SUARA USU
Uncategorized

Mahasiswa Kesejahteraan Sosial USU Melatih Fokus dan Kesabaran Anak Autisme Dengan ADHD

Oleh: Raudhatul Jannah

Suara USU, Medan. Kegiatan Praktik Kerja Lapangan ini di lakukan di Yayasan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Kaizen Nirel Centre yang beralamat di Jl. Tembakau Raya No.124, Mangga, Kec. Medan Tuntungan, Kota Medan. Kegiatan ini di laksanakan oleh mahasiswa Raudhatul Jannah dengan NIM 210902038 dari Program Studi Kesejahteraan Sosial, Universitas Sumatera Utara (USU) untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Praktik Kerja Lapangan dengan Dosen pengampu dan Dosen Supervisor Bapak Fajar Utama Ritonga S.Sos, S.Sos., M.Kesos.

Praktik Kerja Lapangan ini di lakukan selama dua bulan dari bulan April sampai Mei dengan tujuan melatih fokus anak autisme dengan ADHD. Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang mengalami keterbatasan atau keluarbiasaan, baik fisik, mental-intelektual, sosial, maupun emosional, yang berpengaruh secara signifikan dalam proses pertumbuhan atau perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain yang seusia dengannya. Dari tahun ke tahun Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) terus meningkat di Indonesia. Pada tahun 2017 Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ada 1,6 juta anak berkebutuhan khusus di Indonesia. ABK dengan Autisme atau autism spectrum disorder (ASD) merupakan gangguan perkembangan pada anak yang menyebabkan kemampuan komunikasi dan sosialisasi anak terganggu.

Klien adalah seorang anak berkebutuhan khusus dengan ADHD berumur 11 tahun dengan inisial AN yang memiliki gangguan mental yang menyebabkan terganggunya keberfungsian sosial klien. Selain menyebabkan kemampuan komunikasi dan sosial anak terganggu, klien juga mengalami kesulitan untuk fokus dan susah mengontrol emosi. Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) adalah gangguan mental yang menyebabkan seseorang sulit untuk memfokuskan perhatiannya pada suatu hal. ADHD adalah kondisi mental yang kerap kali terjadi pada anak-anak. Tidak jarang, gangguan ADHD terus berlanjut seiring bertambahnya usia anak.

Selama dua bulan PKL, praktikan melakukan treatment menggunakan teori Skidmore and Thackeray dengan menggunakan proses casework menjadi empat tahapan yaitu:

1. Tahap penelitian (engagement) dimana pada tahap ini praktikan mulai menjalin hubungan dengan klien untuk menciptakan rasa nyaman dan saling percaya dengan harapan tahap ini bisa dijadikan pegangan dalam proses pertolongan. Disini fungsi caseworker, antara lain adalah:

1. Membantu klien agar dapat mengembangkan diri

2. Membantu klien agar dapat memilih pemecahan masalah yang terbaik untuk diri klien itu sendiri, dan

3. Membantu membangkitkan motivasi klien untuk bergerak ke arah yang lebih baik dan memonitor perkembangan klien.

Pada tahap ini, klien harus menentukan pilihan apakah ia akan melanjutkan proses terapi ini atau tidak. Apapun yang menjadi pilihan klien saat ini (apakah ia akan melanjutkan ke tahap kontrak atau tidak) haruslah tetap dihormati oleh caseworker.

2. Tahap pengkajian (asesmen), pada tahap ini praktikan mulai memikirkan terapi yang cocok untuk di terapkan pada klien, diharapkan akan menghasilkan berbagai macam bentuk terapi ataupun treatment tergantung pada kebutuhan dan keunikan masing-masing klien. Karena itu, prinsip individualisasi dalam proses pengkajian masalah dan kebutuhan klien sangatlah penting diterapkan.

3. Tahap intervensi, pada dasarnya tahap ini dikembangkan berdasarkan kebutuhan dari klien. Caseworker dalam proses terapi yang dikembangkan melakukan proses diskusi untuk melakukan pemilihan alternatif pemecahan masalah bersama kliennya. Disini, klienlah yang ‘didorong’ untuk mengembangkan kemampuan untuk mengatasi permasalahan sesuai dengan perttimbangan kemampuannya. Pada tahap ini juga klien sudah mulai melaksanakan treatment atau terapi yang di berikan oleh praktikan, tahap ini membantu klien untuk mengklarifikasi permasalahnya dan berusaha memperbaikinya.

4. Tahap terminasi, tahap di mana relasi antara klien dan praktikan berakhir. Disini, pemahaman tentang ‘penghentian’ proses treatment juga harus dipahami dengan makna yang kurang lebih sama antara caseworker dengan kliennya. Terutama dalam kaitan dengan pencapaian daru tujuan treatment tersebut.

Tahap pertama dan kedua adalah langkah awal yang praktikan lakukan dengan melakukan observasi selama proses terapi mengajar berlangsung seperti bagaimana interaksi klien dengan anak-anak lain, apa yang di sukai dan tidak disukai oleh klien, tahapan ini berguna untuk mencari tahu metode terapi yang cocok untuk klien. Kemudian pada tahap ketiga dan keempat klien sudah mulai menjalankan mini project yaitu meronce gelang manik-manik. Mini project ini berguna untuk melatih kesabaran dan fokus klien dimana klien adalah anak autisme dengan permasalahan gangguan mental yang menyebabkan klien sulit untuk memfokuskan perhatiannya pada suatu hal.

Selama melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Yayasan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Kaizen Nirel Centre, dengan menggunakan metode casework dan mini project “Meronce gelang manik-manik untuk melatih fokus dan kesabaran anak autisme” terbukti dapat memperbaiki permasalahan klien. Selama dua kali melaksanakan meronce gelang dapat melatih kesabaran dan fokus klien sehingga klien menjadi lebih dapat mengontrol emosi dan lebih fokus dengan suatu hal yang sedang di kerjakan.

Artikel ini adalah publikasi tugas Praktek Kerja Lapangan dengan Dosen Pengampu Fajar Utama Ritonga S.Sos., M.Kesos.

Redaktur: Khalda Mahirah Panggabean 


Discover more from SUARA USU

Subscribe to get the latest posts to your email.

Related posts

Pengaruh Tindakan Kekerasan Seksual Terhadap Anak dan Remaja

redaksi

Mewujudkan Keseimbangan Lingkungan dan Ekonomi Global Melalui Adaptasi Pekerjaan Hijau

redaksi

Penerapan Nilai-nilai Pancasila dan Nasionalisme melalui Pendidikan Kewarganegaraan

redaksi