(Sumber: Pinterest.com)
Penulis: Fatimah Roudatul Jannah
Aku rasa malam ini pun ‘kan kutitip salam pada bulan yang tampak separuh saja
Menyelami bayangan tentang tenggelam
Tidak akan kukatakan pada kerling bintang bahwa jenaka ini tipuan
Aku hanya titip salam pada bulan
Aku rasa esok pun ‘kan kupupuk tekad agar tidak lemah yang dicerminkan hati
Mesra benar kalut bersanding di samping hampa
Sialnya waktu tidak mau menunggu hanya untuk satu jiwa yang berat hati
Yah…
Waktu tidak salah juga
Ini tulisan sederhana
Seumpama malam tidak terima aku diberi bulan sinar paling terangnya, tidak masalah juga
Lagi pula yang menyinari malam bukan semata bulan tanpa campur tangan matahari
Tidak berhak ia angkuh
Apalagi pada rasa takutku
Ramai benar pasar malam
Meski samar, bulan saja senyum-senyum dibuatnya
Bianglala membawa penumpang yang diisi ketidakpastian, sedih, asa yang pupus hingga kecewa bermain-main — niatnya pastilah agar penat luruh
Komidi putar membiarkan tawa dan bahagia yang tersimpan dalam harapan muncul ke permukaan hati– jelas ia ingin jiwa yang keruh berpulang pada jernih
Aku rasa malam ini cukup
Permainan dalam diri bukan serupa angin lalu
Kulelapkan saja dalam-dalam
Hari esok menjadi ketidakpastian yang kumohonkan tiap malam
Semoga besok benar ada jawabnya
Redaktur: Khaira Nazira
Discover more from SUARA USU
Subscribe to get the latest posts to your email.