Oleh: Muhammad Fadhlan Amri
SuaraUSU, Medan. Bulan Ramadhan mulai memasuki pertengahan waktu. Seperti biasa, menu berbuka menjadi salah satu hal yang paling disorot setiap tahunnya. Ada beberapa hidangan berbuka atau yang biasa disebut “bukaan”, yang tidak boleh terlewatkan.
Beberapa khas bulan Ramadhan, beberapa lagi diantaranya merupakan bukaan khas Medan, dan Sumatera Utara. Berikut beberapa diantaranya kami rangkum untuk insan kampus semua!

1. Serabi
Serabi merupakan salah satu jajanan pasar yang sudah cukup harum namanya di dunia perjajanan Indonesia. Jajanan yang digadang-gadang sebagai modifikasi pancake dari jaman Belanda ini, biasanya akan makin eksis dan laku keras ketika bulan Ramadhan tiba. Terlebih di Medan, hampir tak ada gerai penjual hidangan berbuka yang tak turut menjual serabi sebagai salah satu dagangan andalannya.
Serabi sendiri memiliki banyak jenis, yang dikarenakan persebarannya di tiap-tiap daerah berbeda-beda. Perbedaan ini bisa dari penyebutan, bahan dasar, hingga penyajian serabi. Seperti Serabi asal minang disebut pinukuik. Namun, untuk rasa dan bahannya sama dengan serabi di pulau jawa kebanyakan.
Ada juga serabi yang berasal dari Cirebon bertekstur polos tanpa topping dan dibuat dari tepung beras, terigu, santan dan parutan kelapa. Rasanya gurih dan biasa disajikan bersama oreg tempe atau dage oncom. Ada juga serabi dengan variasi rasa manis yaitu serabi merah atau serabi kinca yang dibuat dengan mencampurkan gula merah ke adonan serabi sebelum dimasak.
Namun biasanya yang hadir di kota Medan adalah serabi Bandung, biasanya serabi Bandung dimakan dengan kuah kinca yaitu kuah dari campuran gula merah, santan, dan daun pandan. Serabi Bandung biasanya berwarna putih atau hijau.

2. Toge Panyabungan
Toge Panyabungan makanan khas Kota Panyabungan di Kabupaten Mandailing Natal (Madina) yang sudah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda dari Sumut oleh Kemendikbud di tahun 2017.
Sekilas Toge Panyabungan terlihat mirip Es Cendol atau Es Dawet dari pulau Jawa, tapi kalau diaduk dan dimakan akan terasa bedanya. Hidangan manis ini memiliki 5 komponen utama, yaitu Toge (yang berwarna hijau, mirip cendol), beras pulut, gula merah, candil, dan lupis.
Berbeda dari es cendol yang biasanya memakai es serut, Toge Panyabungan menggunakan bongkahan es batu. Sebelum disajikan, Toge Panyabungan akan disiram dengan kuah santan. Toge Panyabungan kini makin eksis kehadirannya, terlebih ketika bulan Ramadhan datang. Toge Panyabungan kini perlahan mulai jadi primadona menu bukaan baru untuk masyarakat Medan.

3. Dadar Gulung
Dadar Gulung merupakan makanan khas Indonesia dan Malaysia yang dapat digolongkan sebagai pancake yang diisi dengan parutan kelapa yang dicampur dengan gula jawa cair. Isi ini disebut unti. Penyebutan nama Dadar Gulung ini berbeda pada beberapa daerah diantaranya dalam bahasa Malaysia adalah Kuih Ketayap dan Kuih Lenggang. Kulit Dadar Gulung berwarna hijau karena diberi pewarna daun suji.
Dadar Gulung adalah salah satu makanan tradisional Indonesia yang berasal dari pulau jawa. Asal mula Dadar Gulung berawal dari Orang Romawi yang mengenalinya dengan sebutan Pancake. Pada perkembangannya juga makanan ini di adopsi oleh negara lain. Di Jerman dinamakan pfannkuchen. Di Perancis dinamakan Crepes, dan di Amerika dinamakan Nohehick. Di Indonesia pun ada makanan seperti ini yang dinamakan Dadar Gulung.
4. Bubur Sumsum
Bubur yang terbuat dari tepung beras, dimasak hingga mengental dengan santan dan dituang dengan “juruh” atau kuah gula jawa ini memang menjadi salah satu jajanan tradisional, terutama ketika bulan Ramadhan. Bubur sumsum menjadi primadona menu berbuka puasa.
Namun ternyata, tak hanya ketika Ramadhan bubur sumsum ini laris manis, bubur ini menjadi salah satu budaya dan tradisi, terkhusus di pulau Jawa. Ketika sebuah acara selesai diberlangsungkan, seperti acara nikahan atau sunatan, maka bubur sumsum akan dibagikan ke panitia ataupun orang yang membantu jalannya acara itu tadi.
Bubur sumsum atau jenang sumsum memiliki dua elemen, yaitu warna putih dan rasa manis. Warna putih dari bubur sumsum memiliki makna kebersihan hati dan pikiran atau tubuh kembali segar. Sedangkan rasa manis menunjukkan kesejahterasan, rasa terima kasih, manisnya hidup dan kebahagiaan.

5. Bubur Pedas
Jika keempat menu berbuka sebelumnya memiliki cita rasa manis maka kali ini, the last but not least rekomendasi terakhir akan sedikit berbeda. Yap, bubur pedas sudah menjadi salah satu ikon berbuka puasa dan ikon Ramadhan di kota Medan.
Walaupun berasal dari Aceh dan Melayu, bubur ini kerap kali dijual di pinggir jalan di kota Medan selama bulan Ramadhan. Yang makin istimewanya lagi adalah, karena bubur ini setiap tahunnya dibagikan secara cuma-cuma di Masjid Raya Al-Mashun, yang terletak di pusat kota Medan.
Untuk rasa, bubur ini sejenis bubur beras yang diberi ramuan rempah-rempah dan parutan kelapa. Setiap harinya, sebanyak 4 warga ditugaskan memasak menu ini untuk warga lainnya. Dibutuhkan 7 kilogram beras yang telah dihancurkan bersama ramuan 44 jenis rempah untuk setiap 1 kualinya.
Kunyit, jahe, lada atau merica, dan rempah bumbu India ditumbuk halus bersama beras. Beras yang sudah beramuan ini kemudian dimasak terlebih dulu dengan air secukupnya. Setelah sedikit matang, beras kemudian dibumbui garam dan parutan kelapa muda.
Sambil menunggu beras dan bumbu menyatu, para juru masak tak hentinya mengaduk agar tidak bau hangus. Proses pengadukan yang menggunakan batang pohon kala ini baru berhenti ketika bubur matang. Kemudian ditambahkan air kembali. Proses penambahan air tidak bisa dilakukan sekaligus, tapi bertahap agar nikmat.
Redaktur: Yulia Putri Hadi
Discover more from SUARA USU
Subscribe to get the latest posts sent to your email.