SUARA USU
Life Style

Untuk Apa Kuliah? Menganggur Juga Kok!

Oleh: Arief Budi Mulia/Dr. Gustianingsih. M.,Hum

Suara USU, MEDAN. Menuntut ilmu di perguruan tinggi atau yang sering disebut dengan kuliah merupakan salah satu impian banyak orang. Orang yang ingin berkuliah memiliki bermacam-macam alasan. Ada yang karena dorongan ingin mendapatkan pekerjaan sesuai fashion, iseng, juga ada karena memang hobi belajar dan ingin melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Mereka juga sudah menentukan jurusan mana yang cocok dengan pekerjaan impian mereka. Mereka optimis jika masuk ke kampus A dengan jurusan A maka akan mudah mendapatkan pekerjaan. Akhirnya banyak para calon mahasiswa yang akhirnya bekerja keras agar masuk ke kampus dan jurusan impian mereka karena alasan tersebut. Alangkah ironinya jika kita lihat bahwa banyak sarjana yang menganggur setelah lulus kuliah. Muncul pertanyaan di benak kita, untuk apa kuliah? Jika ujung-ujungnya menganggur juga! Apakah kuliah mereka selama ini sia-sia?

Kuliah sejatinya bukan hanya untuk ajang mencari pekerjaan, melainkan mencari ilmu pengatahuan. Banyak orang yang kuliah dengan tujuan mengejar nilai, target sesuatu, cepat wisuda dan melamar pekerjaan sampai dapat sesuai fashion. Sungguh itu bukan tujuan dari kuliah karena kuliah adalah tempat belajar mengajar di jenjang pendidikan tinggi yang tujuannya untuk menambah ilmu, wawasan dan pengetahuan di mana dengan ilmu tersebut kita bisa memberi manfaat bagi orang lain dengan bekerja.

Jika ada mahasiswa yang kuliah untuk mendapatkan pekerjaan dan sepanjang kuliah ia tidak mempedulikan ilmu yang ia dapat. Ia hanya mengejar target supaya cepat wisuda tidak peduli berapa IPK yang ia raih, kemudian ia melamar pekerjaan di suatu perusahaan, perusahaan tidak ada yang menerimanya, lalu ia menyalahkan kuliah, ia menyesal telah kuliah jika ia hanya sebagai pengangguran.

Padahal itu adalah kesalahannya yang memiliki tujuan salah yang hasilnya pun akan salah. Mau pendidikan setinggi apapun jika tujuan dan usahamu tidak ada, maka kamu tidak akan menikmati apa-apa. Jadi, kuliah itu untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Jika kita punya ilmu pengetahuan maka peluang untuk mendapat pekerjaan akan mudah. Hal itulah menjadi dasar mengapa perusahaan mencari lulusan sarjana, alasannya karena pengetahuan para sarjana dianggap lebih baik daripada lulusan sekolah menengah. Ditambah lagi jika calon pelamar pekerjaan tersebut berkuliah di kampus terkenal yang terakreditasi sangat bagus. Mereka yang dari awal sudah bersaing untuk masuk ke dalam kampus tersebut. Maka, perusahaan- perusahaan tersebut akan lebih mempertimbangkannya daripada lulusan kampus lain.

Itulah anggapan orang-orang jika kita kuliah di kampus terkenal dengan akreditasi bagus maka kita akan mudah mendapatkan pekerjaan. Memang tidak bisa kita pungkiri bahwa di era modern saat ini, banyak perusahaan yang mencari calon karyawan sesuai dengan jurusan para pelamar. Tetapi, jangan lupa bahwa banyak juga perusahaan yang tidak terlalu melihat lulusan para pelamarnya, melainkan mereka akan melihat skill para pelamar.

Mikhael Gewati dalam artikel UNIMUS yang diberitakan dalam Antara (25/3/2018), Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi mencatat dari total 7 juta orang yang menganggur di Indonesia, sejumlah 8,8 persennya atau berkisar 630.000 orang yaitu lulusan sarjana (S-1). Studi Willis Towers Watson tentang Talent Management and Rewards sejak tahun 2014 mengungkapkan, susahnya lulusan perguruan tinggi nasional terserap di alam kerja terjadi karena keadaan ketimpangan antara profil lulusan universitas dan kualifikasi tenaga kerja siap pakai yang diperlukan perusahaan. Berlandaskan studi tersebut, di era digital kala ini, selain punya digital skills, lulusan perguruan tinggi harus punya agile thinking ability atau bisa berpikir dengan banyak skenario, kemudian punya interpersonal and communication skills atau keahlian berhubungan serta global skills.

Jadi, sebelum memasuki dunia perkuliahan kita harus mampu berpikir cerdas dan memanfaatkan peluang yang ada selama kita kuliah. Selama kuliah kita jangan hanya terpaku bahwa jika lulus kuliah akan mudah mendapatkan pekerjaan, kita harus mampu mencari peluang, relasi, soft skill yang berguna setelah kita lulus nanti. Jika kita hanya memanfaatkan nama baik kampus dan jurusan sehingga kita lupa meningkatkan kualitas diri sendiri maka bersiap-siaplah setelah lulus kuliah kamu akan disingkirkan oleh orang lain. Untuk apa perusahaan menerima orang yang tidak memiliki kemampuan dan pengetahuan apa-apa.

Hal ini berkaitan dengan adanya fakta tantangan ketenagakerjaan di era global yaitu kurangnya kesempatan kerja produktif sebagai akibat ketidakstabilan dan fluktuasi yang terjadi pada ekonomi global. Kecenderungan meningkatnya pengganggur muda dan terdidik merupakan salah satu indikasi. Ini merupakan salah satu penjelasan mengapa lulusan sarjana banyak yang menganggur. Berbagai faktor yang berpengaruh terhadap tingginya tingkat pengangguran di antaranya adalah sebagai berikut: kesempatan kerja yang terbatas, kualifikasi pekerjaan yang tidak sesuai, dan minimnya kemandirian pencari kerja untuk berwirausaha.

Lebih lanjut, kondisi ini diperparah oleh perubahan struktural bukan hanya perubahan demografi, tetapi juga efisiensi penggunaan tenaga kerja sebagai akibat inovasi teknologi, fragmentasi geografis dan mata rantai global. Di samping itu, era globalisasi berdampak arus mobilitas tenaga kerja antar negara menjadi semakin tinggi. Hal ini membuat persaingan menjadi semakin ketat, pekerja asing akan mudah masuk dan bekerja di Indonesia sesuai dengan kualifikasi dan kompetensi yang dimilikinya. Implikasinya, kesempatan kerja yang tersedia di dalam negeri akan diisi oleh pekerja asing yang jauh lebih siap dibanding angkatan kerja Indonesia dari segi kualitas, profesionalisme dan kompetensinya. Permasalahan tersebut merupakan permasalahan berkaitan dengan kesempatan kerja di era global dari sisi demand atau permintaan terhadap tenaga kerja.

Sementara itu persoalan dari sisi supply, angkatan kerja dan penduduk yang bekerja di Indonesia yang berkualitas masih terbatas. Ini juga menjadi jawaban dari pertanyaan kenapa sarjana sulit mencari kerja. Titik Handayani menjelaskan, berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah maupun pihak swasta untuk menghasilkan SDM yang berkualitas melalui pendirian perguruan tinggi (PT). Meski begitu, dibukanya PT baru di Indonesia secara masif tanpa diikuti dengan penyediaan sarana prasarana yang memadai, bahkan berorientasi profit. Kondisi tersebut hanya akan menghasilkan jumlah lulusan yang terus meningkat tetapi kurang berkualitas. Ini juga merupakan penyebab sarjana banyak yang menganggur. Pasar kerja global yang ditandai dengan terintegrasinya tenaga kerja antar negara juga disertai dengan munculnya ragam dan jenis pekerjaan baru seiring dengan inovasi sains-teknologi maupun meningkatnya kreativitas untuk menjawab kompetisi yang semakin ketat.

Dengan berbagai macam polemik tersebut, tidak menutup pandangan bahwa kuliah itu tidak penting. Kuliah itu sangat penting bagi setiap orang karena dengan berkuliah maka orang akan memiliki kemampuan berpikir yang lebih baik. Berkuliah akan memberikan kita relasi, soft skill, dan hal positif lain bagi pribadi seseorang. Dengan catatan bahwa selama berkuliah kita harus mampu meningkatkan kualitas diri agar ketika sudah lulus kita akan mudah mendapatkan pekerjaan. Sehingga pertanyaan, untuk apa kuliah jika menganggur tidak akan terjadi pada diri kita.

Redaktur: Agus Nurbillah


Discover more from SUARA USU

Subscribe to get the latest posts to your email.

Related posts

Analisis Gaya Kepemimpinan Waroeng Royal Dimsum

redaksi

Pengaruh Komunikasi Organisasi dan Kerja Sama Tim Terhadap Efektivitas Kinerja Karyawan Pada PT. Bank Tabungan Negara KC Medan

redaksi

Penggunaan Make Up ke Kampus: Penting atau Tidak?

redaksi