SUARA USU
Film

Green Book: Sindiran Keras Terhadap Rasisme

Oleh: Natalia Putri/Beby Cahya

Suara USU, Medan. Say No To Racism! Berlatar tempat di Amerika tahun 1962, Green Book menceritakan kisah nyata dari Tony Lip (Viggo Mortensen), pria kulit putih yang awalnya sangat membenci bangsa kulit hitam tetapi terpaksa bekerja bagi pianis kulit hitam kelas dunia, Dr. Don Shirley.

Green Book (2018) adalah film biografi drama komedi Amerika Serikat yang disutradarai oleh Peter Farrelly. Meski termasuk film biografi, namun film ini memiliki pengemasan yang menarik, dari segi cerita hingga sisi dramatiknya. Dibintangi oleh Viggo Mortensen dan Mahershala Ali, film ini banyak mendapatkan review positif dari para kritikus.

Film yang sukses meraih Oscar pada tahun 2019 ini mengajak kita untuk melihat bagaimana kejadian rasisme terjadi di Amerika pada masa tersebut melalui kisah persahabatan antara dua orang pria yang menempuh perjalanan bersama yang juga dibalut dengan unsur komedi. Sehingga kita sebagai penikmat film tidak merasa monoton dalam menonton film ini.

Film Green Book diawali oleh Tony yang diajak bekerja menjadi sopir untuk Dr. Don Shirley seorang pianis kulit hitam. Tony yang awalnya enggan bekerja untuk bangsa kulit hitam akhirnya menerima pekerjaan itu. Mereka memulai tur untuk tampil di sejumlah konser yang diadakan oleh bangsa kulit putih. Berbekal buku dengan judul “Green Book”, sebuah buku panduan untuk membimbing mereka ke beberapa tempat yang aman pada masa itu bagi orang kulit hitam.

Isu mengenai rasisme antara kulit hitam dan kulit putih telah menjadi masalah yang sudah lama muncul dalam dunia barat, terutama Amerika. Kemudian, isu ini pun diangkat dan menjadi film yang dapat menginspirasi seluruh orang.

Selama delapan minggu bekerja, Tony dan Don sering berselisih karena perbedaan karakter. Walaupun sering berselisih paham di awal, hubungan keduanya pun membaik seiring dengan waktu yang mereka habiskan.

Film ini mengeksplorasi tema rasisme, klasisme, inspiratif, dan persahabatan. Green Book adalah film yang dibuat dengan baik yang mengangkat isu-isu kompleks dibalut dengan unsur komedi. Film ini diangkat dari kisah nyata seorang musisi jazz di era 60-an, Don Shirley, yang kala itu ia mendapat perilaku rasis karena berasal dari ras kulit hitam.

Di balik plot film yang kompleks, akting dari kedua pameran utama dalam Green Book sama sekali tidak membosankan. Kekompakan Viggo Mortensen dan Mahershala Ali tampak sangat ‘klop’. Mereka adalah dua komedian yang sudah tampil di panggung yang sama dalam waktu belasan tahun lamanya. Tidak ada cacat sedikit pun dari keduanya dalam memainkan peran masing-masing.

Bahkan dari awal hingga akhir film, penonton justru akan dibuat penasaran mengenai perkembangan hubungan antara Don Shirley dan Tony Lip, dikarenakan mereka memiliki karakter yang berbeda juga ras yang berbeda pula. Terdapat chemistry yang kuat di antara mereka yang membuat film Green Book menjadi film yang menarik.

Whatever you do, do it 100%. When you work, work. When you laugh, laugh. When you eat, eat like it’s your last meal. – Tony Lip.

Jadi, apakah kamu tertarik untuk menambahkan Green Book dalam watchlist-mu? Untuk menikmati filmnya, jangan lupa untuk untuk menontonnya di platform legal, ya!

Redaktur: Yohana Situmorang

 

 


Discover more from SUARA USU

Subscribe to get the latest posts to your email.

Related posts

Inventing Anna, Serial Si Penipu Sosialita Ternama

redaksi

Extraordinary Attorney Woo, Kisah Menarik sang Pengacara Genius

redaksi

Pesan Realitas Wadas Waras

redaksi