SUARA USU
Life Style

Mengenal Inovasi Nyamuk Wolbachia Alternatif Pencegahan DBD: Apakah Efektif?

Oleh: Anisa Maharani / Yeremia Jonathan

Suara USU, Medan. Wolbachia adalah bakteri yang dapat tumbuh di tubuh serangga, termasuk nyamuk Aedes aegypti. Wolbachia merupakan sebuah inovasi yang dianggap mampu melumpuhkan virus dengue dalam tubuh nyamuk Aedes aegypti sehingga nyamuk tersebut tak dapat menularkan virus ke tubuh manusia. Ini merupakan sifat alami dari bakteri Wolbachia. Bakteri ini juga telah ditemukan di dalam tubuh nyamuk Aedes albopictus secara alami.

Inovasi Wolbachia sendiri merupakan hasil penelitian kerjasama antara Monash University di Australia dan Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta. Penelitian terkait Wolbachia sudah dimulai sejak  tahun 2011 dan lokasi uji coba pertama di dunia dilakukan di Queensland, Australia. Bakteri Wolbachia diketahui bisa bertahan selamanya dalam tubuh Aedes aegypti dan bisa diturunkan pada generasi nyamuk seterusnya.

Dari penelitian yang sudah dilakukan, Wolbachia diketahui dapat menghambat replikasi virus dengue pada nyamuk Aedes aegypti. Dengan demikian, tingkat penularan virus dengue atau DBD bisa menurun. Selain di Indonesia, pemanfaatan teknologi Wolbachia juga telah dilaksanakan di sembilan negara lain dan hasilnya terbukti efektif untuk pencegahan DBD. Adapun negara yang dimaksud adalah Brasil, Australia, Vietnam, Fiji, Vanuatu, Mexico, Kiribati, New Caledonia, dan Sri Lanka.

Dilansirdarilaman WMP, uji coba metode Wolbachia ini sudah dilakukan di Yogyakarta pada 2017 lalu. Pada 2020, hasil uji coba ini menunjukkan adanya penurunan kasus DBD sebesar 77% dan juga penurunan rawat inap akibat DBD sebesar 86%. Uji coba ini pun membuktikan bahwa metode Wolbachia memang efektif mengatasi penularan DBD. Hal ini pula yang mendorong pemerintah untuk terus memperluas penyebaran nyamuk Wolbachia ke berbagai wilayah di Indonesia.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, Emma Rahmi Aryani, juga menegaskan adanya penurunan penyebaran virus dengue yang signifikan setelah adanya penerapan Wolbachia.

“Jumlah kasus di Kota Yogyakarta pada bulan Januari hingga Mei 2023 dibanding pola maksimum dan minimum di 7 tahun sebelumnya (2015-2022) berada di bawah garis minimum,” terang Emma.

Keberadaan inovasi teknologi Wolbachia tidak serta-merta menghilangkan metode pencegahan dan pengendalian dengue yang telah ada di Indonesia. Masyarakat tetap diminta untuk melakukan gerakan 3M Plus, yaitu menguras, menutup, dan mendaur ulang serta tetap menjaga kebersihan diri dan lingkungan.

Walaupun inovasi Wolbachia sudah terbukti efektif untuk mengatasi DBD, namun tidak sedikit pula masyarakat Indonesia yang tidak setuju terhadap keputusan pemerintah yang ingin menyebarkan nyamuk Wolbachia pada tanggal 1 Desember mendatang. Banyak masyarakat yang berpendapat bahwa nyamuk Wolbachia memang akan mengatasi DBD, namun akan menyebabkan virus lainnya yang bahkan lebih berbahaya dan mematikan.

Redaktur: Tania A. Putri


Discover more from SUARA USU

Subscribe to get the latest posts to your email.

Related posts

Mengenal Quite Quitting, Tren Kerja Seperlunya

redaksi

Pentingnya Konsumsi Buah bagi Mahasiswa

redaksi

Forest Gump, Keterbatasan Bukan Hambatan Berprestasi

redaksi