SUARA USU
Opini

Stop Mengeluh, Itu Risiko Kuliah

Oleh: Sari Rosa Jeli

Suara USU,Medan. Mahasiswa merupakan tingkatan tertinggi dari sekolah. Tidak sedikit para remaja yang lulus dari sekolah menengah memilih melanjutkan sekolahnya ke jenjang yang lebih tinggi. Mereka mengira mungkin kuliah itu sama seperti ketika di bangku sekolah menengah.

Siswa yang di nyatakan lolos mungkin akan berteriak keras atau bahkan menangis karena merasa masuk ke PTN adalah hal yang tidak mudah. Dia akan mengaktakannya pada banyak orang dengan bangga.

Tapi, itu hanyalah kesenangan di awal saja. Mungkin di awal semester tidak banyak yang akan membuat pikiran terkuras. Tapi semakin dalam semester yang akan di hadapi, mahasiswa akan menyadari ternyata kuliah tidaklah semudah yang di pikirkan. Akan ada banyak hal yang membuatnya kesusahan dan juga stres.

Laporan Statistik Pendidikan Tinggi 2020 menunjukkan, sebanyak 601.333 mahasiswa putus kuliah pada 2020 dan sebanyak 141.393 orang dinyatakan drop out sekolah pada 2020. Hal ini menunjukkan bahwa banyak mahasiswa yang tidak sanggup mengikuti perkuliahannya. Mungkin dia menyesal dan memiliki banyak kesulitan dalam perkuliahannya.

Mengeluh memang bukanlah hal yang salah, yang salah jika terlalu banyak mengeluh. Apalagi jika mengeluh pada orang yang salah. Keluhan kadang bisa membuat orang lain kesal. Dia akan berpikir bahwa temannya yang satu ini hanya bisa mengeluh. Daripada hanya mengeluh, kenapa tidak langsung selesaikan saja masalahnya?

Jika memang tidak bersedia menghadapi kesulitan-kesulitan dalam dunia perkuliahan, mengapa harus memilih untuk kuliah? Kuliah bukanlah ajang agar kita terlihat keren dan berwibawa saat kita mengenakan almamater universitas,kuliah merupakan suatu usaha untuk mempersiapkan masa depan yang lebih baik.

Redaktur: Salsabila Rania Balqis

 


Discover more from SUARA USU

Subscribe to get the latest posts to your email.

Related posts

Nature or Nurture?

redaksi

Fasilitas Kampus Tak Terpakai Selama Kuliah Online, Lalu ke Mana Larinya UKT?

redaksi

Inter Coffee Shop USU: Tuntutan Ekonomi, Tutup Mata Akan Pandemi, atau Memang Tak Berempati?

redaksi