SUARA USU
Featured

Menelusuri Keindahan dan Makna Rumah Bolon Pamatang Purba

Sumber: Pinterest.com

Oleh: Putri Aisyah Silalahi

Suara USU, Medan. Rumah Bolon Pamatang Purba, yang terletak di Desa Pematang Purba, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara, adalah salah satu kekayaan budaya yang membanggakan Indonesia. Sebagai istana peninggalan Raja Simalungun, Rumah Bolon ini telah berdiri sejak tahun 1515 Masehi, menjadi saksi sejarah dari masa kejayaan suku Batak Simalungun.

Dahulu, Rumah Bolon Pamatang Purba merupakan kediaman bagi empat belas Raja Purba. Setelah masa pemerintahan Tuang Mogang Purba, raja terakhir yang tinggal di sana, berakhir, ahli warisnya menyerahkan rumah ini kepada pemerintah daerah Sumatera Utara. Kini, Rumah Bolon Pamatang Purba beserta kompleksnya dikelola oleh Yayasan Museum Simalungun.

Rumah Bolon Pamatang Purba tidak hanya mencerminkan keindahan arsitektur tradisional tetapi juga sarat dengan makna dan filosofi yang mendalam dari kehidupan masyarakat Batak Simalungun. Konstruksinya menyerupai panggung persegi panjang dengan atap tinggi. Sebagian besar bangunan ini berwarna cokelat muda yang divariasikan dengan warna putih, merah, dan hitam.

Rumah Bolon ini tidak memiliki jendela, tetapi dilengkapi dengan jeruji-jeruji kayu pada bagian dinding yang berfungsi sebagai sirkulasi udara maupun untuk melihat ke luar. Di bagian pucuk atap depan Rumah Bolon terdapat Pinar Uluni Horbou, hiasan menyerupai kepala kerbau yang terbuat dari ijuk dengan tanduk kerbau asli. Setiap sudut Rumah Bolon terdapat Bohi-bohi atau bentuk wajah manusia yang melambangkan keramahan, kewaspadaan, dan penangkal roh jahat. Pada bubungan terdapat Pinar Uluni Horbou yang melambangkan kebesaran, keberanian, serta menangkal roh jahat. Sementara di bagian belakang ditutup dengan Halipkip, yaitu motif hias bunga bongbong yang melambangkan kerapian dan ketenteraman.

Ornamen-ornamen memenuhi Rumah Bolon dengan beragam motif yang didominasi bentuk binatang dan tumbuhan. Beragam ornamen ini sarat makna dan pesan dalam kehidupan. Di Rumah Bolon Pamatang Purba semua bangunan didirikan terinspirasi dari bentuk kerbau, hewan yang dilambangkan sebagai kekuatan, kokoh, dan pekerja keras. Di dalam Rumah Bolon Pamatang Purba terdapat 14 tanduk kerbau, satu tanduk melambangkan satu Raja.

Atap Rumah Bolon Pamatang Purba terbuat dari daun rumbia, bahan alami yang dianyam dan bisa dilukis sesuai selera pemilik rumah, mencerminkan kepribadian mereka. Warna atap yang umumnya merah, putih, dan hitam menggambarkan kepemilikan dan menjadi tempat penyimpanan yang dianggap sakral oleh masyarakat.

Rumah adat ini juga tidak menggunakan paku, melainkan diikat kuat dengan menggunakan tali. Rumah Bolon Pamatang Purba memiliki kolong yang tingginya sekitar dua meter. Kolong tersebut biasanya digunakan untuk memelihara hewan seperti babi dan ayam. Oleh karena itu, disediakan tangga untuk masuk ke dalam rumah. Pintu rumah ini memiliki kemiripan dengan rumah adat Batak lainnya, yaitu pintu yang pendek sehingga tamu harus menunduk untuk masuk ke dalam rumah.

Rumah Bolon Pamatang Purba bukan hanya sebagai tempat tinggal, tetapi juga merupakan representasi budaya, nilai, dan cara hidup Suku Batak Simalungun. Dengan arsitektur khasnya, interior yang bermanfaat, dan makna budayanya yang dalam, Rumah Bolon dan rumah tradisional lainnya menjadi aset budaya yang berharga bagi Indonesia.

Pelestarian Rumah Bolon Pamatang Purba berarti mempertahankan identitas dan warisan budaya Suku Batak. Upaya edukasi dan pelestarian perlu terus dilakukan agar generasi penerus memahami dan menghargai warisan budaya kaya dari nenek moyang mereka.

Redaktur: Feby Simarmata

 


Discover more from SUARA USU

Subscribe to get the latest posts to your email.

Related posts

Pelanggaran Hukum Pada Media Massa Digital Sebagai Pemanfaatan Media Sosial dalam Etika dan Filsafat Komunikasi Era Kontemporer

redaksi

Tim Desa Binaan USU Petakan Potensi Mangrove dengan Teknologi Drone

redaksi

   Membangun Toleransi di Lingkungan Mayoritas dan Minoritas

redaksi