SUARA USU
Opini

Kita Balas di Semester Depan: Wacana yang Tak Kunjung Terlaksana

Oleh: Nadira Arfan

Suara USU, Medan. Ujian Akhir Semester (UAS) yang berlangsung selama kurang lebih 14 hari dapat dikatakan sebagai dua minggu terberat selama satu semester. Tidak hanya dalam kurun waktu 14 hari tersebut, bahkan beberapa minggu sebelumnya banyak mahasiswa yang telah sibuk mempersiapkan diri untuk menghadapi UAS. Mulai dari pikiran yang tidak tenang, hingga waktu tidur yang kurang menjadi salah satu masalah yang dihadapai selama masa UAS.

Mampu melewati masa-masa sulit ini tentunya memberikan perasaan lega di hati para mahasiswa. Namun, sering kali perasaan lega tersebut hanya bertahan sebentar. Setelah melewati UAS, tibalah masa menunggu nilai yang merupakan hasil penilaian kerja keras mahasiswa selama satu semester. Tak jarang nilai yang diperoleh jauh dari harapan yang dimiliki. Demi menghibur dan menyemangati diri sendiri ataupun teman lain, sering terdengar kalimat “Kita balas di semester depan”.

Apakah kalimat ini diucapkan dengan kesungguhan, atau sekadar ucapan belaka? Mengapa kalimat ini selalu terdengar di tiap akhir semester? Memiliki tekad untuk memperbaiki diri dan lebih menaruh fokus pada perkuliahan merupakan hal yang positif. Namun, alangkah baiknya jika tekad ini tetap bertahan selama perkuliahan. Bukannya bertahan selama satu bulan dan dilupakan begitu saja.

Semangat sejenak ini merupakan kebiasaan buruk yang sering dianggap sepele. Sekedar wacana dan tidak memiliki perencanaan untuk mencapainya dapat menjadi awal masalah dari sulitnya seseorang untuk berkembang. Akhirnya wacana tidak menghasilkan apapun dan hanya menjadi angan-angan belaka. Jika sudah memiliki wacana yang baik, alangkah baiknya disertai dengan komitmen agar wacana tersebut dapat terlaksana.

Salah satu hal penting yang sering diaggap sepele oleh mahasiswa adalah bermain-main dan tidak fokus mendengarkan materi di kelas. Mulai dari bermain handphone, tidur, maupun bercerita merupakan kegiatan yang seharusnya tidak boleh dilakukan selama kegiatan belajar berlangsung. Jika mahasiswa tidak menganggap serius materi yang diberikan dosen, maka tidak heran jika nilai yang nantinya diperoleh tidak akan maksimal.

Tidak hanya itu, mengerjakan tugas dengan sebaik-baiknya dan tepat waktu juga merupakan hal yang penting. Menghindari penumpukan tugas membantu kita menyelesaikannya tanpa terburu-buru dan dengan hasil yang maksimal. Dengan memulai dari langkah kecil, kita dapat memaksimalkan kegiatan pembelajaran di kelas, sehingga nilai yang diperoleh juga akan optimal.

Stabilitas kinerja dan semangat belajar dapat dicapai dengan tekad yang kuat. Ketekunan dan keseriusan dalam mengerjakan setiap tugas juga sangat berpengaruh pada perolehan nilai akhir. Oleh karena itu, sangat penting bagi mahasiswa untuk mampu mempertahankan semangat belajar, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Semangat ini adalah kunci utama agar mahasiswa tidak menjadi lalai dan akhirnya menyesal di kemudian hari. Dengan menjaga semangat belajar yang konsisten, mahasiswa akan lebih mampu menghadapi tantangan akademik dan non-akademik yang ada.

Namun, jika nilai yang didapatkan di akhir semester dianggap tidak sebanding dengan usaha yang telah dilakukan, hal ini tidak boleh dijadikan alasan untuk bermalas-malasan di semester berikutnya. Sebaliknya, situasi ini seharusnya digunakan sebagai motivasi untuk menjadi lebih baik lagi. Kekecewaan atas nilai yang kurang memuaskan dapat menjadi pelajaran untuk dapat meningkatkan kinerja akademis dan mencapai hasil yang lebih baik di masa mendatang.

Redaktur: Duwi Cahya Aleida


Discover more from SUARA USU

Subscribe to get the latest posts to your email.

Related posts

Berada pada Fase Quarter Life Crisis, Apa yang Harus Dilakukan?

redaksi

Harapan Akan THR Direnggut Oleh Usia

redaksi

Mahasiswa Medioker, Terkesan Baik atau Buruk?

redaksi