA USU
Featured

Unit Linus Terbatas, Mahasiswa Kesulitan

Reporter: Nadira/Syarifah/Indira/Fatimah/Zahra

Suara USU, Medan. Linus merupakan transportasi sehari-hari yang membantu mahasiswa Universitas Sumatera Utara  dalam menjalani aktivitas di segala penjuru kampus yang luas. Bus ini menjadi andalan para  mahasiswa yang tidak memiliki kendaraan pribadi untuk melakukan perjalanan di dalam  lingkungan kampus.

Kurangnya unit bus Lintas Usu atau yang lebih dikenal dengan linus yang beroperasi, menimbulkan keresahan di kalangan mahasiswa terlebih saat rush hour. Contohnya seperti pada saat jam makan siang maupun sore di waktu pulangnya kebanyakan  mahasiswa, menyebabkan padatnya keadaan di dalam Linus.

Menurut Lusiana yang merupakan seorang mahasiswa Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM),  Linus menjadi transportasi yang sangat membantu saat harus bepergian ke tempat-tempat tertentu yang terbilang cukup jauh di kampus dan memerlukan waktu untuk menjangkaunya. Cukup  mengejutkan baginya saat mengetahui keberadaan alat transportasi khusus mahasiswa seperti Linus  ini ada dan beroperasi setiap hari di lingkungan kampus sebab di kampus asalnya tidak ada transportasi khusus semacam ini.

Meskipun demikian Lusiana sedikit menyayangkan kondisi linus yang menurutnya masih  membutuhkan beberapa perbaikan. “Mungkin bisa ditambah unitnya karena pada ramai dan  menunggu, jadi biar nunggunya nggak begitu lama,” ujar Lusiana saat ditanya harapan  ke depannya untuk Linus.

Senada dengan Lusiana, seorang mahasiswi PMM asal Yogyakarta yang kerap disapa Silvi juga menyampaikan keluhannya terkait keadaan Linus pada saat penuh sesak. “Kalau penuh kan  berdiri, kadang itu bau sih,” ungkap Silvi.

Menurut Silvi, Linus bisa jadi kurang efektif karena tingkat kebersihan yang kurang serta dapat menimbulkan bau kurang sedap pada jam-jam padat  mahasiswa menggunakan Linus.

Adapun salah satu mahasiswi keperawatan stambuk 22 dengan nama Semi Saragih, sebagai  pengguna tetap Linus turut berbagi cerita seputar pengalamannya selama menggunakan Linus. Ia kerap kali mengalami kejadian seperti berdesak-desakan bahkan hampir terjatuh saat keadaan  sedang ramai. Tidak hanya itu, ia juga pernah tertinggal saat berlari menghampiri Linus yang  berhenti di sebuah halte. Hal ini menjadi masalah yang sering dihadapinya dan membuat  termakannya waktu karena harus menunggu Linus selanjutnya yang membutuhkan waktu cukup  lama.

“Semoga Linus bisa ditambah, mengingat banyak orang yang  menggunakan Linus. Biar kami nggak lama nunggunya,” tutur Semi ketika ditanya harapannya  untuk perkembangan Linus.

Menyikapi hal tersebut, kami meminta keterangan dari salah satu pengemudi Linus (driver) untuk  mengetahui lebih jauh keadaan yang dihadapi para driver ini.

“Sebenarnya  total ada empat unit, cuma yang beroperasi di kampus 1 hanya dua dan sisanya digunakan untuk  di kampus 2 yang terletak di Simalingkar. Kami pun sebenarnya juga kekurangan orang. Untuk kampus 1 cuma ada 6 driver dan itu shift-shiftan setiap 1 minggu. Kalau kampus 2 cuma ada 2  driver.” ungkap Suherlambang sebagai salah seorang driver harian Linus.

Suherlambang juga  mengatakan jika kapasitas Linus yang menampung mahasiswa memiliki aturan tersendiri. Akan  tetapi, banyak dari mahasiswa/i yang melanggar aturan tersebut dan memaksa tetap naik meskipun  keadaan di dalam Linus sudah sangat padat. “Sebenarnya nggak boleh bergelantungan, itu ada  aturannya. Tapi terkadang mahasiswa banyak yang ngeyel dan maksa masuk. Nggak bisa  dibilangin,” ujar Suherlambang menanggapi kejadian-kejadian yang terjadi saat Linus dalam  keadaan padat.

Pada saat keadaan bus padat dan mahasiswa terpaksa bergelantungan di pintu bus dengan berbagai  pertimbangan seperti buru-buru mengejar kelas yang akan segera mulai atau ada hal mendesak  lainnya, tentu berpotensi akan munculnya keadaan yang dapat membahayakan. Maka dari itu dengan dilangsungkannya wawancara serta observasi pada saat jam padat penggunaan Linus, dapat disimpulkan bahwa besar harapan mahasiswa terkhusus pengguna tetap Linus setiap harinya,  agar pengelola segera menemukan solusi dari permasalahan ini. Semoga Linus dapat menjadi prasarana kampus yang efisien dan juga lebih aman serta nyaman untuk digunakan.

Redaktur: Anna Fauziah Pane


Discover more from SUARA USU

Subscribe to get the latest posts to your email.

Related posts

Keindahan Tapaktuan di Aceh Selatan

redaksi

Digitalisasi UMKM dengan Studi Kasus Usaha Kripik di Bakaran Batu, Lubuk Pakam!

redaksi

52 PMI di Hong Kong terdaftar mahasiswa baru Universitas Terbuka

redaksi