Tim Penulis: Febi Arifina Sihombing (210502169)
Via Melinda Pasaribu (211101021)
Amanda Putry Halim Nasution (210406004)
Ronaldo Lamganda Batubara (211402077)
Rehans Reigner Lumbantobing (210404120)
Suara USU, Medan. Indonesia merupakan negara majemuk yang terdiri dari berbagai jenis suku, etnis, agama keyakinan, ras, golongan, dan budaya sehingga perbedaan menjadi sangat menonjol. Namun dari berbagai perbedaan yang ada, pembahasan mengenai agama adalah topik yang paling ramai diperbincangkan di Indonesia. Topik ini sangat sensitif dan akan mendapat banyak perhatian dari rakyat apalagi di tengah maraknya penggunaan media sosial saat ini. Dari sekian banyaknya pembahasan mengenai agama, masalah yang paling banyak diperbincangkan hingga saat ini adalah mengenai hubungan antara agama mayoritas dan minoritas di Indonesia.
Di Indonesia sendiri telah diakui 6 agama yakni Islam, Katolik, Kristen, Buddha, Konghucu dan Hindu. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa agama Islam merupakan agama dengan penganut terbanyak di Indonesia yang berjumlah 237,53 juta jiwa atau sekitar 86,9% dari jumlah populasi manusia di tanah air. Inilah alasan mengapa agama Islam disebut sebagai agama mayoritas di Indonesia dan kelima agama lainnya adalah agama minoritas. Kerap kali juga kita mendengarborang-orang mengatakan bahwa Indonesia adalah negara muslim, mengingat jumlah penganutnya yang besar.
Berdasarkan perbedaan yang signifikan tersebut, tak jarang agama minoritas akan mendapatkan diskriminasi. Hal ini mengakibatkan berbagai orang dari agama minoritas merasa dikucilkan dan tak suka terhadap penganut agama mayoritas. Untuk menghindari hal ini pada hukum universal, telah dibentuk aturan dan ketentuan yang melindungi hak-hak kaum minoritas. Terdapat juga ketentuan non diskriminasi dalam dokumen regional tentang hak asasi manusia. Jadi, kita sebagai rakyat yang akan terus berinteraksi dengan agama lain apa yang harus kita lakukan untuk menghindarkan dikriminasi?
TOLERANSI
Kunci utama untuk membentuk kerukunan antar umat beragama adalah dengan toleransi. Toleransi itu sendiri berasal dari bahasa Latin, yaitu tolerare yang artinya menahan diri, bersikap sabar, membiarkan orang berpendapat lain, dan berhati lapang terhadap orang-orang yang memiliki pendapat berbeda serta bertentangan dengan diri sendiri. Toleransi dapat menghimpun masyarakat Indonesia agar dapat memahami dan mencintai perbedaan yang ada. Namun, masalahnya rakyat Indonesia sendiri mengalami krisis toleransi. Mengapa hal itu terjadi?
- Kurangnya wawasan mengenai pentingnya toleransi
Untuk mencapai toleransi, diperlukan pemahaman tentang perbedaan yang ada dengan baik pada pemeluk agama yang berbeda maupun seagama dengan pemahaman dan pandangan yang berbeda. Beberapa orang berpikir bahwa dengan toleransi itu dapat mereduksi imannya dan sebaiknya tidak dilakukan. Nyatanya, dengan bertoleransi iman kita akan semakin kuat karena setiap agama yang ada mengajarkan penganutnya untuk selalu menghargai dan menghormati orang lain. -
Kurangnya rasa kepedulian terhadap sesama
untuk mencapai toleransi, diperlukan rasa kepedulian yang tertanam dalam diri seseorang. Rasa peduli itu sendiri dapat dimulai dari hal-hal yang paling kecil sekalipun. Misalnya pada saat kita berada disekitar orang-orang yang berpuasa, atau bahkan dengan teman dekat kita sekalipun kita sebaiknya tidak makan dan minum di depan mereka. Seringkali hal ini dianggap sepele dengan alasan bahwa kita sudah akrab dengan orang tersebut dan hal itu dapat dimaklumi begitu saja. Padahal ini merupakan salah satu contoh tindakan paling kecil sebagai bentuk kepedulian yang mencerminkan sikap toleransi. -
Kurang komunikasi/ sikap terbuka
Keterbukaan diri adalah hal yang penting untuk mewujudkan komunikasi antar pribadi yang efektif dalam upaya mencapai hubungan yang lebih akrab dan harmonis. Pengetahuan tentang diri akan meningkatkan komunikasi, dan pada saat yang sama, berkomunikasi dengan orang lain meningkatkan pengetahuan tentang diri kita. Dengan membuka diri, pengetahuan tentang diri menjadi lebih dekat dengan kenyataan (Rakhmat,2001: 107). Dengan komunikasi kita memahami dan belajar menerima perbedaan yang ada.
Dalam pelaksanaanya di kehidupan sehari-hari, apakah itu berarti bahwa penganut agama minoritas harus selalu mengalah terhadap kehendak agama mayoritas? Atau apakah penganut agama mayoritas harus selalu menjadi yang memahami dan bersabar terhadap kehendak agama minoritas? Kembali lagi ke pembahasan diatas bahwa perbedaan itu akan selalu ada dan tidak pernah hilang dari kehidupan kita. Biarkan perbedaan itu yang membuat kita bersatu dan semakin kuat dengan terciptanya toleransi di tengah tengah kita. Toleransi berarti menjalankan keyakinan masing-masing tanpa saling mengusik satu sama lain, tanpa saling menghalangi, tanpa saling merasa lebih berkuasa atas yang lainnya. Dan tentunya itu kita jalankan tanpa mengurangi iman kita terhadap keyakinan yang kita anut.
Redaktur: Salsabila Rania Balqis
Discover more from SUARA USU
Subscribe to get the latest posts sent to your email.