Oleh: Lita Amalia dan Wirayudha Azhari Lubis
Suara USU, Medan. Lalu-lalang metropolitan terlihat sibuk seperti biasa. Diantara kesibukan itu nampak sosok manusia dengan balutan kulit silver berdiri di depan lampu merah. Memamerkan satu dua gerakan robot dengan harapan mampu menuntaskan kepenatan para penakluk jalan. Itulah yang dilakukan Rizki, seorang pemuda berumur 18 tahun yang selama setahun terakhir sudah menobatkan diri menjadi manusia perak atau biasa disebut Silverman.
Akibat tuntutan ekonomi ditambah tak mampu menemukan pekerjaan lain,Ā Rizki terpaksa menjalani pekerjaan ini.
āDulunya kerja (depot) air, tapi karena dipecat makanya jadi kek gini. Udah nyari keliling Lapangan Merdeka, Brayan, gak nemu juga, jadi yaudah, kerja ini aja,ā paparnya.
Selama menjadi Silverman, Rizki mampu meraup keuntungan setara UMR. Dalam sehari pemuda tamatan SMA ini mampu meraup omzet sekitar 100 ribu perharinya.
āPaling sikit 100 ribu, paling banyak pernah sampe 500 ribu sehari,ā ungkapnya. Keuntungan yang diperolehnya tersebut nantinya akan digunakan untuk keperluan keluarga. Sehingga perspektif Silverman yang seringkali di konotasikan dengan hal negatif tidak berlaku pada Rizki.
āUangnya nanti ya untuk keluarga lah, Kak,ā ujarnya. Bagi Rizki, menjadi seorang Silverman mampu mendukung perekonomian keluarganya membaik, ditambah dukungan penuh dari orangtuanya, Rizki semakin yakin untuk menjadi Silverman. Tanggapan dari orang sekitar pun tidak menghalangi langkahnya.
āDaripada main gak jelas, Kak, bagus kerja gini aja,ā pungkasnya.
Dibalik keuntungan yang cukup menggiurkan tersebut, Rizki tentunya menanggung beban yang cukup berat. Bahan-bahan yang digunakan untuk melapisi tubunya agar mengkilau ternyata tidak semengkilau uang yang dia dapatnya. Berbekal minyak makan, bubuk silver, dan bedak, Rizki mengetahui adanya potensi yang bisa membahayakan dirinya dari bahan-bahan tersebut.
Namun, selama setahun menjadi Silverman,Ā Rizki mengaku tidak merasakan keanehan apapun saat bahan-bahan tersebut menyentuh kulitnya.
āGak ada rasa apa-apa,ā akunya. Baik gatal ataupun rasa panas terlihat tak mempengaruhi kulit Rizki. Namun, tak dapat dipungkiri bahwa bahan-bahan tersebut akan mengantarkan Rizki pada risiko kanker kulit ataupun jenis penyakit kulit lainnya.
Tidak hanya dibayangi oleh beragam penyakit, Satpol PP turut menghantui tiap langkah Rizki. Bahkan, saat wawancara ini dilakukan, Rizki sempat melarikan diri ketika Satpol PP menyambangi dirinya. Rizki lari secepat kilat meninggalkan kru Suara USU dan sirene dari mobil Satpol PP yang memekakkan telinga.
āUdah 4 kali, Kak, ditangkap (Satpol PP). Dibawa ke Binjai, disitu ditahan sampe 3 bulan,ā paparnya.
Bahkan Rizki turut mengakui bahwa ia saat itu baru saja dilepaskan dari jeruji besi. Tapi, rintangan tersebut terlihat tak menghentikan langkah Rizki untuk tetap meneruskan lakonnya sebagai Silverman. Namun dalam benaknya ada keinginan untuk mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang jauh lebih layak ketimbang melakoni pekerjaan sebagai manusia perak.
āKalau dapat pekerjaan lain ya berhenti,ā harapnya.
Di umur 18 tahun, Rizki sudah menjalani kerasnya kehidupan. Bekerja menjadi Silverman, berusaha menghibur pengguna jalan dengan gerakan robotnya, ternyata memberikan sebuah harapan untuk perekonomian keluarganya.
Penyunting: Muhammad Fadhlan Amri
Discover more from SUARA USU
Subscribe to get the latest posts sent to your email.