SUARA USU
Featured

Filosofi Tari Gubang dari Asahan yang Bersifat Magis

 

(Sumber: metrodaily.jawapos.com)

Reporter: Zahra Salsabilla

Suara USU, Medan. Asahan merupakan sebuah kabupaten yang terdapat di daerah pesisir pantai Sumatra Utara. Kabupaten yang beribukota di Kisaran ini dikenal dengan budaya Melayu-nya yang masih membekas. Hal ini berhubungan dengan sejarah daerah itu sendiri yang dahulunya dipimpin kesultanan Melayu.

Asahan juga memiliki sebuah tarian khas dimana sampai saat ini. Tarian tersebut bernama Tari Gubang. Tarian ini mulai muncul di kalangan masyarakat Melayu Asahan terutama penduduk yang berdiam di daerah pesisir dan berprofesi sebagai nelayan. Nama tarian ini berasal dari kata ‘gebeng’ dalam Bahasa Melayu dialek Asahan. Seiring berjalannya waktu penyebutan ‘gebeng’ ini perlahan berubah menjadi gubang.

Dalam legenda lisannya, Tari Gubang ini pertama kali muncul pada zaman kerajaan Asahan yang dipimpin oleh seorang raja bernama Raja Margolang. Suatu hari ketika sang raja pergi berlayar, kapal yang beliau naiki tiba-tiba berhenti tidak dapat berlayar. Saat itu angin tidak berhembus sehingga layar kapal tidak bisa menggerakkan kapal tersebut.

Karena itu mereka pun berdoa kepada Tuhan agar angin dapat kembali berembus. Seraya berdoa mereka menyanyikan lagu berjudul “Aloban Condong”. Namun, doa mereka belum juga dikabulkan. Tidak menyerah, mereka kembali menyanyikan sebuah lagu dengan judul berbeda yaitu “Didong”. Tidak berapa lama angin kembali berembus. Hal itu membuat pelayar dan nelayan senang hingga menari-nari di atas perahu tersbeut.

Dari legenda tersebutlah tarian ini pun lahir. Tari Gubang ini menjadi salah satu tarian dengan unsur magis. Banyak nelayan yang menarikan tarian Gubang untuk memanggil angin saat berlayar. Tarian ini pun dijadikan sebuah ritual demi kelancaran aktivitas para nelayan. Mereka akan menari di atas perahu sambil diiringi musik yang berasal dari hentakan dayung di sisi kapal.

Akan tetapi seiring perkembangan zaman, Tari Gubang saat ini hanya dijadikan sebuah seni pertunjukan. Dalam pelaksanaannya, tari Gubang memiliki beberapa variasi gerakan. Tarian ini juga mempunyai ragam fungsi yang disesuaikan dengan kebutuhan, yakni sebagai tarian penyambutan tamu dalam upacara adat masyarakat.

Lagu “Didong” sering menjadi pengiring Tari Gubang. Lagu yang berisi mantra pemanggil angin ini biasanya akan dinyanyikan di awal. Instrumen musik yang mengiringi nyanyian tersebut, yakni dua buah gendang yang ukurannya tidak sama, sebuah gong atau tawak-tawak, dan biola. Dalam pertunjukan dapat dipergunakan lebih dari satu alat musik biola asalkan mempunyai nada yang serupa. Musik untuk mengiringi syair “Didong” ini bertempo tidak terlalu cepat dan cenderung lambat sehingga gerakan Tari Gubang memiliki gerakan yang mendayu.

Tarian ini menjadi salah satu Warisan Budaya Tak Benda Indonesia (WBTB) di tahun 2017. Oleh karena itu, pemerintah daerah Asahan gencar melakukan segala upaya untuk melestarikan tarian ini. Banyak sekali perlombaan Tari Gubang yang diselenggarakan agar generasi muda dapat berpartisipasi sehingga secara tidak langsung tarian ini dipelajari.

Tidak hanya itu, pada tahun 2020 Dinas Pendidikan Kota Asahan juga berencana untuk memecahkan rekor Tari Gubang dengan penari terbanyak, yaitu dengan jumal 25.000 penari. Pemecahan rekor ini diharapkan dapat mengenalkan Tari Gubang ke seluruh masyarakat sehingga tarian tersebut dapat terus lestari.

Redaktur: Fathan Mubina

 


Discover more from SUARA USU

Subscribe to get the latest posts to your email.

Related posts

Efektivitas Mantan Pecandu Sebagai Konselor dalam Kegiatan Rehabilitasi Narkoba di Yayasan Panti Rehab Amelia, Kabupaten Serdang Bedagai

redaksi

Hidupkan Kembali Rasa Percaya Diri Korban Bully Melalui Potensi yang Dimiliki!

redaksi

Digitalisasi Pemasaran UMKM di Kabupaten Bengkalis

redaksi