Oleh : Taty Kristina Malau
Suara USU, Medan. Baru-baru ini, muncul istilah “quiet quitting”, yang ramai jadi perbincangan di dunia maya. Istilah ini merujuk pada budaya kerja baru, sekarang ini banyak generasi muda lakukan di tempat mereka bekerja.
Dikutip dari The Conversation, quiet quitting merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan kebiasaan kerja yang sesuai jam kerja yang telah ditetapkan sejak awal. Kerja seadanya, sesuai batas, sesuai jam kerja dan sesuai bayaran.
Selepas itu, kamu punya hak untuk melakukan hal lain di luar pekerjaan. Menghabiskan waktu dengan keluarga/teman, melakukan hobi atau hal menyenangkan lainnya. Quiet quitting juga membangun pola perilaku seseorang untuk bekerja seadanya, sesuai job desk, tanpa punya rasa ambisius terhadap pekerjaan yang mereka lakukan.
Quiet quitting ada demi wujudkan work life balance. Kebiasaan ini muncul karena perubahan pola pikir yang dialami para pekerja muda selama pandemi Covid-19. Hal ini khususnya dipengaruhi dengan dengan perubahan budaya tempat kerja termasuk dengan adanya sistem Work From Home (WFH) maupun hybrid.
Manfaat Quiet Quitting dalam arti sebagai bekerja secara profesional ada beberapa yaitu:
1. Lebih bertanggung jawab secara profesional
Tren ini menekankan pada jam kerja yang sesuai dan penyelesaian tugas yang telah diberikan sesuai dengan job desc. Maka dari itu, seseorang akan dapat bekerja lebih efektif karena waktu yang dimilikinya benar-benar digunakan dalam rangka penyelesaian tugas yang telah diberikan, dan bukan menyelesaikan tugas lain yang sebenarnya tidak menjadi tanggung jawabnya.
Bayangkan jika kita bekerja secara semrawut. Apa saja kita kerjakan, maka konsentrasi kita akan terpecah dan niscaya hasil pekerjaan kita akan tidak maksimal atau tidak seratus persen sesuai target.
2. Tidak stres
Kita tidak bekerja di luar waktu yang sudah ditentukan dan hanya fokus dengan pekerjaan yang diberikan, maka mental kita akan lebih tenang dan jauh dari stres akibat tekanan gaya hidup hustle. Meskipun tidak tertutup kemungkinan akan stres, tapi Quiet Quitting ini mencegah stres yang akan muncul jika kita memang bekerja secara profesional.
3. Lebih kreatif
Quiet Quitting membuat kita memiliki ruang untuk berkreativitas dalam pekerjaan yang sudah ditentukan. Karena kita sudah mempelajari dan menekuni suatu pekerjaan dengan baik, maka kemungkinan besar kita bisa lebih berkreativitas di bidang tersebut.
4. Lebih memiliki cukup waktu untuk beristirahat
Karena filsafat Quiet Quitting hanya fokus di waktu kita sedang bekerja dan selesai di waktu yang sudah ditentukan, maka setelah selesai bekerja kita akan memiliki cukup waktu untuk beristirahat.
5. Lebih dekat dengan keluarga
Setelah bekerja di kantor atau di lapangan atau saat mengerjakan tugas, kita akan berhenti saat itu juga dan dilanjutkan esok harinya. Dengan demikian, ketika pulang kerja atau selesai dengan tumpukkan tugas, kita bisa bermain dan berbincang-bincang dengan anggota keluarga di rumah.
6. Lebih memiliki waktu untuk bersosialisasi
Yah, hampir sama dengan disebutkan sebelumnya,di samping itu kita juga lebih memiliki waktu untuk bersosialisasi dengan tetangga, teman, rekan-rekan kerja, dan komunitas setelah selesai jam kerja yang sudah ditentukan.
7. Lebih menghargai waktu
Ketika kita sudah selesai bekerja atau sudah menyelesaikan suatu pekerjaan dan sudah tidak berada di lingkungan kerja, waktu yang tersedia cukup banyak untuk melakukan hal bermanfaat lainnya. Hidup kita tidak hanya untuk bekerja, ada waktunya untuk memberi perhatian terhadap fisik dan kemajuan mental atau rohani.
Itu tadi ulasan singkat mengenai tren quiet quitting. Quiet quitting adalah tren yang dianggap efektif untuk diterapkan di dunia kerja. Tapi bagaimana menurut kamu sendiri?
Redaktur: Theresa Hana
Discover more from SUARA USU
Subscribe to get the latest posts to your email.