SUARA USU
Uncategorized

Mengatasi Pengemis dan Tunawisma Melalui Metode Group Work: Sebuah Pendekatan Pekerjaan Sosial

Penulis: Salsabilah Syifa Siregar

Suara USU, Medan. Magang Merdeka Bersertifikat adalah bagian dari program Merdeka Belajar – Kampus Merdeka (MBKM) yang diluncurkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia. Program ini memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk mendapatkan pengalaman kerja nyata di industri dan berbagai lembaga, sekaligus mendapatkan sertifikat yang diakui oleh perguruan tinggi dan industri. Salsabilah Syifa Siregar (210902019) sebagai mahasiswa Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP USU melakukan magang sebagai Pekerja Sosial di Dinas Sosial Kota Medan Jl. Pinang Baris no.114, Lalang, kec. Medan Sunggal, tepatnya di Bidang Rehabilitasi Sosial yang telah dilakukan selama 4,5 bulan lamanya yang dimulai dari 16 Februari sampai 30 Juni 2024.

Pengemis menjadi salah satu masalah sosial yang kompleks dan membutuhkan penanganan multi-faceted. Selain faktor ekonomi, masalah ini juga terkait dengan kesehatan mental, penyalahgunaan zat, dan kurangnya dukungan sosial. Salah satunya adalah keluarga yang saya tangani selama magang di Dinas Sosial Kota Medan. Dalam kasus ini, pasangan ini terlilit masalah ekonomi dan mereka juga tidak memiliki tempat tinggal yang membuat mereka menjadi pengemis dan tidur di jalanan.

Salah satu pendekatan yang menjanjikan dalam mengatasi masalah ini adalah melalui metode pekerjaan sosial group work yang merupakan sebuah metode intervensi di mana individu dengan permasalahan serupa berkumpul dan saling mendukung dalam proses penyembuhan dan pemberdayaan. Dalam konteks tunawisma dan pengemis, group work dapat memberikan ruang aman bagi mereka untuk berbagi pengalaman, mengurangi stigma, dan membangun jaringan sosial yang positif. Berikut merupakan proses pendekatan dengan metode group work yang dilakukan, yaitu :

  1. Assessment: Tahap awal yang penting adalah melakukan assessment terhadap setiap individu untuk memahami latar belakang, kebutuhan, dan tujuan mereka. Assessment yang saya lakukan kali ini yaitu melakukan wawancara dan observasi kepada klien saya.
  2. Perencanaan: Berdasarkan hasil assessment, saya menyusun rencana intervensi. Rencana ini mencakup tujuan bagaimana kehidupan klien setelah dipulangkan dari rumah singgah, serta strategi dan kegiatan yang akan dilakukan dalam group work.
  3. Implementasi: Tahap ini adalah pelaksanaan dari rencana intervensi. Kegiatan dalam group work bisa meliputi diskusi, berbagi pengalaman, pelatihan keterampilan, dan lainnya.
  4. Evaluasi: Evaluasi ini penting untuk mengukur efektivitas intervensi dan melakukan penyesuaian jika diperlukan.
  5. Terminasi (Pemutusan Hubungan): Tahap akhir adalah terminasi, di mana individu dianggap telah mencapai tujuan yang ditetapkan dan siap untuk melanjutkan hidup secara mandiri.

Pendekatan group work juga efektif untuk diterapkan pada keluarga tunawisma dan pengemis dengan melibatkan seluruh anggota keluarga, intervensi ini dapat memperkuat ikatan keluarga, meningkatkan komunikasi, dan mengatasi masalah yang mendasari seperti konflik atau kekerasan dalam rumah tangga.

Pendekatan pekerjaan sosial group work menawarkan solusi yang komprehensif dan berkelanjutan dalam mengatasi tunawisma dan pengemis. Dengan membangun kekuatan bersama, individu dan keluarga dapat keluar dari lingkaran kemiskinan dan membangun masa depan yang lebih baik.

Artikel ini adalah publikasi tugas Praktek Kerja Lapangan dengan Dosen Pengampu Fajar Utama Ritonga S.Sos., M.Kesos

Redaktur: Khaira Nazira

 


Discover more from SUARA USU

Subscribe to get the latest posts to your email.

Related posts

Pengaruh Patriarki Dalam Kehidupan Serta Dampaknya Bagi Orang Sekitar

redaksi

Memahami Peran Konselor Adiksi dan Pekerja Sosial dalam Proses Rehabilitasi di Panti Rehabilitasi Narkoba

redaksi

Penggunaan Metode Linear Programer dalam Menghitung Maximum Profit pada Jus Buah Alfresco

redaksi