SUARA USU
Opini

Linus: Transportasi Penolong Mahasiswa, Sudah Layakkah?

Oleh: Zalfaa Tirta

Suara USU, Medan. Linus atau Lintas USU merupakan moda transportasi yang telah menjadi andalan bagi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU) dalam mobilitas di sekitar kampus. Namun kini, Linus menghadapi pertimbangan serius terkait kelayakan sebagai transportasi utama bagi para mahasiswa.

Saat ini, Linus beroperasi mulai pukul 07.00 hingga 16.30 WIB, dari hari Senin hingga Jumat dengan 21 titik pemberhentian yang tersebar di berbagai halte tiap fakultas. Namun sayangnya, hanya dua unit Linus yang beroperasi saat ini, dengan maksimal daya tampung kurang lebih 25 orang per unit. Terdapat masalah nyata dalam mengakomodasi jumlah penumpang dan faktor keselamatan. Kondisi overload sering kali membuat para mahasiswa yang telah menunggu cukup lama di halte merasa kecewa, bahkan beberapa di antara mereka terpaksa harus berdiri di pintu. Aksi ini tentu membahayakan para penumpang yang sampai harus berdiri berdesakan bahkan terancam keselamatan ketika terpaksa harus berdiri di pintu masuk/keluar Linus.

Pertanyaan muncul terkait faktor keselamatan dan kenyamanan yang kurang memadai. Apakah Linus dapat mempertahankan statusnya sebagai “primadona kampus” atau dipilih mahasiswa karena merupakan opsi satu-satunya? Meskipun begitu, banyak mahasiswa yang tetap menggunakan Linus dengan alasan utama karena layanan ini gratis dan memungkinkan mereka untuk menghindari perjalanan jauh dari satu fakultas ke fakultas lain dengan berjalan kaki.

Fadilah, seorang mahasiswa tahun pertama yang selalu mengunakan Linus, memilih Linus sebagai sarana transportasinya karena Linus gratis, dan merasa kurang pantas jika Linus berbayar bahkan seribu rupiah pun. Selain itu, Fadilah cenderung lebih memprioritaskan peningkatan kualitas Linus daripada kuantitasnya. Pendapat lain di ungkap Secia, mahasiswa yang belum pernah mengunakan Linus. Ia mengaku tertarik menggunakan Linus karena dianggap keren dan praktis. Ia juga berpendapat bahwa Linus memang sepatutnya menjadi layanan gratis dan membutuhkan peningkatan dalam hal kuantitas.

Dengan beragam pandangan ini, Linus tetap menjadi pilihan transportasi mahasiswa ntah karena sudah nyaman atau karena tidak ada opsi. Jika ditelisik lebih jauh, akan banyak ruang untuk peningkatan dalam segi aspek kualitas dan kuantitas Linus. Jadi kalian sudah pernah naik Linus? Menurut kalian Lebih baik peningkatan kualitas atau kuantitas?

Redaktur: Tamara Ceria Sairo


Discover more from SUARA USU

Subscribe to get the latest posts to your email.

Related posts

Noda Hitam Pelayanan Administrasi Fakultas Pertanian USU

redaksi

IPK Berpengaruh di Dunia Kerja, ‘Emang Iya?’

redaksi

Stop Mengeluh, Itu Risiko Kuliah

redaksi